Sabtu, 23 April 2011

ulat !

Seorang gadis cilik tampak asyik bermain di halaman rumah yang penuh bunga. Ada bunga mawar, melati, ros, dan lain-lain. Sesekali, ia pandangi bunga itu satu per satu. “Aih, cantiknya bunga ini!” ucap gadis cilik sambil menyentuh tangkai bunga.

Tapi, ia pun terkejut saat akan memetik bunga yang hampir di genggamannya itu. Seekor ulat bulu begitu asyik menikmat dedaunan di sekitar bunga. Sebegitu lahapnya, sang ulat tak menyadari kalau ia sedang diperhatikan seseorang.

Langkah sang gadis kecil pun menyurut. Ia pun mencari-cari sesuatu untuk menghentikan kerakusan ulat bulu yang bisa merusak bunga kesayangannya itu. “Ha, ada kayu!” ucapnya sambil mengarahkan kayu kecil itu ke tubuh sang ulat. Dan….

“Jangan, sayang! Biarkan sang ulat itu menampakkan kerakusannya!” ucap seseorang yang ternyata ibu gadis itu. Saat itu juga, gadis kecil itu pun menghentikan langkahnya dan merapat ke sang ibu. “Tapi, Bu…” ujarnya sambil menggenggam jari sang ibu.

“Anakku, biarkanlah. Saat ini, kita sedang diajari Tuhan tentang siapa ulat bulu,” jelas sang ibu sambil membelai rambut gadis kecilnya.

“Apa selamanya dia serakus itu, Bu?” sergah sang gadis kecil kemudian.

“Tidak, anakku. Ia serakus itu karena ingin sukses menjadi kupu-kupu yang indah!” jelas sang ibu sambil senyum.
**

Begitu banyak pelajaran bertebaran dalam dinamika alam raya ini. Ada yang mudah ditafsirkan, dan tidak sedikit yang butuh perenungan.

Serangan ulat bulu seolah memberikan kita sebuah teguran. Bahwa keindahan fisik berupa penampilan, citra, wibawa, dan segala kemegahan jasadiyah lain yang dicita-citakan; semestinya tidak diraih dari menghalalkan segala cara dan penuh kerakusan.

Kamis, 21 April 2011

nama bayi pere

Nama-Nama Bayi Perempuan Islami

Berikut Nama-Nama Bayi Islami  Bagi bayi perempuan anda berikut artinya. Maknai bayi anda dengan nama yang indah dan berarti 

Abbasah : Yang banyak memberengut; Singa
Abidah : Ahli ibadah ; Yang taat beribadah
Abir : Bau minyak wangi yang sedap; Orang banyak
Abiyyah : Menolak kehinaan; Terhindar dari hal-hal yang tak terpuji
Ablah : Yang besar
Banan : Jari; Ujung jari; Jari telunjuk
Badilah : Pengganti
Badiyah : Perkampungan penduduk di padang pasir
Bahijah : Cantik ; Molek ; Elok ; Senantiasa gembira
Bahirah : Elok ; Enak dipandang mata; Indah
Daimah : Tetap lestari ; Langgeng
Dalal : Pembuktian; Kewibawaan; Petunjuk
Dalilah : Bukti; Jalan yang terang
Danah : Batu mulia
Daniah : Buah yang mudah dipetik
Dhahhakah : Yang banyak tertawa ; Periang
Dhahikah : Batu berwarna putih di gunung; Yang tersenyum
Dhari''ah : Yang kecil mungil
Dhawiyah : Lembut; Tipis; Halus
Dhaifah : Tamu
Dina : Agama
Durrah : Mutiara
Dzihni : Pemahamanku ; Pengertianku
Dzikra : Ingatan; Ketenangan; Zikir
Dzimam : Perjanjian
Fadiyah : Menyelamatkan; tebusan; Yang terlindung
Fahimah : Memahami
Faidah : Kegunaan ; Manfaat; Faidah; Tambahan
Faiha'' : Taman yang semerbak harum
Faiqah : Baik ; Istimewa ; Unggul; Yang paling menonjol
Hafidzah : Penghafal ; Penjaga
Hafshah : Istri Nabi ; Harimau betina ; Pemberani
Haibah : Wibawa
Hajar : Istri Ibrahim as dan Ibu Ismail as
Hajidah : Senang sholat tahajud
Ibtihaj : Keceriaan; Kegembiraan
Ibtihal : Memohon kepada Alloh
Ibtisam : Senyuman
Inas : Baik hati; Jinak
Inayah : Perlindungan
Jaizah : Boleh ; Liburan
Jalalah : Kemuliaan
Jannah : Surga
Jullanar : Nama suatu bunga yang berwarna merah
Juman : Mutiara
Kalimah : Yang disukai
Kaltsum : Wajah yang cantik
Kamilah : Sempurna
Karmah : Satu buah anggur
Kasibah : Yang beruntung
Khaulah : Sahabat wanita terkenal, rusa betina
Kharidah : Anak gadis; Mutiara yang belum dilubangi
Khashibah : Banyak kebaikan
Khasyi''ah : Yang khusyu dalam shalat
Khutwah : Langkah ; Tujuan
Laila : Malam yang gelap
Laimun : Buah jeruk yang manis
Lathimah : Kesturi
Lauhah : Lembaran
Layyanah : Kehalusan, kegemulaian
Mahdiyah : Yang mendapat hidayah
Maimah : Kenikmatan
Maimanah : Keberkahan
Malihah : Cantik; Indah
Nuha  :  Akal; Pikiran
Nujud  :  Cerdik; Pandai; Leher yang jenjang
Nu'ma  :  Hidup yang enak
Nur  :  Cahaya
Nuzhah  :  Rekreasi; Bepergian
Qabilah  :  Yang menjaminkan ; Yang menanggung
Qadriyyah  :  Yang selalu mampu; Yang beriman kepada Qadha dan Qadar
Qafilah  :  Yang kembali dari perjalanan
Qaidah  :  Aturan
Qariah  :  Pembaca
Qasidah  :  Yang menyengaja ; Mempunyai tujuan
Qasamah  :  Keindahan dan kecantikan
Rabi'ah  :  Yang keempat
Radhiyyah  :  Menurut tatanan; Resmi
Radhwa  :  Keridhaan; Nama bukit yang terletak antara Madinah dan Yanbu'
Rafilah  :  Anggun ; Mewah
Rafiqah  :  Teman dekat ; Kekasih; Istri; Pendamping
Rahilah  :  Yang lemah lembut
Rahimah  :  Kasih sayang; Berhati lembut
Raqwan  :  Kemajuan
Sa'adah  :  Kebahagiaan
Sa'danah  :  Burung dara; Bahagia
Sadidah  :  Benar ; Tepat
Sakinah  :  Ketenangan, ketentraman
Salamah  :  Keselamatan
Satirah  :  Orang yang menutup aib dan dosa
Saudah  :  Harta melimpah; Nama istri Nabi Saw
Sausan  :  Bunga lili
Shaimah  :  Yang berkuasa
Shalihah  :  Baik
Syadiyah  :  Pandai menyanyi
Taghrid  :  Kicau burung; Senandung
Tahani  :  Ucapan selamat
Tahiyyah  :  Kehormatan
Tahiyyah  :  Keselamatan; Kesejahteraan; Kebaikan
Thawaf  :  Tawaf mengelilingi kabah
Thayyibah  :  Baik ; Lezat ; Halal
Thifal  :  Lemah dan halus
Tsarwah  :  Kekayaan
Tsawab  :  Pahala
Ula  :  Tinggi; Kemuliaan
Ulayya  :  Puncak gunung; Langit
Ulfah  :  Kemesraan ; Kasih sayang
Usrati  :  Keluargaku
Ustadzah  :  Guru ; Pengajar
Uswatun  :  Teladan
Wadhiah  :  Yang bagus dan bersih
Wahibah  :  Yang diberi anugerah
Waliah  :  Penolong ; Pelindung
Walidah  :  Ibu ; Orang tua
Watsiqah  :  Yang benar; Yang berwibawa
Yamnah  :  Sebelah kanan
yaqut  :  Permata Yaqut
Yusriyyah  :  Yang muda; Yang kaya
Zahidah  :  Rendah hati
Zahra'  :  Berseri-seri; Bercahaya
Zainab  :  Pokok yang indah dan wangi
Zakiyah  :  Bagus ; Suci
Zamzam  :  Air zam-zam ; Air yang banyak / berkumpul
Zanbaqah  :  Untaian kalung
Zubaidah  :  Inti sesutu yang terbaik; Istri Harun Ar Rasyid
Zulfa  :  Kedudukan yang dekat

Rabu, 20 April 2011

lamaranmu kutolak!

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta'aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah. Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan. Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya. Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut' sang perempuan muda, dari sisinya. "Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya. "Iya, Pak," jawab sang muda. "Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan. "Ya Pak, sangat mengenalnya, " jawab sang muda, mencoba meyakinkan. "Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!" balas sang setengah baya. Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu." "Lamaranmu kutolak. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras. Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho." "Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya. "Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus," jawab sang muda, percaya diri. "Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?" "Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat." "Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?" Sang perempuan membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho." "Kamu lulusan mana?" "Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak." "Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?" "Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak." "Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?" Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja lho." "Jadi kamu sudah bekerja?" "Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak." "Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu." "Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku." "Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?" Bisikan kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya." "Rencananya maharmu apa?" "Seperangkat alat shalat Pak." "Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf." "Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak." "Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku." Bisikan, "Dia jago IT lho Pak" "Kamu bisa apa itu, internet?" "Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net." "Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata." "Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak." "Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu." Bisikan, "Tapi Ayah..." "Kamu kesini tadi naik apa?" "Mobil Pak." "Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik." "Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir" "Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?" Bisikan, "Ayahh.." "Kamu merasa ganteng ya?" "Nggak Pak. Biasa saja kok" "Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini." "Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak." "Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!" Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?" Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah. "Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?" Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, "Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula." Sang setengah baya tersenyum, "Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih." Mata sang muda ikut berkaca-kaca. Ini harus happy ending, bukan? Copas dari UkHti Renna...

ahli batu!

Hiduplah seorang ahli batu yang sangat terkenal di China. Hasil karyanya tersohor di segenap penjuru negeri. Batu-batu permata dan intan yang berkilauan itu, dipajang menjadi perhiasan jemari dan kaki para raja. Hampir semua batu indah di dunia ini, pernah diolah tangannya. Giok, rubi, dan safir, terpajang di segenap sudut-sudut rumahnya.

Namun, sang ahli sudah sangat tua. Kini, ia berusaha mencari pengganti dan penerus karya-karyanya. Belasan orang berusaha berguru. Tapi, tak ada yang cocok buat pekerjaan itu. Hingga akhirnya ia menemukan seorang pemuda yang tampak bersemangat, dan bersedia menjalani ujian.

"Anak muda, ujian pertama ini tidak sulit," ucap sang ahli membuka pembicaraan.
"Mudah saja. Begini, jika kamu mampu mengambil batu dalam genggamanku, maka kamu layak mewarisi semua ilmuku. Namun, jika tanganku yang lebih cepat menutup, maka kamu harus mengulang ujian itu besok." Anak muda itu mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk pelan, "Baiklah, itu pekerjaan mudah."

Ujian itu pun dimulai. Sang ahli, meletakkan sebuah batu di atas genggaman.
Disodorkannya ke arah muka si anak muda. "Ayo, ambil". Hap. Tampak kedua tangan
yang beradu cepat. Sang pemuda berusaha meraih batu dalam gengaman itu. Ah, dia
kalah sigap. Tangan sang ahli telah lebih dulu menutup. "Kamu belum berhasil anak muda. Cobalah besok." Sang pemuda tampak kecewa.

Keesokan harinya, anak muda itu kembali mencoba. Ujian pun berulang. Lagi-lagi, dia gagal. Gerakannya masih terlalu lambat. Ia pun harus kembali mengulang ujian itu. Dua, tiga hari dilaluinya, tak juga berhasil. Sembilan hari telah terlewati, tapi batu itu masih belum berpindah tangan. Pemuda itu mulai tampak putus asa, dan dia berjanji, kalau besok masih belum berhasil, dia akan berhenti dan tak mau menjadi ahli permata.

Hari penantian itu pun tiba. Keduanya telah duduk berhadapan. Sang ahli bertanya, "Kamu sudah siap?" Sang ahli meletakkan sebongkah batu di atas gengamannya. Namun, tiba-tiba anak muda itu berteriak, "Hei, tunggu dulu. Itu bukan batu yang biasa kita gunakan!" Alih-alih meraih batu itu, sang anak muda malah menanyakan tentang batu. Wajah keheranan itu dibalas dengan senyuman dari sang ahli batu. "Anak muda, kamu lulus ujian pertama dariku. Selamat!"

***

Hidup di dunia, kadangkala seperti pertunjukan sulap. Apa yang ada di depan mata, seringkali bukan apa yang kita dapatkan. Harapan yang kita inginkan, acapkali meleset. Banyak yang tertipu, banyak pula yang salah duga dan salah kira. Sebab, di sana memang penuh kepalsuan.

Teman, sering kita mendengar istilah, siapa cepat dia dapat. Kita pun terpacu untuk sepakat dengan perkataan itu. Kemudian, segalanya berubah menjadi begitu bergegas. Adu cepat dan adu sigap. Namun, adakah yang tercepat selalu yang jadi pemenang? Kadangkala jawabannya tidak semudah itu. Saya percaya, tak selamanya kita memaknai hidup ini dengan cara-cara seperti itu. Ada kalanya kita perlu bertanya kepada hati tentang makna hidup yang sebenarnya. Setidaknya, kali ini saya percaya, mereka yang cermatlah yang akan memenangkan pertarungan hidup. Mereka-mereka yang belajar tentang ketelitianlah yang lulus dari ujian kehidupan. Tak selamanya, si cepat adalah si juara.

Terima kasih telah membaca. Hope you are well and please do take care.
Wassalamualaikum wr wb.
Salam hangat!!!

kekuatan "memaafkan"

Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, "Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?"

Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, "Aku datang ke negri ini hanya untuk membunuh Muhammad!".

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, "Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?".

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya, "Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!" Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, "Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu".

Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, "Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah)." Si musyrik itu menjawab dengan ketus, "Aku tidak akan mengucapkannya!". Rasulullah membujuk lagi, "Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah." Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, "Aku tidak akan mengucapkannya!"

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, "Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah."

Rasulullah tersenyum dan bertanya, "Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?" Tsumamah menjawab, "Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan Allah Robbul Alamin."

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, "Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah."

Pembaca, apa yang bisa kita simpulkan dari kisah ini?
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tapi Pernahkan kita memaafkan kesalahan orang? Pernahkah kita mencintai sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengkikut beliau...
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladanku yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.

rasulullag dan seorang pengemis

Rasulullah SAW dan seorang pengemis..

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai
saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka
kalian akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan
membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan
makanan yang dibawanya kepada pengemis itu
sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu
adalah Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu
hari ! sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah RA yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,
"Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?". Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja".
Apakah Itu?", tanya Abubakar RA.
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi keujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di
sana", kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan
untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu
memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya,
si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu ?". Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa."
"Bukan! Engkau bukan ora! ng yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis
buta itu.
"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah.

Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih
dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku", pengemis
itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata
kepada pengemis itu,
"Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu.
Aku adalah salah seorang dari sahabatnya,
orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian?
Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku
sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....
" Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan
Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq
Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.
Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang
kita sanggup melakukannya.