Selasa, 29 September 2009

Hanya Kerana sebutir kurma

Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat
ziarah ke mesjidil Aqsa.

Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari
pedagang tua di dekat mesjidil Haram.

Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat
sebutir kurma tergeletak didekat timbangan.
Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim
memungut dan memakannya.

Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. 4 Bulan
kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa.
Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada
sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra.
Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar
percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara
yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,"

kata malaikat yang satu.

"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan
yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari
meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab
malaikat yang satu lagi..

Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama
4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin
amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT
gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

"Astaghfirullahal adzhim" Ibrahim beristighfar.

Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui
pedagang tua penjual kurma.
Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah
ditelannya.

Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual
kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang
tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya
membeli kurma disini dari seorang pedagang tua.

kemana ia sekarang ?" tanya Ibrahim.

"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan
pekerjaannya berdagang kurma" jawab anak muda itu.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada
siapa saya meminta penghalalan ?".
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak
muda itu mendengarkan penuh minat.

"Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita,

"Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau
menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku

makan tanpa izinnya?".

"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi
entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang.

Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka
mempunyai hak waris sama dengan saya."
"Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka
satu persatu."
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui.
Biar berjauhan, akhirnya selesai juga.
Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka
yang termakan oleh ibrahim.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah
kubah Sakhra.

Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar
lagi bercakap cakap.
"Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara
makan sebutir kurma milik orang lain."
"O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah
mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu..
Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran
sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain.
Sekarang ia sudah bebas."

Pada hadits yang lain beliau bersabda; ‘Siapa yang merampas hak orang
Islam dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan
mengharamkannya masuk surga. Seorang laki-laki bertanya, walaupun
sedikit ya Rasulullah? Nabi menjawab, walaupun sebatang kayu sugi.’
(Riwayat Muslim).

Senin, 28 September 2009

SILATUR RAHIM

Silatur rahim secara Etimologi
Silatur rahim adalah ungkapan gabungan antara mudhaf (yang disandarkan), yakni ‘Shilah’ dan mudhaf ilaihi (tempat penyandaran mushaf), yakni ‘Rahmi’. Shilah merupakan masdar dari washala. Artinya menggabungkan sesuatu kepada sesuatu saat ada kaitan dengannya. Lawan kata dari hijran (meninggalkan). Sedangkan Ar-Rahmu pecahan kata rahima.

Silatur rahim secara Terminologi
Imam Nawawi berkata, “Shilatur rahim artinya berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi yang menyambung maupun yang disambung. Kadang kala dengan harta benda, pelayanan, kunjungan, salam, dan lain-lain.
Ibnu Mandzur menjelaskan adanya kaitan antara kedua pengertian: etimologi dan terminologi. Ia katakan, “Shilatur rahim merupakan kiasan tentang berbuat baik kepada kerabat yang ada hubungan nasab maunpun perkawinan, bersikap sayang dan santun kepada mereka, memperhatikan kondisi mereka, meskipun mereka jauh atau menyakiti. Qath’ur Rahim adalah lawan katanya. Seolah-olah dengan berbuat baik kepada mereka hubungan kekerabatan, perkawinan, dan hubungan sah telah terjalin."

Batasan Rahim yang Wajib Disambung.
Nawawi berkata, “Para ulama berbeda pendapat tentang batasan rahim yang wajib disambung. Ada yang berpendapat, setiap rahim itu muhrim. Di mana jika salah satunya perempuan dan yang lain laki-laki, tidak boleh menikah. Ada lagi yang berpendapat, ia bersifat umum mencakup semua yang ada hubungan rahim dalam hak waris. Antara yang muhrim dan tidak sama saja. Inilah pendapat yang benar sesuai dengan sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya kebajikan yang paling bajik ada jika seseorang menyambung kerabat cinta ayahnya.”

Ayat-ayat Silatur rahim

1- “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisa’: 1).

Hadits-hadits tentang Silatur rahim

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: اِحْفَظُوْا أَنْسَابَكُمْ تَِِِِِِِِِِصِلُوا أَرْحَاَمَكُمْ، فَإنَّهُ لاَ بُعْدَ بِالرَحِمِ إِذَا قَرُبَتْ، وَإِنْ كَانَتْ بَعِيْدَةً، وَلاَ قُرْبَ بِهَا إِذَا بَعُدَتْ، وَإِنْ كَانَتْ قَرِيْبَةً، وَكُلُّ رَحْمَةٍ آتِيَةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمَامَ صَاحِبِهَا، وَتَشْهَدُ لَهُ بِصِلَةٍ إِنْ كَانَ وَصَلَهَا، وَعَلَيْهِ بِقَطِيْعَةٍ إِنْ كَانَ قَطَعَهَا
1. Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jagalah nasab kalian akan tersambung kekerabatan kalian. Sesungguhnya tidak ada (kata) jauh bagi rahim jika (nasab) dekat, walupun ia (nasab) itu sendiri jauh dan tidak ada kedekatan (rahim) jika (nasab) jauh walaupun ia (nasab) itu jauh. Setiap rahim akan datang pada hari Kiamat kepada si empunya dan menyaksikannya (telah) menyambung silatur-rahmi jika ia telah menyambungnya. Ia juga menjadi saksi bahwa ia telah memutuskannya jika memang telah memutuskannya."

Komentar para Ulama dan Ahli Tafsir tentang Silatur Rahim
1. Umar bin Khatthab berkata, "Pelajarilah nasab kalian dan bersilatur-rahimlah kalian. Demi Allah, antar seseorang dengan saudaranya pasti ada sesuatu. Jika saja ia tahu silatur-rahim yang berada di antara dirinya dan saudaranya, pasti ia akan menjaganya agar tidak rusak."
2. Ali bin Abi Thalib berkata, "Jika aku bersilatur-rahim kepada saudara-saudaraku dengan satu dirham, tentu lebih aku sukai daripada menyedekahkan dua puluh dirham. Dan kalau aku bersilatur-rahim denan seratus dirham, tentu lebih aku sukai deripada memerdekakan budak."

Hukum Shilatur Rahim dan Tingkatan-tingakatannya
Al-Qadhi 'Iyadh berkata, "Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama bahwa shilatur rahim hukumnya wajib dan Qath'ur rahim merupakan kemaksiatan dan dosa besar. Banyak hadits yang mendukung hal ini. Shilatur rahim memiliki tingkatan-tingkatan. Salah satunya lebih tinggi dari yang lain. Sedangkan yang yang paling rendah adalah tidak mogok berbicara atau mengucapkan salam kepada kerabat. Tingkat anjurannya pun berbeda-beda tergantung kemampuan. Ada kalanya wajib dan ada kalanya mustahab (sunnah). Kalau seseorang menyambung shilatur rahim dengan sebagian dan tidak sampai kepada tujuannya, hal itu tidak dianggap sebagai memutuskan shilatur rahim. Juga kalau seseorang tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan ia tidak terhitung sebagai orang yang menyambung silatu rahim.
Realisasi Shilatur Rahim dalam Kehidupan Nabi
Abdul Muthallib bin Rabi'ah bin Al-Harits menceritakan, "Rabi'ah bin Al-Harits pernah berkumpul bersama Abbas bin Absul Muthallib lalu keduanya berkata, 'Demi Allah, bagaimana kalau kedua anak ini kita utus (yang dimaksudkan adalah aku dan Al-Fadhl bin Abbas) menemui Rasulullah saw. Namun Rabi'ah menimpali, 'Demi Allah, anda tidak melakukan hal ini selain karena rasa iri anda kepada kami. Demi Allah, aku sendiri telah berhasil menjalin persaudaraan dengan Rasulullah dan kami tidak pernah dengki kepada anda. Ali berkata, 'Utus saja keduanya.' Lalu keduanya pergi dan Ali pun kemudian berbaring. Dikisahkan, ketika Rasulullah selesai shalat Dzuhur, kami mendahului beliau ke kamar. Kami berdiri menunggu di sana. Sampai beliau datang lalu menjewer telinga kami. Beliau bersabda, 'Sampaikan semua pembicaraan yang telah kalian lakukan.' Beliau masuk dan kami pun ikut masuk. Dan kala itu beliau berada di rumah Zainab binti Jahsy. Kami pun memulai pembicaraan dan salah seorang di antara kami berkata, 'Ya Rasulullah, engkau adalah manusia paling baik dan paling erat menyambung silatur rahim. Kami telah mencapai usia nikah. Kami minta agar engkau mengutus kami mengurus sebagian sedekah ini lalu kami beri bagian engkau sebagaimana kami beri juga orang lain. Kami juga mendapatkan bagian sebagaimana orang lain mendapat bagian. Lalu beliau diam lama sekali sampai-sampai kami ingin berbicara kepada beliau. Tiba-tiba Zainab memberi isyarat dari balik tabir agar tidak mengajak beliau berbicara dulu. Beliau bersabda, 'Sedekah itu tidak layak bagi keluarga Muhammad, karena ia adalah harta sisa orang. Panggillah Mahmiyyah dan naufal bin Al-Harits bin Abdul Muthallib. Kemudian kedua orang itu datang dan beliau bersab dakepada Mahmiyyah, 'Nikahkan anak ini dengan anakmu (maksudnya Fadhl bin Abbas).' Dan orang itu pun menikahkannya. Beliau juga bersabda kepada Naufal, 'Setelah itu beliau bersabda lagi kepada Mahmiyyah, 'Berilah bagian dari seperlima (hak Nabi) untuk mereka sekian dan sekian.' (Muslim).
عن عمرو بن العاص – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله  جهار غير سرر :" إن آل أبي – قال عمرو في كتاب محمد بن جعفر – بياض - ليسوا بأوليائي ، وإنما وليي الله وصالح المؤمنين ، زاد عنبسة بن عبد الواحد عن بيان ، عن قيس ، عن عمرو ابن العاص ، قال : سمعت رسول الله  " ولكن لهم رحم أبلها ببلالها يعني أصلها بصلتها
Amr bin Ash ra berkata, Rasulullah bersabda dengan terang-terangan dan tidak rahasia, 'Sesungguhnya keluarga Abu… Amr mengatakan, pada tulisan Muhammad bin Ja'far putih saja (nama kunyah itu tidak tertulis). Mereka bukan wali-waliku. Waliku adalah Allah, dan orang-orang mukmin yang shalih.' Anbasah bin Abdullah bin Abdul Wahid menambahkan dari Bayan dan dari Qais dan dari Amr bin Ash. Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Akan tetapi ia mempunyai kekerabatan dan yang paling baik adalah yang paling baik menyambung kekerabatan itu.
عن المسور بن مخرمة – رضي الله عنه – قال : إن رسول الله  قال : " فاطمة بضعة مني ، فمن أغضبها أغضبني
Al-Musawwir bin Al-Mukhrimah, Rasulullah, "Fathimah adalah sebagian dari dagingku. Siapa membuatnya marah berarti ia juga membuatku marah."
عن عائشة – رضي الله عنها – قالت : ما غرت على نساء النبي  إلا علي خديجة ، وإني لم أدركها ، قالت : وكان رسول الله  إذا ذبح الشاة فيقول : " أرسلوا بها إلي أصدقاء خديجة " قالت : فأغضبته يوما فقلت : خديجة ؟ فقال رسول الله  : " إني رزقت حبها
Aisyah berkata, "Aku tidak cemburu kepada istri-istri Nabi (yang lain) selain kepada Khadijah. Dan aku tidak bisa menyainginya. Jika Rasulullah memotong kambing beliau sellau mengatakan, "Kirimlah ini ke teman-teman Khadijah." Pada suatu hari aku membuat beliau marah, 'Khadijah?' Beliau bersabda, 'Aku dikaruniai kecintaan terhadapnya.' (Bukhari Muslim).
عن أبي هريرة – رضي الله عنه قال : لما نزلت هذه الآية  وأنذر عشيرتك الأقربين  ( الشعراء /214) ، دعا رسول الله  قريشا ليجتمعوا . فعم وخص . فقال: " يا بني كعب بن لؤي ، أنقذوا أنفسكم من النار ، يا بني مرة بن كعب ! أنقذوا أنفسكم من النار ، يا بني عبد شمس ! أنقذوا أنفسكم من النار ، يا بني عبد مناف ! أنقذوا أنفسكم من النار ، يا بني هاشم أنقذوا أنفسكم من النار ، يا بني عبد المطلب ! أنقذوا أنفسكم من النار . إني لا أملك لكم من الله شيئا . غير أن لكم رحما سأبلها ببلالها
Abu Hurairah berkata, "Ketika ayat ini turun, 'Dan berilah peringatan kepada kerabat dekatmu.' (As-Syu'ara': 214). Rasullullah mengundang orang-orang Quraisy agar mereka berkumpul. Beliau memanggil mereka secara umum maupun khusus. Beliau bersabda, 'Hai Bani Ka'ab bin Lu'ay! Selamatkan diri kalian dari neraka! Hai Bani Murrah bin Ka'ab! Selamatkan diri kalian dari neraka! Hai Bani Abdu Syams! Selamatkan diri kalian dari neraka! Hai Bani Abdu Manaf! Selamatkan diri kalian dari neraka! Hai Bani Hayim! Selamatkan diri kalian dari neraka! Hai Bani Abdul Muthallibh! Selamatkan diri kalian dari neraka! Aku tidak memiliki sesuatu pun dri Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai kekerabatan (denganku). Aku akan berbuat baik (melalui kekerabatn itu)." (Muslim).

Manfaat Shilatur Rahim
1. Tergapainya keluasan rezeki dan keberkahan usia.
2. Mendapatkan keridhaan Allah dan cinta hamba.
3. Menguatkan tali penghubung masyarakat: antara satu pribadi dalam keluarga dan antara keluarga itu sendiri. Baik melalui perkawinan maupun nasab. Kendatipun tidak merambah kepada selurun masuarakat.
4. Merasakan kebersamaan Allah dan mendapatkan dukungan dari Allah yang Maha Kuat, Maha Perkasa, lagi Maha Menyambung.
5. Menguatkan hubungan antar kerabat dekat. Di mana menyambung kerabat dekat lebih banyak pahalanya dari pada yang jauh.


Wallahu A’lam.
dptdpkskabo

Waktu Begitu Cepat Berlalu

Subuh baru saja usai. Mentari pagi bergerak perlahan,
meninggalkan peraduannya, untuk menerangi bumi,
menjalani titah Illahi. Detik demi detik berselang,
berganti menit, kemudian jam, hari, minggu, bulan dan
tahun. Kini……mentari 1 syawal 1430 H telah terbit.Tak
terasa, waktu begitu cepat berlalu.

Ketika kuingat kembali, sudah lama nian aku pergi
meninggalkan kampung halaman. Teman mainku di kala
anak-anak, kini sudah menjadi orang tua anak-anak.
Bayi-bayi lucu yang dulu sering kugendong dan kuajak
bermain telah beranjak dewasa dan tak kukenali lagi.

pada kita:” Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”(Q.S.Al ‘Ashr: 1-3).


Alloh Maha Tahu tentang diri kita. Alloh, Maha Tahu
resep hidup yang tepat bagi diri kita. Bahkan Alloh Maha
Sayang kepada kita, sehingga kita diberi kemerdekaan
untuk memilih jalan yang kita suka.


Alloh tunjukkan kepada kita dua jalan-Nya. Yaitu jalan
kefasikan dan jalan ketaqwaan (“maka Alloh
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya”.Q.S. Asy Syams : 8-10)


Juga, Alloh telah tunjukkan kepada kita jalan kebajikan
dan kejahatan (“Dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan : ialah jalan kebajikan dan
kejahatan”. (Q.S. Al Balad : 10).


Kita tinggal memilih. Pilih selamat dan mendapat surga,
atau pilih yang lainnya. Karenanya Alloh berfirman :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam;
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thogut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” (Q.S.Al Baqoroh : 256).


Sahabat, selagi masih ada kesempatan untuk berbuat,
marilah kita gunakan sisa usia kita sebaik-baiknya, tuk
menghimpun bekal menghadap Sang Pencipta. Agar kita
tak menyesal di kemudian hari, karena telah sia-sia.

Kita catat kuat-kuat dalam hati kita Sabda Rasululloh :
“Gunakan waktu luangmu sebelum waktu sempitmu,
gunakan waktu mudamu sebelum tuamu, gunakan waktu
kayamu sebelum miskinmu, gunakan waktu sehatmu
sebelum sakitmu, dan gunakan waktu hidupmu sebelum
matimu”.


Sungguh amat merugi bila kita gunakan waktu ini untuk
sebuah kesia-siaan. Karena melakukan sebuah amal
saleh pun kita harus berhitung dengan cermat. Jangan-
jangan diantara amal saleh kita ada terselip perasaan ria,
jangan-jangan diantara amal saleh kita ada asa untuk
memperoleh pujian, jangan-jangan diantara amal saleh
kita ada pamrih yang tak terkatakan. Astaghfirulloohal
‘adziim, na’udzu billahi min dzaalik. Semoga kita
terlindung dari semua itu.

Alloh mengingatkan kita dalam firman-Nya :
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan
kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan
mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-
baikanya. (Q.S. Al Kahfi : 103-104).


Terakhir, marilah kita resapi firman Alloh ini agar kita
selalu ingat: “Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Alloh,
sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang
lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa
kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang
yang fasik”. ( Q.S. Al Hasyr : 18-19).


Semoga Alloh berkenan untuk senantiasa melindungi
kita dari kesia-siaan, dan menetapkan petunjuk-Nya
atas diri kita.


Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’daidz hadaitanaa
wahablanaa milladunka rahmatan innaka antal wahhaab.
Robb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah rahmat dari sisi Engkau;
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).
(Q.S. Ali Imron : 8) Aamiin.
buat isteriku I love u forever...shabar ya yank!
Wallohu a’lam bishshowwab.

Kamis, 17 September 2009

Amal Pembayar

Ketika permasalahan hidup membelit dan
kebingungan serta kegalauan mendera rasa hati.
Ketika gelisah jiwa menghempas-hempas.
Ketika semua pintu solusi terlihat
buntu. Dan kepala serasa hendak meledak:
tak mengerti apalagi yang mesti dilakukan.
Tak tahu lagi jalan mana yang harus ditempuh.
Hingga dunia terasa begitu sempit
dan menyesakkan.

Ketika kepedihan merujit-rujit hati. Ketika
kabut kesedihan meruyak, menelusup ke dalam
sanubari. Atas musibah-musibah yang beruntun
mendera diri. Apalagi yang dapat dilakukan
untuk meringankan beban perasaan? Apalagi
ang dapat dikerjakan untuk melepas kekecewaan?

Ketika kesalahan tak sengaja dilakukan.
Ketika beban dosa terasa menghimpit badan.
Ketika rasa bersalah mengalir ke seluruh
pembuluh darah. Ketika penyesalan
menenggelamkan diri dalam airmata kesedihan.
Apa yangdapat dilakukan untuk meringankan
beban jiwa ini?

Allah berfirman, "Barangsiapa bertakwa kepada-Nya
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."


Rasulullah bersabda, "Ikutilah kesalahan dengan amal
baik, niscaya ia akan menghapus dosa-dosamu."

Seperti Ibnul Jauzi bilang, "aku pernah dihimpit
permasalahan yang membuatku gelisah dan galau
berlarut-larut. Kupikirkan dan kucari solusi
dengan segala cara dan usaha. Tapi aku tidak
menemukan satu jalan pun untuk keluar darinya,
hingga kutemukan ayat itu. Maka kusadari, bahwa
jalan satu-satunya keluar dari segala kegalauan
adalah ketakwaan. Dan ketika jalan ketakwaan
itu kutempuh, tiba-tiba Allah sudah lebih dulu
menurunkan penyelesaian. Maha suci Allah".

***

Dengan keyakinan, ku coba jalankan titahNya.
Tertatih, kucoba mengikuti sunnah Sang Nabi.
Saat diri berhadapan dengan permasalahan
yang memepatkan rasa, hingga tak terlihat
jalan keluarnya, kucoba lebihkan amal-amal dari
yang biasa. Berinfaq lebih banyak.

Tersenyum lebih banyak. Memaafkan lebih banyak.
Menolong orang lebih banyak. Menambah ibadah harian
lebih banyak. Dengan semua itu akan memberikan energi
positif bagi kondisi fisik dan psikologis, hingga
ketenangan pun tercipta dan pikiran jernih pun terasa.

Pada gilirannya, jalan keluar mulai tampak ujungnya. Dan
Allah menurunkan kemantapan hati dalam memilih
langkah penyelesaian. Saat kesedihan menyelimuti dan
rasa bersalah menyesaki, kucoba ikuti sunnah nabi dengan
disertai doa: Semoga Allah mengampunkan segala dosa.

Silaturahmi. Ya, silaturahmi lah yang saya lakukan.
Sebuah tindakan paling realistis yang saya temukan saat
itu. Saya mengunjungi semua kerabat, kawan dan handai
taulan, saudara-saudara, orang-orang saleh, para guru,
tetangga sekitar dan lain-lain yang selama ini saya
terlupakan oleh kesibukan. Dan ketenangan pun sedikit
demi sedikit tercipta. Meredakan gelisah jiwa.
Membersihkan noda-noda dalam dada. Sesudahnya,
kutemukan jalan menuju taubat dan kutemukan kafarat
pembayar dosa dan duka

Kamis, 10 September 2009

Apple for an Angel

"Pada berbagai tahap kehidupan kita, tanda-tanda
cinta yang kita temui itu beragam: ketergantungan,
daya tarik, kepuasan, kecemasan, kesetiaan, kesedihan,
tetapi di dalam hati, sumbernya selalu sama. Manusia
mempunyai sedikit sekali kemampuan untuk saling
berhubungan dengan sesamanya, mensyukuri apa
adanya."


Dia berjalan dengan mata menatap ke bawah,
kepala tertunduk. Ketika dia melihatku, dia bicara,
dan aku menangkap pandangannya. Dia lusuh dan kumal,
tak ada cahaya di matanya. Dia berkata, "Assalaamu
'Alaykum." Begitu sopannya dia.


Dengan lembut aku menjawab salamnya, "Wa
'Alaykum salaam." Aku terus berjalan dalam
kesunyian, pemuda ini -yang tak kuketahui siapa
namanya- telah membawa hatiku pergi jauh, entah ke
mana.

Aku menatap pada kedua matanya, mengamati sebuah
harapan yang pernah sirna, kataku dalam hati,
"Bagaimanakah perasaan ibu yang melahirkannya?
Bagaimanakah perasaan ibu yang telah menyaksikan
putranya tumbuh seperti ini?". Beberapa waktu
kemudian kudapati jawaban itu tak akan pernah ada,
ibunya telah meninggal -tidak beberapa lama setelah ia
lahir. Rupanya ia seorang piatu!

Kemudian, aku selalu dikejutkannya pada hari-hari
yang lain, dengan salamnya yang tulus dan dengan
ekspresi wajahnya yang malu-malu. Ketika sengaja
menatap ke dalam kedua bola matanya kali ini, aku
kembali dikejutkan dengan binar mata yang sekarang
hadir. Aku bersyukur, Semoga saja itu memang karena
aku tidak mengabaikannya meski hanya dengan sebuah
senyuman.


Aku ingat ketika aku pertama kali mengamatinya
dengan teliti. Pikiranku mengembara entah ke mana.
Antara terharu, iba dan rasa kasihan yang tak terkira.
Kupikir sudah seharusnya ada sisa-sisa penghargaan
pada seorang anak yang terlahir sebagai seorang
manusia dengan kerusakan mental yang parah. Tidak
hanya itu, ia juga memiliki mata yang jauh lebih besar
dari ukuran normal, tanpa naungan alis yang enggan
tumbuh di atasnya. Kulitnya kasar dan bersisik,
rambutnya merah seperti rambut jagung, giginya besar-
besar, hitam, jarang-jarang dan terlalu maju ke depan
pada rahang atas. Hal itu membuatnya tampak seperti
menyeringai jika tersenyum. Hal itu akan membuat
anak-anak kecil akan berlari-lari dan mengolok-
oloknya dari jauh.


"Assalaamu 'Alaykum wa RohmatuLlaahi wa
Barokaatuh." Suatu hari ia mengucapkan salam dengan
sempurna begitu aku lewat. Seingatku Ini pertama kali
ia mengucapkan salam dengan lengkap. Aku baru sadar
ia sangat bahagia hanya karena aku selalu menjawab
salamnya. Maka pagi itu, aku ikut-ikutan menjawab
salam tanpa kusingkat sedikitpun. Sejujurnya jawaban
salamku hanya sebetik rasa kasihan. Mengapa
Allah menciptakan makhluk yang jauh dari sempurna seperti
ini, tanyaku dalam hati. Biarlah, Allah Maha Tahu.
Tapi ya Allah, betapa pilu ketika aku melihat ia juga
mengucapkan salam pada setiap orang, tapi tak
seorangpun yang menanggapinya.

Rupanya ini alasannya. Rupanya ini yang membuatnya
bahagia jika bertemu denganku. Sebuah pengakuan.
Pengakuan sebagai manusia meskipun jauh dari
kesempurnaan fisik dan mental yang seharusnya
dimiliki.

Ini memang sangat menyedihkan. Aku menyelami
perasaannya, tapi aku juga tahu mengapa orang-orang
yang lewat mengacuhkannya. Apakah perlu menjawab
seorang pemuda cacat mental dengan kedewasaan
seperti anak-anak yang bahkan belum pantas terdaftar
pada sekolah dasar? Mungkin itu pikiran kebanyakan
orang. Tapi aku tidak.

Aku berusaha menjawab salamnya, selalu dan
sebisaku. Belakangan ini ia justru menyadarkanku
tentang hakikat salam yang seharusnya. Jika ia
mengucapkan salam padaku lebih dulu, aku
menjawabnya dengan lengkap dan tanpa sadar
membuatku berpikir. Berpikir tentang makna salam itu
sendiri. "Wa 'Alaykum Salaam wa Rohmatullaah wa
Barokaatuh" -Dan salam kesejahteraan juga bagimu
dengan Rahmat Allah dan Barokah Allah,
doaku dalam hati. sepanjang hidupku, telah banyak kulakukan
perbuatan tercela pada orang lain. Aku sadar mengapa
salam menjadi hak seorang muslim atas saudaranya.
Barangkali doa dalam salam itu berfungsi untuk
menghapuskan dosa-dosa yang ada. Ia adalah kebaikan
yang mudah diberikan kepada saudara-saudara kita.
Sebuah doa, bukan semata-mata ungkapan formalitas
tanpa makna.


Rupanya aku baru menyadari mengapa Allah
menciptakan pemuda cacat ini, kehadirannya bukan
tidak berguna seperti dugaanku. Tapi menyadarkan
orang-orang sepertiku tentang arti bersyukur pada
nikmat Allah yang mudah terlihat tapi sukar di lihat.
Nikmat kesempurnaan fisik, kesehatan mental, dan
kenikmatan iman.

Terima kasih Jo, kataku dalam hati. Jo adalah nama
pemuda itu. Akhirnya aku tahu ia tinggal di sebuah
kamar petak tidak jauh dari kost-kostanku. Ia rajin
pergi ke masjid sebelah rumah kostku, belajar mengaji
bersama anak-anak kecil dengan usia minimal 10 tahun
di bawah usianya. Aku diberi tahu anak-anak itu -yang
tak lain adalah murid-murid ngajiku dulu. Mereka
mengatakan bahwa Jo tidak pernah naik dari Iqro 4.
Meski begitu ia rajin sekali hadir. Aku sendiri belum
pernah melihatnya sewaktu mengajar, atau karena aku
tidak memperhatikan saja? Entahlah, kesibukan
kuliahku di tingkat akhir membuatku jarang lagi
mengajar anak-anak kecil itu. Semoga Allah
mengampuniku atas amanah yang telah kulalaikan.

Suatu hari aku terkejut mendapati Jo berdiri di depan
pintu rumah kostku. Gayanya malu-malu, kemudian ia
mengucap salam seperti biasa. Aku baru saja selesai
membenahi semua barang-barangku dan mengepaknya
dalam beberapa kardus besar. Hari ini aku pindah kost.

"Teteh mau pindah?" ia bertanya. Aku menjawab
dengan sebuah anggukan. Dalam sekejab tatapan
matanya menjadi sayu, seolah-olah sangat sedih
mendengar berita itu. Hatiku trenyuh.

"Teteh ..." ia berkata lagi. Dikeluarkannya sebutir apel
lusuh dari balik kantong bajunya yang kumal. Apel
besar berwarna hijau masih lengkap dengan tempelan
merk Switzerland. Itu apel yang hanya bisa di dapat di
departmen store, pikirku. Sungguh, Aku tidak bisa
menduga maksud ia menunjukkan apel itu padaku.


"Saya memecah celengan ayam saya buat beli apel ini,
ini buat teteh." Dia berkata. Diangsurkannya apel itu
padaku. Oh, Aku bertanya-tanya dalam hati "Apakah
ini tidak salah?"

Meski begitu, kuterima saja apel itu dengan tatapan
penuh tanya, ia hanya tersipu malu lalu berkata pelan-
pelan, "Ustadz bilang, di surga ada banyak bidadari
yang baik. Bidadari itu juga hanya makan makanan
yang baik-baik di surga, di sana banyak buah-
buahan..."

Aku menatapnya lebih dalam. Berusaha mencari
makna dibalik kata-kata yang belum kupahami.


"Kata ustadz lagi, bidadari surga itu juga ada di dunia
dalam bentuk wanita sholihah.." di sini kalimatnya
berhenti, ia tersenyum malu-malu dan menundukkan
kepalanya dalam-dalam, lalu melanjutkan "kata ustadz
juga, wanita sholihah itu salah satu cirinya baik hati
dan berjilbab rapih seperti teteh ..."

Aku terharu mendengar penjelasannya yang sederhana
namun sarat makna. Tanpa sadar meremas-remas ujung
jilbabku, kuingat Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Jangan anggap remeh suatu perbuatan baik, bahkan
jikapun kamu bertemu saudaramu dengan muka
tersenyum (karena itu adalah perbuatan yang berat
timbangan kebaikannya)."


Kemudian, sewaktu aku menatap kembali ke dalam
bola matanya, aku tahu bahwa karena pemuda buruk
rupa yang cacat mental ini, aku tidak hanya telah diajak
ke dalam dunia perenungan dan kesunyian yang aneh –
aku telah diberi kesempatan untuk menghargai orang
secara terbuka untuk pertama kalinya dan untuk
'mengenang hal-hal yang baik dalam diri orang lain',
sekecil apapun itu.

Setelah hari itu, tampaknya jauh lebih mudah untuk
memuji dan meluhurkan Allah atas semua yang
kuterima dalam hidupku yang 'benar, mulia, dan adil' –
termasuk sebutir apel dari seorang pemuda cacat
mental seperti Jo. Mungkin baginya hadiah terbesar
yang bisa dipersembahkannya kepadaku adalah apel
itu.

Bukan masalah soal harganya, namun nilai makna yang
terkandung dalam apel itu membuatku terharu.
Pikirannya memang sangat sederhana, tapi itu justru
membuatnya mudah menyerap nilai-nilai kebaikan
yang diberikan orang kepadanya. Dengan seulas
senyum saja, ia telah memberiku predikat seseorang
yang baik-hati. Dengan hanya menjawab salamnya saja
ia telah mensejajarkanku dengan bidadari surga! Aku
sungguh terharu!

Tak akan kulupa dia, saat dia mengiringi kepindahanku
dengan tatapan matanya, karena dia telah memberiku
sesuatu yang tak akan pernah bisa kubayar. Dia berikan
padaku kesempatan untuk memberi yang kumampu,
kesempatan untuk menunjukkan cinta pada mereka
yang tersingkir --kesempatan untuk sekedar tersenyum
dan menjawab salam ketika tak seorang pun bersedia –
kesempatan untuk menjadi manusia istimewa,
kesempatan untuk melakukan kebaikan.


Aku akan selalu berterima kasih pada pemuda cacat
mental itu karena menunjukkan padaku cinta dalam
seuntai doa, untuk memberiku kesempatan menjadi
seseorang yang memiliki kepekaan hati lebih banyak,
untuk memberiku kesempatan menjawab ketukannya
di pintu kalbuku.

Kau tahu, aku bukanlah bidadari, meski aku ingin
sekali menjadi salah satunya. Aku telah melukai
banyak orang dengan menjadi diriku, dan orang ini,
orang yang cacat ini, yang tidak mengabaikan diriku,
untuk sejenak melepaskan seorang bidadari
untuk terbang bebas.

Rabu, 09 September 2009

Cintai Aku Hari Ini


Hari ini mungkin akan ada tangis lagi. Walau sampai
habis air mata, tapi tak mengapa. Karena aku mengiba
cinta.

Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat?
Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati
merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya. Namun
kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.

Kemarin, saya melihat seorang anak menangis di
hadapan ibunya. Ia sepupu saya sendiri. Beberapa menit
sebelum tangisannya, si ibu memarahinya. Dan hampir
juga memukuli. Baru kutahu bahwa si ibu telah
meninggalkannya seharian penuh. Entah ke mana. Ia
ditinggal di rumah hanya berdua dengan pembantu.
Seperti biasa setiap kali ibunya pergi. Ibunya berkata, ia
makin hari makin nakal. Baginya, bila ia telah sanggup
menyampaikan rasa, hari itu ia rindu ibu.

Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu
terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi
lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar
tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu
yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah
adanya.


Beberapa waktu lalu, saya pernah berselisih dengan
seorang sahabat yang telah saya kenal semenjak sepuluh
tahun lamanya. Menurut saya, ia telah melakukan
kesalahan, dan saya menegurnya. Menurutnya, ia hanya
mengikuti kata hatinya, dan tak rela atas teguran saya.

Saat itu saya berpikir, kalau hari itu tak saya tegur ia,
maka saya telah berdosa karena telah membiarkannya
larut dalam perasaannya sedang ia tak memperhatikan
lagi batas perilakunya. Saya tak lagi sempat berpikir
bahwa mungkin saja ia telah salah menangkap maksud
saya. Padahal saya hanya ingin memberitahunya sesuatu,
bahwa saya cinta. Semua perkataan saya, adalah cinta
saya kepadanya.

Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan
lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan
itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa,
sedang hati telah terguratkan olehnya.

Ada seorang istri yang marah pada suaminya. Setiap
kalimat yang keluar darinya, tak lain hanyalah cercaan
belaka. Ia berkata, tak lagi ada rasa percaya. Kita yang
mendengarnya, mungkin akan berpikir bahwa ia tak lagi
cinta. Tetapi nyatanya tak seperti itu. Sebab waktu akan
membuktikan bahwa rasa itu tetap ada. Saat suaminya
terlelap lelah dalam tidurnya, ia memperhatikan dan setia
di sampingnya.

Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu
mewakili perasaan yang sebenarnya. Seringkali hati lah
yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup
mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah
terpendam jauh di pelosok kalbu.

Kepada manusia, kita telah melakukan apa saja untuk
mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan
sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat
dengan diri kita.

Kepada Sang Pencipta, apakah kita berlaku hal yang
sama? Andaikan begitu lemah kita menyampaikan rasa,
bagaimana kita meminta kepada-Nya? Bukankah segala
pinta tersampaikan lewat doa?

Walau hanya sebatas satu kalimat yang terlantunkan dari
hati, Ya Allah, cintai aku hari ini...

Selasa, 08 September 2009

I Didn‘t Mean To...

I Didn‘t Mean To...

Pernahkah suatu kali kita menemui bahwa ternyata
secara tak sengaja telah tersakiti hati orang-orang lain di sekitar kita. Kita melangkah memulai hari tanpa
mengerti bahwa kemarin, dua hari lalu, atau hari-hari
sebelumnya lagi, entah berapa banyak orang yang tak
berkenan dengan apa yang telah kita lakukan. Walau
tanpa sadar, walau tak bermaksud demikian, namun hati
yang terlanjur tersakiti, sulit tuk dipulihkan lagi.

Suatu kali, saat menjalani tingkat pertama perkuliahan,
seseorang pernah berkata pada saya, "Kamu galak banget
ya?" Ups! Saat itu saya benar-benar kaget. Galak? Ya,
mungkin juga sih. Rasanya saya memang tidak pernah
seperti si A, teman saya, yang bisa dengan ramainya
berkicau menyapa setiap orang yang ia lewati di lorong
kampus. Kemudian saya pun bertanya lebih lanjut,
mencoba memahami "complain" yang saya terima hari
itu.

Teringat waktu kelas dua SMU dulu. Saat saya dan
teman-teman lain menjadi pengurus Rohis SMU.
Berkutat dengan pelajaran, sekaligus aktivitas
kepengurusan, setiap hari rasanya ada saja bahan rapat
sepulang sekolah. Capek? Sudah pasti. Tapi entah
kenapa saya menyukai semua aktifitas itu. Sepertinya
bila hari belum gelap, belum waktunya untuk pulang ke
rumah. Tanpa sadar, aktifitas ini itu di sekolah serta
tuntutan harus mencapai nilai-nilai yang baik, plus
beberapa permasalahan yang juga saya hadapi di rumah,
membuat sedikit tekanan yang akhirnya terbawa pada
perilaku. Saya mungkin tak menyadari, tapi tidak dengan
yang lain.

Hari itu, saya dan teman-teman sedang duduk-duduk di
depan mushola sekolah. Tiba-tiba teman saya
memanggil, "Kamu dicariin tuh, sama anak kelas 1-5."
Saya menoleh ke belakang, rupanya sedari tadi sudah
berdiri dua orang anak kelas satu. Dua-duanya saya
kenal, mereka anak-anak kelas satu yang rajin
menghadiri acara Rohis tiap Jumat. "Kenapa, dek?" tegur
saya. Mereka mendekat, salah satunya menyodorkan
sebuah buku, "Ng... ini kak, mau kembaliin bukunya.
Maaf kelamaan minjemnya," katanya dengan suara
sangat pelan.

Saya mengangguk sambil tersenyum kecil,
dan mengambil buku tersebut. Mereka lantas lekas pergi
setelah mengucapkan salam. Kemudian seorang teman
saya yang lain berkata, "Eh, kemarin mereka nanya ke
aku, tentang kamu." Saya menatapnya heran, "Tanya
apa?" "mereka tanya, "Kakak yang itu, maksudnya
kamu, galak nggak sih?" Saya terhenyak. Pantas, tadi
tampaknya mereka menghampiri dengan raut takut-takut
dan suara nyaris tak terdengar. Saya berusaha keras
mengingat-ingat, apa sih yang sudah saya lakukan
sampai-sampai adik kelas takut kepada saya. Lalu saya
hanya bisa nyengir pahit, karena saya
tak berhasil mengingat apapun.

Pernahkah kita menyadari bahwa bisa jadi hari ini kita
telah mengecewakan banyak orang? Kita mengira bahwa
hari ini telah dilewati dengan lancar tanpa gangguan dan
kita akhiri hari dengan tidur nyenyak. Namun ternyata
tadi pagi, saat kita lupa mencium tangan orang tua untuk
pamit, terbersit sedikit kecewa di hati mereka. Tadi pagi,
saat membayar ongkos bis, kita memberikannya dengan
sodoran yang kasar hingga pak kondektur bis bertambah
lelah dan penatnya bahkan merasa terhina. Tadi pagi,
saat masuk ruangan kantor, kita lupa menyapa dan
memberi salam dan senyum pada pak satpam dan
beberapa teman yang sudah datang, hingga yang kita
suguhkan hanyalah wajah lelah sehabis turun naik bis
dan kerut kening pertanda banyak kerjaan kantor yang
harus diselesaikan hari itu.

Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak
enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita,
dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya.
Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau
bahkan marah pada kita. Tanpa kita menyadari, bahwa
hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati begitu
banyak orang. Dan saat hati-hati mereka telah luka,
rasanya tak lagi berarti permohonan maaf kita saat kita
ucapkan, "I didn't mean to..."


Seorang sahabat pada jaman Rasulullah SAW pernah
dijamin masuk surga sebab ia memiliki kebiasaan selalu
memaafkan dan melapangkan hati bagi setiap orang yang
mungkin telah menyakiti hatinya hari itu. Namun kita tak
pernah bisa memastikan, apakah memang kesalahan-
kesalahan kita -yang tak disadari itu- telah dimaafkan
oleh orang-orang yang telah sedih, kecewa, kesal, dan
marah pada kita. Kita tak pernah bisa memastikan,
sampai kita harus memohon pada mereka untuk memberi
maaf. Hingga tak lagi kesalahan-kesalahan itu
memberatkan diri kita di akhirat kelak. Walau kita pikir
itu kecil, walau sepertinya itu tak berarti banyak buat diri
kita.

Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita
sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu? Benar
tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya?
Ah, saya kan tidak bermaksud begitu.
I didn't mean to. Dan sekian
banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita sendiri,
tanpa peduli apakah orang tersebut masih merasakan
sakitnya hingga kini.

Tak usahlah lagi alasan itu dicari. Mari mulai
memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah
tahu kapan diri kita pernah menyakiti

Senin, 07 September 2009

AIR MATA RASULULLAH SAW ...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru
mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimahlembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan
yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah
yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,
" kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama
menyertainya.


Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah
bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang
amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak
membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril
lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku
kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan
syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah
berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh
Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali
yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau
palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut
ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak
bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali
segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati,
wa maa malakat aimanukum --peliharalah shalat dan
peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat
saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di
wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii,
ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa wa
salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita

Minggu, 06 September 2009

Poligami Dari Berbagai Sisi

"Dan jika kamu khawatir tidak dapat berbuat adil kepada anak-anak
(perempuan) yatim maka kawinlah dengan perempuan yang
menyenangkan hatimu dua dan tiga dan empat. Jika kamu khawatir
tidak dapat berbuat adil, maka kawinilah seorang saja, atau ambillah
budak perempuan kamu. Demikian ini agar kamu lebih dekat agar
tidak melanggar yang benar." (QS. 4:3).

Sebab Turunnya Ayat
Bukhari, Abu Daud, Nasa'i dan Tirmizi dari Urwah bin
Zubair, bahwa ia bertanya kepada Aisyah, istri Nabi Saw
tentang ayat-ayat tersebut lalu jawabnya: "Wahai anak
saudara perempuanku, yatim disini maksudnya adalah
anak perempuan yatim yang ada dibawah asuhan
walinya punya harta kekayaan bercampur dengan harta
kekayaannya, dan hartanya serta kecantikannya membuat
pengasuh anak yatim ini senang padanya lalu ia ingin
menjadikan perempuan yatim ini sebagai istrinya, tapi
tidak mau memberi mas kawin kepadanya dengan adil,
yaitu memberikan mas kawin yang sama dengan mas
kawin yang diberikan kepada perempuan lain. Maka
pengasuh anak yatim seperti ini dilarang mengawini
mereka kecuali mau berlaku adil. Jika tidak dapat
berlaku adil, mereka disuruh kawin dengan perempuan
lain yang disenanginya. (Sabiq, Sayyid, 1978:166).


Tentang Adil
Allah Ta'ala MEMBOLEHKAN poligami dengan
batasan sampai 4 orang istri saja dan MEWAJIBKAN
berlaku adil kepada mereka dalam urusan makan, tempat
tinggal, pakaian, atau segala sesuatu yang bersifat
kebendaan tanpa membedakan antara istri yang kaya
atau miskin dari asal keturunan tinggi maupun rendah.


Bila suami khawatir berbuat zalim dan tidak dapat
memenuhi semua hak-hak mereka, maka diharamkan
berpoligami. Bila yang sanggup dipenuhinya hanya tiga
orang istri, maka haram beristri empat. Jika ia hanya
sanggup beristri dua, maka haram baginya mempunyai
tiga istri. Demikian seterusnya. (Sabiq, Sayyid,
1978:171)

Dari Abu Hurairah Nabi Saw bersabda: "Barang siapa
punya dua istri lalu memberatkan salah satunya, maka ia
akan datang di hari kiamat dengan bahunya miring".
(HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i dan Ibnu Majah)


Firman Allah: "Dan tidaklah kamu sanggup berlaku adil
kepada istri-istrimu sekalipun kamu sangat
menghendakinya. Karena itu janganlah kamu miring
semiring-miringnya kepada salah seorang istrimu,
sedangkan yang lain kau biarkan ibarat barang
tergantung." (QS 4:129)


Muhammad bin Sirrin berkata: Saya telah menanyakan
soal ayat ini kepada Ubaidah. Jawabnya: Yaitu dalam
cinta dan bersetubuh. (Sabiq, Sayyid, 1978:173).

Aisyah berkata: Rasulullah selalu membagi giliran sesama istrinya dengan adil. Dan beliau pernah berdoa:
"Ya Allah, Ini bagianku yang dapat kukerjakan. Karena
itu janganlah Engkau mencelaku tentang apa yang
Engkau kuasai sedang aku tidak menguasainya." Kata
Abu Daud: Yang dimaksud dengan Engkau kuasai tetapi
aku tidak kuasai yaitu "hati". (HR. Abu Daud, Tirmizi,
Nasa'i dan Ibnu Majah)


Hak Perempuan
Islam juga memberikan perempuan atau walinya untuk
mensyaratkan kepada suaminya agar dia tidak dimadu.
Jika syarat yang diberikan oleh istri ini dilakukan ketika
ijab qabul maka syarat ini sah dan mengikat, sehingga ia
berhak membatalkan perkawinannya jika syarat ini tidak
dipenuhi suaminya. Namun hak membatalkan
perkawinan ini hilang jika ia rela akan pelanggaran
suaminya. Demikian pendapat Imam Ahmad dan
dikuatkan Ibnu Taimiyah dan Ibul Qayyim. (Sabiq,
Sayyid, 1978:175)


Fakta-fakta yang patut dipertimbangkan:

1. Ketimpangan jumlah antara perempuan dan laki-laki
Di AS jumlah perempuan 8x lebih banyak dari laki-laki.
Di Guinea ada 122 perempuan untuk 100 laki-laki.
Setelah PD II, di Jerman jumlah perempuan adalah 7,3
juta lebih banyak dari laki-laki (3,3 jutanya adalah
janda). Banyak dari perempuan-perempuan itu yang
membutuhkan laki-laki bukan hanya sebagai
pendamping tapi juga sebagai pemberi nafkah keluarga.
Pasukan Sekutu (AS-Inggris) banyak yang memberikan
perempuan-perempuan itu rokok, cokelat dan roti
sebagai imbalan dari hubungan intim yang diberikan.
Seorang anak berumur 10 tahun pada saat mendengar
adanya pemberian semacam itu berharap ibunya bisa
mendapatkan laki-laki diantara pasukan sekutu itu
supaya mereka tidak kelaparan lagi (Frevert, 1998:263-
264).


Di AS ada krisis gender pada masyarakat kulit hitam. 1
dari 20 pria kulit hitam meninggal dunia sebelum
berumur 21 tahun. Bagi yang berumur 20-35, penyebab
kematian utama adalah pembunuhan. (Hare dan Here,
1989:25). Disamping itu banyak laki-laki kulit hitam
yang tidak punya pekerjaan, dipenjara atau kecanduan
obat (Harrre dan Here, 1989:26). Akibatnya 1 dari 4
perempuan kulit hitam, pada umur 40 tidak pernah
menikah, dan pada perempuan kulit putih terdapat 1 dari
10 perempuan tidak pernah menikah pada usia yang
sama (Kilbridge, 1994:94). Banyak perempuan kulit
hitam menjadi single mother sebelum usia 20 th. Akibat
ketimpangan dalam man-sharing, perempuan-perempuan
ini banyak yang kemudian menjalin hubungan selingkuh
dengan laki-laki yang sudah menikah (Kilbridge,
1994:95).


Jadi, sebetulnya mana yang lebih baik menjadi istri
kedua (ketiga atau keempat) yang sah dimata manusia
dan Allah, atau "prostitusi terselubung" seperti yang
dilakukan pasukan Sekutu (yang sebetulnya di
masyarakat kita juga mulai 'membudaya'?)


2. Praktek poligami

Sejak zaman dahulu pria ber-poligami. Para nabi juga,
contohnya nabi Ibrahim. Para Raja, contoh terdekat raja-
raja di Jawa. Jadi sebetulnya poligami itu bukan hal yang
aneh, tapi memang tidak semua laki-laki mampu untuk
poligami.


Banyak perempuan muda Afrika, baik Islam maupun
Kristen, lebih suka dinikahi laki-laki yang sudah
menikah karena telah terbukti dapat bertanggung jawab.
Sebuah penelitian terhadap perempuan berumur 15-59
tahun, yang dilakukan di kota terbesar kedua di Nigeria
menunjukkan bahwa 60% perempuan akan senang kalau
suami mereka beristri lagi. Hanya 23% yang
mengungkapkan tidak suka ide poligami. Penelitian di
Kenya menyatakan 76% perempuan melihat poligami itu
positif. Penelitian di pedesaan Kenya menunjukkan 25
dari 27 perempuan menganggap poligami lebih baik dari
monogamy. Perempuan-perempuan itu menganggap
poligami dapat menguntungkan jika istri-istri itu
bekerjasama satu sama lain (Kilbridge 1994:108-109).


3. Setuju pada poligami

Dr. M. Yusuf Musa berkata: Saya mengikuti Konferensi
Pemuda Internasional di Munich, Jerman Barat, 1948
dan membahas persoalan ketidakseimbangan jumlah
perempuan dan laki-laki. Usulan poligami pada awalnya
tidak disetujui. Namun setelah dikaji lebih mendalam,
peserta sependapat bahwa poigami adalah solusi.
Akhirnya poligami dimasukkan sebagai salah satu
rekomendasi peserta konferensi. Tahun 1949 saya
mendengar bahwa penduduk kota Bonn ibukota Jerman
Barat menuntut agar dalam undang-undang negara
dituangkan ketentuan yang membolehkan poligami.
(Sabiq, 1978:191)


Pada diskusi panel di Temple University, Philadelphia,
27 Januari 1993, dibicarakan tentang man-sharing/satu
laki-laki untuk beberapa wanita (Kilbridge, 1994:95-99).
Sebagian pembicara menganjurkan poligami sebagai
pemecahan masalah.


Tahun 1987, sebuah polling yang dilakukan koran
mahasiswa Universitas California di Berkeley
menanyakan para mahasiswa apakah setuju jika laki-laki
diperbolehkan secara hukum untuk memiliki lebih dari 1
istri untuk mengatasi keterbatasan jumlah calon
pengantin laki-laki di California. Hampir seluruh
mahasiswa yang mengikuti polling setuju. Salah seorang
mahasiswa perempuan mengatakan bahwa perkawinan
poligami akan memenuhi kebutuhan emosi dan fisiknya
di samping memberikan kebebasan yang lebih besar
daripada perkawinan monogamy (Lang, 1994:172).
Argumen yang sama dikemukakan perempuan Mormon
fundamentalis yang menjalani poligami di AS. Mereka
yakin poligami cara yang ideal bagi perempuan untuk
memiliki karir dan anak-anak karena istri-istri itu dapat
saling membantu dalam mengurus anak-anak (Kilbridge,
1994:72-73).


Poligami dalam Islam adalah persoalan kesepakatan
bersama. Tidak seorang pun yang dapat memaksa
perempuan untuk menikah dengan orang yang sudah
menikah. Seorang istri juga berhak untuk membuat
persyaratan bahwa suaminya tidak boleh memiliki
perempuan lain sebagai istri kedua (Sabiq, 1994:187-
188).


Ada hal yang patut kita cermati dari kata-kata Billy
Graham, seorang penginjil Kristen: "Ajaran Kristen tidak
kompromi pada persoalan poligami. Islam telah
mengijinkan poligami sebagai jalan keluar untuk
mengatasi penyakit-penyakit masyarakat dan telah
membolehkan dengan sewajarnya pada naluri manusia,
tetapi dalam kerangka hukum yang diatur ketat. Negara-
negara Kristen mempromosikan monogami besar-
besaran, tapi kenyataannya mereka sebetulnya poligami.
Setiap orang tahu permainan 'wanita simpanan' dalam
masyarakat Barat. Islam merupakan agama yang sangat
jujur dan memperbolehkan muslim untuk menikahi
perempuan lain jika dia terpaksa, tapi Islam melarang
dengan ketat semua bentuk percintaan terselubung untuk
menyelamatkan integritas moral masyarakat". (Doi,
1994:76).


Kalau nonmuslim saja bisa melihat ke-tawadzun-an
dalam masalah poligami ini, kenapa kita masih ribut?
Bukankah ini bukti luarbiasanya dan sempurnanya
Islam? Islam MEMBOLEHKAN poligami, dalam
beberapa kasus diatas bahkan bisa jadi SOLUSI. Hukum
menikah ada beberapa, bisa jadi WAJIB, MUBAH,
MAKRUH, bahkan HARAM. Dilihat kasus per kasus.
Poligami juga, tergantung setiap keluarga yang
menjalaninya.


4. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan

a. Adakalanya istri mandul atau menderita sakit yang tak
ada harapan sembuh, padahal suami ingin mempunyai
anak. Dengan keadaan seperti ini apakah lebih baik
suaminya dibiarkan menderita karena kondisi istrinya
dan ditimpakan seluruh penderitaan tadi kepada
suaminya seorang, atau dipandang lebih baik istrinya
diceraikan saja dan menderita dengan perceraian itu,
padahal ia masih menginginkan hidup berdampingan
dengan suaminya? Ataukah lebih baik poligami sebagai
suatu alternatif yang cukup win-win solution?


b. Kesanggupan laki-laki untuk berketurunan lebih besar
dari perempuan. Kesanggupan perempuan untuk
mempuanyai anak berakhir sekitar usia 45-50 tahun, sedang laki-laki sampai dengan lebih dari 60 tahun.


c. Ada segolongan laki-laki yang mempunyai dorongan
seksual sangat besar sehingga tidak puas dengan seorang
istri saja. Maka itu poligami bisa menjadi alternatif
pemecahan.


d. Terhindar dari lahirnya anak-anak di luar pernikahan.
Menteri Kesehatan, Pendidikan dan Sosial Amerika
Serikat mencatat biaya yang ditanggung pembayar pajak
untuk anak-anak tidak sah adalah US $ 210 juta di tahun
1959 untuk sekitar 205 ribu anak. (Sabiq, Sayyid
1978:185-186)


Sebagai penegasan dan kesimpulan semoga kita sepakat
bahwa: Merupakan karunia dan rahmat Allah yang
menjadikan poligami bukan wajib dan bukan sunnat, tapi
DIBOLEHKAN dan dibatasi hingga empat saja. (Sabiq,
Sayyid 1978:179). Selain hak suami untuk beristri
sampai empat, istri juga berhak saat ijab qobul meminta
untuk tidak dimadu. Subhanallah, betapa luar biasa
adilnya Allah dalam mengatur masalah ini.


Dengan paparan ini, harapan kecil saya adalah adalah:

1. Yang sekaum dengan saya jangan langsung alergi
ketika berbicara poligami atau berkata
"Tidaaaaakkkkkkkkkk!!!" kepada suami saat suami
mengutarakan keinginannya untuk poligami.


2. Bagi kaum Adam, tolong jangan mengatakan ini
sunnah Nabi, dengan demikian harus diikuti, seperti
sunnah-sunnah Nabi yang lain. Tolong jangan mengikuti
hawa nafsu dan berlindung dibalik ayat.


3. Tidak perlu berbeda pendapat tentang poligami,
karena ini adalah hak masing-masing pasangan, yang
kondisinya bisa berbeda-beda. Bisa jadi bagi seseorang
poligami adalah suatu solusi, dan bagi orang yang lain
adalah petaka.


Literatur:
Doi, Abdul Rahman. 1994. Woman in Shari'ah. London : Ta-Ha
Publishers.
Frevert, Ute. 1988. Woman in Germany History : From Bourgeois
Emancipation to Sexual Liberation. New York: Berg Publishers.
Hare, Nathan and Julie Here (ed.). 1989. Crisis in Black Sexual
Politics. San Francisco : Black Think Thank.
Kilbridge, Philip L. 1994. Plural Marriage For Our Times. Westport
Conn : Brgin & Garvey.
Sabiq, Sayyid, 1978. Fiqhussunnah Jilid 6. Bandung : PT Alma'rif.

Jumat, 04 September 2009

Nasruddin dan Profesor

Pada suatu hari, seorang profesor berkunjung ke Desa
Hortu. Profesor itu sangat terkenal diseluruh negeri,
Konon, dia menguasai berbagai ilmu dengan sempurna.
Namun, Nasruddin meragukan hal itu. Dia ingin menguji
kehebatan profesor.


Ditemuinya profesor itu, katanya, "Tuan profesor, saya
akan mengajukan satu pertanyaan kepada Tuan. Kalau
tuan tidak menjawab, Tuan membayar saya sepuluh
dirham. Kemudian Tuan boleh mengajukan satu
pertanyaan kepada saya. Kalau saya tidak bisa
menjawab, saya akan membayar Tuan satu dirham.
Syarat itu cukup adil, mengingat Tuan seorang yang
terpelajar dan ahli berbagai hal, sedangkan pendidikan
saya tidak setinggi Tuan".


Sang profesor berpikir sejenak, lalu menyetujui usul itu.
Nasruddin tersenyum dan mengajukan pertanyaan,..
"Mahluk apakah yang mempunyai tiga kaki?"


Kembali sang Profesor berpikir, kali ini agak lama.
Akhirnya dia menyerah. Katanya. "Aku tidak tahu."
Lalu, dia memberi uang sepuluh dirham kepada
Nasruddin. Orang-orang yang berkerumun menonton
pertandingan itupun ikut berpikir, namun mereka tidak
bisa menemukan jawabannya.


Selanjutnya Profesor itu bertanya, "Nah, sekarang
giliranku bertanya. Makhluk apa yang berkaki tiga?"
"Saya pun tidak tahu, Profesor", kata Nasruddin sambil
segera menyerahkan kembali uang satu dirham, sedang
yang sembilan dirham sesisanya dia masukan
kekantongnya

Kamis, 03 September 2009

Merindukan Sosok Umar bin Abdul Aziz

Ketika diangkat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz
mendatangi beberapa ulama untuk meminta nasehat.
Salah satu ulama tersebut, Hasan Al Bashri,
menasehatinya seperti ini : Anggaplah rakyat seperti
ayahmu, saudaramu, dan anakmu. Berbaktilah kepada
mereka seperti engkau berbakti pada ayahmu,
peliharalah hubungan baik dengan mereka seperti dengan
saudaramu, dan sayangilah mereka seperti engkau
menyayangi anakmu" Nasehat ini diingat dan dijalankan
dengan baik oleh Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul khalifah yang kita kenal dengan
kezuhudannya, yang terkenal dengan kehati-hatiannya
dalam mengggunakan harta milik rakyatnya, sampai-
sampai beliau pernah menutup hidung saat melintas di
Baitul Mal yang kala itu sedang merebak bau harum
kesturi di sana.

Seorang petugas Baitul Mal terheran-heran dan bertanya,
"Wahai khalifah, kenapa engkau menutup hidungmu?"
Umar bin Abdul Aziz menjawab, "Aku tak mau
memakan harta rakyatku sedikit pun, walau hanya
dengan menghirup harum kesturi ini"

Ialah khalifah yang dijuluki oleh para ulama sebagai
Khulafaur Rasyidin ke-5, saking akhlaknya yang
mendekati para Khulafaur Rasyidin yang empat itu.

Sekarang? susah rasanya berharap, hanya sekedar
berharap pemimpin-pemimpin kita mau meniru Khalifah
Umar bin Abdul Aziz apalagi kita selalu mengingat dan
menjalankan nasehat dari Hasan Al Bashri. Kita, rakyat,
seperti kata Goenawan Muhamad, bahkan cuma
dianggap ada 5 tahun sekali, ketika masa pemilu tiba dan
masa kampanye mulai digelar. Kita, rakyat, cuma
diingat, diperhatikan, didatangi, dan didengarkan 5 tahun
sekali. Kita, rakyat, cuma dianggap sebagai ayah,
saudara, dan anak 5 tahun sekali.

Dan jika masa pemilu lewat, lewat pulalah masa-masa
'bulan madu' antara rakyat dan pemimpin itu. Lupalah
para pemimpin kita dengan janji-janjinya, dengan
program-programnya, Kalau orang Jawa bilang, "Masih
untung bisa ingat rakyat 5 tahun sekali, daripada tidak
sama sekali" Ya, memang masih untung bisa ingat rakyat
5 tahun sekali, tapi sayangnya dalam 'masa ingat rakyat'
yang cuma sekali-kalinya dalam 5 tahun itu pun, masih
saja pemimpin-pemimpin kita tega merendahkan dan
menghina harga diri rakyatnya.


Suara kita, hak pilih kita yang tak ternilai itu, konon
dalam demokrasi kedudukannya setara dengan suara
Tuhan, tega mereka beli dan hargai hanya dengan
beberapa ratus atau bahkan puluh ribu rupiah. Dan kita,
yang lebih sering berpikir pendek dan hanya bisa
berpikir besok makan apa dengan senang hati
menggadaikan masa depan negeri ini yang sebenarnya
adalah juga masa depan kita bersama di tangan
pemimpin-pemimpin yang sebenarnya tak lebih dari
sekedar tukang sogok, demi uang yang tak seberapa itu.

Sungguh luar biasa negeri ini. Yang tak pernah berkaca
dari kesalahan-kesalahan masa lalu hingga selalu
terperosok ke dalam lubang kedzaliman, yang tak pernah
mengambil teladan dari sikap orang-orang besar di masa
lalu, yang selalu salah memilih pemimpin-pemimpinnya.
Sungguh luar biasa negeri ini yang hanya untuk
menangani anak-anaknya yang protes dengan kebijakan-
kebijakan aneh yang kerap diambil ibunya, merasa perlu
untuk menurunkan puluhan bahkan ratusan aparat
bersenjata pentungan dan peluru karet, menjewer anak-
anak nakal itu dengan mendoakan mereka bahkan kalau
perlu menjebloskan mereka ke penjara dengan tuduhan
ini dan itu.

Sungguh luar biasa negeri ini, yang ketika rakyatnya di
daerah sampai harus mengorbankan nyawa demi
kehormatan dan harga diri partainya, pemimpinnya di
atas malah sibuk menjual aset-aset negara.

Sungguh, kita hidup di sebuah negeri yang luar biasa.
Sebuah negeri yang menyamakan kejujuran dengan
barang antik yang hanya pantas ditaruh di museum.
Hanya bisa dilihat, dibayangkan, dan dikenang, meski
kadang bisa disentuh. Ketika seorang anggota dewan
mengembalikan uang suap yang ratusan juta jumlahnya,
ketika ada yang menolak dana kadeudeuh ia malah
dianggap sebagai pengkhianat atau pencari simpati
rakyat. Sebagian lain menganggapnya bodoh dan
munafik.

Ketika ada anggota dewan yang mengaku pada wartawan
bahwa ia disodori amplop yang tak jelas maksud
pemberiannya dan ia mengembalikannya, ia malah
dimusuhi rekan-rekannya, dituduh mengumbar aib partai
atau fraksi, dan ujung-ujungnya di-recall atau dipecat.

Dan sekarang, masa ingat rakyat itu hampir tiba.
Saksikan saja, betapa sebentar lagi (atau mungkin
sudah?) suara kita akan didengar, betapa pertanyaan-
pertanyaan kita akan dijawab meski tak jelas, dan
betapa-betapa yang lain.


Dan sekarang, ketika harus memilih wakil kita yang akan
duduk di dewan, ketika presiden dan wakil presiden akan
dipilih langsung oleh rakyat, sosok Khalifah Umar bin
Abdul Aziz menjadi sangat kita rindukan untuk menjadi
sosok yang akan kita pilih.

Sebuah kerinduan yang mungkin akan ditertawakan oleh sebagian orang, sebagai buah dari rasa pesimis yang
sebenarnya wajar karena dikecewakan terus-menerus,
kekecewaan rakyat kecil kepada pemimpinnya.

Sebuah kerinduan yang harus kita yakini akan dijawab
oleh Allah. Pasti ada, walau segelintir, orang-orang yang
dianggap aneh, bodoh, munafik, pengkhianat, atau
apalah karena keteguhan mereka memegang kebenaran
di antara berbagai kebobrokan yang menyergap tanpa
ampun, menyusup di segala lini kehidupan.

Pasti ada, segelintir orang yang ingin dan berusaha
meneladani kezuhudan, kehati-hatian, dan keberpihakan
pada rakyat kecil seperti yang telah dicontohkan oleh
Umar bin Abdul Aziz. Ya, kita semua rakyat yang bisa
memupus kerinduan ini. Kitalah yang akan memilih
Umar-Umar baru sebagai wakil kita, sebagai pemimpin
kita. Pada akhirnya, kita jualah yang menentukan masa
depan bangsa.

Selasa, 01 September 2009

Rumah Masa Depan

Rumah Masa Depan
Siang itu matahari bersinar cukup garang menyirami pekuburan Pondok Kelapa mengiringi jenazah
almarhumah ibunda dari pimpinan perusahaan tempat
saya bekerja. Tanah merah yang kering menjadi berdebu
diterpa angin yang bertiup kencang. Perlahan-lahan
tubuh almarhumah mulai dimasukkan ke dalam liang
lahat. Sanak famili yang datang tertunduk haru bahkan
ada yang tak tertahankan tangisnya.

Setelah jenazah diletakkan di dalam lubang dan tali
pengikat kafan dilepaskan para penggali kubur
menutupinya dengan tanah dan di atasnya ditanamkan
batu nisan. Itulah akhir episode kehidupan seorang anak
manusia yang telah habis masa hidupnya di dunia dan
mulai memasuki kehidupannya yang baru di alam kubur.


Terbayang olehku gelapnya alam kubur, Ya Allah
sanggupkah tubuh yang penuh dengan debu dosa dan
maksiat ini menghadapi kepengapan, kesempitan dan
kesunyiannya? Belum lagi mahluk-mahluk kecil yang
siap menjelajahi tubuh ini hingga perlahan-lahan
menghancurkannya dan menyisakan tulang belulang.


Tak ada lagi gemerlap kehidupan dunia, mobil mewah
yang kita miliki tidak ikut masuk ke dalam lubang
ukuran 2 x 1 m di kedalaman 2 m, deposito dollar, saham
perusahaan, tanah 1000 hektar, istri yang cantik, jabatan
semuanya kita tinggalkan.


Ya Allah jadikanlah kubur sebagai pengingat diri dari
berbuat zhalim dan melanggar perintah-Mu.


Kubur adalah rumah masa depan kita, rumah yang
seharusnya kita persiapkan jauh-jauh hari. Kalau untuk
rumah di dunia saja kita sibuk ambil kredit, mati-matian
menabung bahkan tidak jarang ada yang bela-belain
korupsi hanya untuk mendapatkan rumah. Lantas kenapa
untuk peristirahatan yang abadi kita malah lalai bahkan
lupa?


Ya Allah, jadikanlah sisa umur ini menjadi usia yang
penuh manfaat dan keberkahan sehingga menjadi
penolongku nanti.


Ingatkah waktu hendak membangun rumah kita sibuk
merancang arsitektur, pondasi, bangunan fisik dan
interiornya? Begitu cermatnya kita hingga tidak segan
mengeluarkan biaya besar untuk mewujudkannya. Lalu
bagaimana dengan rumah masa depan kita? Sudahkah
kita merancang arsitektur ibadah kepada Allah, lalu kita
gali diri ini dengan ilmu untuk memperkokoh pondasi
keimanan dan ketakwaan, kemudian kita bangun tiang-
tiangnya dengan shalat khusyu' nan ikhlas disertai
dinding amal sholeh serta kebaikan, dan tak lupa
menutup atap rumah kita dengan infak di jalan Allah.


Ya Allah, seandainya kau cabut nyawaku saat ini juga
jadikanlah sebagai akhir yang baik dan mudahkanlah.

Istriku ....jzk