Rabu, 23 November 2011

Shoping di happines smart !

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, ''Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?'' Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, ''Kira-kira sepuluh tahun.''
Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ''Begitu lama,?'' tanyanya tak percaya.
''Tidak,'' kata si orang bijak, ''Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.''
Anak muda itu bertambah bingung. ''Mengapa Guru lipatkan dua,?'' tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, ''Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.''
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?
Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan? Sebagaimana yang telah sering saya sampaikan dalam rubrik ini, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar harganya.
Agar lebih mudah saya akan menggunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah ''Toko Kebahagiaan.'' Di sana tidak ada barang yang bernama ''kebahagiaan'' karena ''kebahagiaan'' itu sendiri tidak dijual. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran, keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan. Inilah ''barang-barang'' yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.
Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih. Jadi, kalau Anda tertarik untuk membeli ''kesabaran'' Anda hanya akan mendapatkan ''benih kesabaran.'' Karena itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai ia menghasilkan buah kesabaran.
Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya. ''kesabaran tingkat 1,'' misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas, atau pengemudi bus yang ugal-ugalan. ''Kesabaran tingkat 2'' berarti menghadapi atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka memfitnah. ''Kesabaran tingkat 3'', misalnya, adalah menghadapi anak Anda yang terkena autisme.
Menu yang lain misalnya ''bersyukur.'' ''Bersyukur tingkat 1'' adalah bersyukur di kala senang, sementara ''bersyukur tingkat 2'' adalah bersyukur di kala susah. ''Kejujuran tingkat 1,'' misalnya, kejujuran dalam kondisi biasa, sementara ''kejujuran tingkat 2'' adalah kejujuran dalam kondisi terancam. Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di ''Toko Kebahagiaan''.
Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter yang ditimbulkannya. Yang termahal ternyata adalah ''kesabaran'' karena kesabaran ini merupakan bahan baku dari segala macam produk yang dijual di sana.
Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, ''Apa yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga yang mahallah yang memberi nilai kepada segalanya. Tuhan tahu bagaimana memasang harga yang tepat pada barang-barangnya.''
Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap masalah senantiasa terkandung ''obat dan vitamin'' yang sangat kita butuhkan.
Dengan demikian Anda akan ''berterima kasih'' kepada orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena mereka memang ''diutus'' untuk membantu Anda. Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang sewenang-wenang adalah peluang untuk membentuk kesabaran. Penghasilan yang pas-pasan adalah peluang untuk menumbuhkan rasa syukur. Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi. Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas rela memaafkan.
Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan berikut ini:
''Aku memohon kekuatan, dan Tuhan memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuatku kuat. Aku memohon kebijaksanaan, dan Tuhan memberiku masalah untuk diselesaikan. Aku memohon kemakmuran, dan Tuhan memberiku tubuh dan otak untuk bekerja. Aku memohon keberanian, dan Tuhan memberiku berbagai bahaya untuk aku atasi. Aku memohon cinta, dan Tuhan memberiku orang-orang yang bermasalah untuk aku tolong. Aku mohon berkah dan Tuhan memberiku berbagai kesempatan. Aku tidak memperoleh apapun yang aku inginkan, tetapi aku mendapatkan apapun yang aku butuhkan.''

kau keterlaluan Hanung !!!

Kau keterlaluan: menggambarkan pesantren dan kyai begitu buruk
Wawancara dengan tokoh sastrawan Taufik Ismail.

Tampaknya bangsa ini tidak kapok-kapok dengan sepak terjang kaum Komunis
yang telah membunuh 100 juta manusia di 76 negara seluruh dunia selama 74
tahun kekuasaannya (1917-1991), atau 1,350 juta orang pertahun atau 3.702
orang perhari, sebagaimana disebutkan Taufiq Ismail dalam bukunya
"Katastrofi Mendunia, Marxisma, Leninisma, Stalinisma, Maoisma dan Narkoba".

Sementara di Indonesia kaum Komunis telah dua kali menggerakkan kudeta (1948
dan 1965) yang akhirnya gagal total.

Meski tindakannya selalu brutal dan menghalalkan segala cara, ternyata masih
ada manusia Indonesia yang menjadi pengagum Komunisme bahkan berusaha
memperjuangkannya melalui film-film yang selama ini dibuatnya, seperti yang
dilakukan sutradara muda, Hanung Bramantyo, suami aktris Zaskia Adya Mecca,
yang merupakan istri keduanya setelah ribut di Pengadilan Agama dengan istri
pertama. Adapun film garapan Hanung yang sangat kental bau Komunisnya
sekaligus Sepilis (Sekularis, Pluralis dan Liberalis) serta menghina Islam
adalah Perempuan Berkalung Sorban (PBS). Saking kagumnya dengan Komunis,
sampai-sampai ringtone hand phone Hanung bernada lagu khas Gerwani PKI,
Genjer-Genjer. Hanung juga pernah membuat film yang sangat kental bau
komunisnya, Lentera Merah, kalau diplesetkan menjadi Tentara Merah.

Film yang dibintangi aktris Revalina S Temat (Annisa) tersebut diambil dari
Novel PBS karya Abidah El Khaleqy. Novel PBS sebelumnya mendapat penghargaan
dari The Ford Foundation, sebuah NGO yang memperjuangkan faham Sepilis dan
dikendalikan kaum Zionis Yahudi AS. Film tersebut mengisahkan kebobrokan
pesantren dan kiyainya. Pesantren dan kiyainya dicitrakan kotor, sumber
penyakit, sangat bengis, mudah main pukul, mengekang perempuan, mengekang
hak berpendapat, menempatkan perempuan pada martabat yang rendah, suka main
bakar buku-buku komunisme, suka main hukuman rajam secara serampangan dan
sebagainya.

Dikisahkan, seorang santriwati yang juga putri kiyai pesantren, Annisa, dan
tinggal di kompleks pesantren, frustasi karena ulah suaminya yang juga anak
seorang kiyai yang sering melakukan kekerasan, akhirnya memutuskan untuk
kembali dalam pelukan mantan pacarnya, Khudori, seorang alumnus sebuah
perguruan tinggi di Kairo, Mesir. Bahkan Annisa yang sudah kebelet, mengajak
Khudori untuk melakukan adegan ranjang di sebuah kandang kuda di pesantren
tersebut, padahal kandang itu penuh dengan kotoran kuda. "Zinahi aku.Zinahi
aku.!", desak Annisa kepada Khudori sambil melepaskan jilbab dan pakaiannya
satu persatu.

Ketika kedua insan lain jenis dan bukan suami istri tersebut sedang
melakukan perzinahan, akhirnya datang rombongan santri dan suami Annisa
mengerebeknya. Lalu keduanya mendapat hukuman rajam dengan dilempari batu
oleh para santri. Lemparan batu baru berhenti setelah ibu Annisa berteriak
sambil mengatakan, " yang boleh melempar batu hanya orang yang tidak pernah
melakukan dosa!", padahal tidak ada orang yang tidak pernah melakukan dosa.
Kata-kata dari ibu Annisa ini jelas mengutip dari cerita Kristen dari Kitab
Injil, dimana dikisahkan seorang pelacur, Magdalena, dihukum rajam dengan
dilempari batu. Kemudian datang Nabi Isa (Yesus) untuk menyelamatkannya
dengan mengatakan, "yang boleh merajam hanya yang tidak punya dosa". Jadi
selain berbau Sepilis dan Komunis, film PBS juga beraroma Kristiani dan
berusaha menghancurkan Islam lewat pintu budaya melalui film.

Jelas dengan menampilkan hukuman rajam yang sebenarnya tidak ada dalam novel
aslinya, Karl "Hanung" Mark ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk
membenci syariat Islam dan pesantren, sebab sejak dulu pesantren merupakan
basis terkemuka dalam melawan gerakan PKI di Indonesia. Padahal itu hanya
utopia dirinya sendiri, sebab selama ini belum pernah ada satupun pesantren
di Indonesia yang melakukan hukuman rajam kepada santrinya yang melakukan
perzinahan. Seolah-olah pesantren merupakan negara dalam negara dengan
menegakkan hukumnya sendiri. Jelas ini merupakan distorsi terhadap hukum
Islam dan upaya mengadu domba umat Islam dengan pemerintah. Dengan membuat
film PBS, sesungguhnya Karl "Hanung" Mark telah melakukan anarkhisme psikis,
yakni melakukan penyerangan secara psikis terhadap umat Islam dan pesantren
sebagai salah satu simbol Islam di Indonesia. Karena dendam terhadap
pesantren yang telah berjasa menghancurkan PKI, maka Hanung menyalurkan
perlawanannya lewat film PBS. Hanung dengan sengaja telah menebar virus
ganas Sepilis dalam film, tujuannya untuk menimbulkan citra buruk terhadap
Islam dan umatnya sambil menebalkan kantong koceknya.

Sebagaimana dalam film Lentera Merah, dalam film PBS Karl "Hanung" Mark
all-out mendukung Komunisme alias PKI isme. Terbukti dalam film PBS ada
adegan pembakaran buku-buku karya Karl Mark dan sastrawan kiri Pramoedya
Ananta Toer seperti Bumi Manusia, oleh para santri di lingkungan pesantren.
Padahal dalam novel aslinya, jalan cerita tersebut tidak ada sama sekali.
Bahkan buku-buku karangan Pramoedya seperti Bumi Manusia dan Anak Segala
Bangsa sepertinya dijadikan bacaan wajib bagi Annisa dan para santri
lainnya. Hal ini menunjukkan Hanung selain pengagum Karl Mark juga pengagum
Pramoedya. Padahal banyak sastrawan sekaliber Pramoedya dan karya-karyanya
malah lebih bermutu seperti Buya Hamka. Mengapa Hanung tidak menjadikan
buku-buku Buya Hamba sebagai bacaan wajib bagi Annisa dan para santri
lainnya, justru buku sastrawan yang pernah menghuni penjara di Pulau Buru
itu dijadikan bacaan wajib.

Dengan demikian, sudah sangat jelas dalam film PBS terdapat motif ideologi
Komunis yang dimaksudkan untuk memperjuangkan kembali tegaknya Komunisme di
Indonesia meski dalam bentuk lain. Hanung mafhum betul bahwa satu-satunya
jalan untuk mengembalikan ajaran Komunisme di Indonesia adalah
mendiskreditkan ajaran Islam dan umatnya, dimana sasaran pertamanya adalah
pondok pesantren yang selama ini menjadi basis kaum Nahdhiyyin dengan
memojokkan para kiyai NU.

Adapun sasaran berikutnya adalah mendiskreditkan para pemimpin Islam di
Muhammadiyah. Sebab kedua Ormas Islam ini mempunyai pengikut terbesar di
Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika Hanung akan meluncurkan film KH
Ahmad Dahlan "Sang Pencerah" tepat pada pelaksaan Muktamar Muhammadiyah ke
46 di Jogjakarta 2-8 Juli ini. Namun anehnya justru para pemimpin
Muhammadiyah tidak curiga sama sekali akan sepak terjang Hanung selama ini
yang selalu mendiskreditkan Islam dan para pemimpin Islam seperti dalam film
PBS. Sekarang sudah terbukti, pemeran utama sebagai KH Ahmad Dahlan dalam
film "Sang Pencerah" adalah Lukman Sardi, putra seorang komponis muslim dan
pemain biola kawakan Idris Sardi namun sekarang telah murtad dari Islam dan
menjadi Kristen. Bayangkan, seorang ulama besar pendiri Muhammadiyah KH
Ahmad Dahlan kok diperankan oleh seorang murtad, jelas ini suatu penghinaan
terang-terangan terhadap Islam dan Muhammadiyah itu sendiri. Apa Ketua Umum
dan 12 Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang terpilih dalam Muktamar
nanti tidak malu ketika melihat pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan
dilecehkan dan direndahkan pribadi dan martabatnya oleh Karl "Hanung" Mark ?

Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan sastrawan, budayawan dan
penyair kawakan yang telah melahirkan banyak karya lagu Islami dari Bimbo
serta putra seorang ulama besar dari Pekalongan KH Ghofar Ismail, Taufiq
Ismail, seputar film Perempuan Berkalung Sorban (PBS).

Pak Taufiq, anda sudah menonton film Perempuan Berkalung Sorban ?

Saya sudah nonton PBS. Bagaimana kesan Pak Taufiq ?

Belum pernah selama saya ini menonton film, berapa puluh tahun lamanya,
berapa ratus judul banyaknya, kalau dihitung-hitung sejak masa kanak-kanak
dulu, berapa ya, sejak 63, 64 tahun lebih yang silam, belum pernah saya
merasa dihina dan dilecehkan seperti sesudah menonton film Hanung ini.

Lho, kok sampai begitu, ya Pak ? Dihina ?

Ya ! Di dalam film itu, semua pesantren dan semua Kiyai jelek. Situasi
pesantren kumuh, Kiyai-kiyai dengan keluarga digambarkan buruk. Kelakuan tak
terpuji. Terasa fikiran utama yang mendasari pembuat film ini adalah spirit
mencari cacat, membuka noda, memberi tahu penonton, ini lho yang
reyot-reyot, yang sakit-sakit, yang pincang-pincang dari ummat Islam,
tontonlah. Begitu.

Apakah ini film pertama yang Pak Taufiq tonton, yang terkesan menghina Islam
?

Tentu saja bukan yang pertama. Banyak film yang melecehkan ummat Islam,
langsung tidak langsung, kentara dan tidak kentara. Tapi film-film itu
dibuat di negeri lain, oleh orang-orang bukan Islam, dan memang dengan niat
culas. Nah, PBS ini dibuat di dalam negeri, oleh sutradara bangsa sendiri.
Ternyata niatnya sama juga. Culas.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa niatnya culas ?

Kalau niat Hanung baik, misalkan terhadap yang buruk-buruk itu dia mau
mengeritik secara konstruktif, maka dia akan berikan perbandingan pesantren
yang rapi indah, tidak kumuh dan dia tonjolkan tokoh Kiyai yang berwibawa,
yang memancarkan sinar seperti lambang Muhammadiyah. Itu tak dilakukannya.

Pak Taufiq, bagaimana jalan cerita film Perempuan Berkalung Sorban itu, yang
novel aslinya ditulis Abidah El Khaliqy ?

Wah, saya tidak mau jadi petugas humas Hanung itu, menjelas-jelaskan jalan
cerita filmnya untuk pembaca. Buat apa? Itu bukan kerja saya. Anda sebagai
wartawan, tuliskan sendiri ringkasan ceritanya. Itu tugas anda. Mengingatnya
saja sudah muak saya.

Sudah sedemikian tidak nyamannya perasaan Pak Taufiq ?

Bukan saja tak nyaman. Muak. Mual. Anak muda ini mau menunjukkan dirinya
kreatif, super-liberal, berfikiran luas, tapi dengan mendedahkan
kekurangan-kekurangan dan cacat-cela ummat, yang dilakukannya dengan senang
hati. Bahkan mengarang-ngarang hal yang tidak ada.

Misalnya bagaimana ?

Misalnya diada-adakannya adegan rajam. Di pesantren tidak ada hukuman rajam
terhadap pelaku zina seperti fantasi dalam kepala Hanung itu. Kemudian tokoh
Nyai, isteri Kiyai lewat dialog memberi komentar tentang hal itu dengan
mengutip Injil tentang Maria Magdalena. Apa hubungannya itu? Kenapa harus
diambil dari khazanah Kristen? Pengambilan khazanah Kristen bisa saja, tapi
baru masuk akal kalau sebelumnya ada pendahuluan reasoning, ada pemaparan
logikanya. Ini tidak ada. Mendadak saja, ujug-ujug, kata orang Pekalongan.
Kentara betul Hanung mau tampak hebat, memperagakan luas horison
pandangannya. Sok betul. Sombong.

Apakah di novel aslinya ada adegan rajam itu ?

Mboten wonten, Mas. Tidak ada. Di sini terjadi improvisasi sutradara. Dan
ini improvisasi yang kurang ajar. Maaf keras betul kalimat saya. Maaf. Di
bagian ini Hanung tidak minta permisi pada novelis Abidah El Khaliqy, tidak
amit-amit. Dia main terjang saja. Dia tidak kenal etik.

Apakah penambahan jalan cerita atau improvisasi harus izin novelisnya ?

Tidak harus begitu. Tergantung bentuk kontrak juga. Tapi sebagai sesama
seniman dalam kreasi karya bersama begini, paling tidak harus ada diskusi.
Diskusi tersebut dalam hal ini tidak ada.

Tidak ada ? Bagaimana Pak Taufiq tahu ?

Saya pernah tanya Abidah. Mereka pernah ada diskusi tentang esensi cerita,
mengenai feminisme, tentang kehidupan pesantren, tetapi mengenai rajam tidak
ada. Lalu. Lalu bagaimana, Pak Taufiq ?

Lalu dia tabrak saja, jebret, bikin adegan rajam. Lantas fantasi dusta
berikutnya yang menyolok adalah adegan pembakaran buku di pesantren itu. Di
novel Abidah tak ada adegan pembakaran buku. Abidah lebih logis dan tidak
sok seperti Hanung.

Seingat saya pembakaran buku pengarang-pengarang anti komunis dilakukan PKI
dan ormas-ormasnya di tahun 1964 atau 1965, betul Pak ?

Betul sekali. Nah, di pesantren itu, di kelompok santri, ada diskusi buku.
Dibicarakan tentang pengarang yang tertindas, ditahan tanpa diadili, tapi
tetap kreatif, tetap menulis buku. Yang dimaksud adalah Pramudya Ananta Tur.
Diperlihatkan kulit buku novel Bumi Manusia, yang dilemparkan ke dalam
unggun. Adegan ini dibikin-bikin, dan bodoh betul.

Maksudnya ?

Pertama, adegan ini dalam novel tak ada. Jadi ini keluar dari otak Hanung
sendiri, tanpa permisi novelisnya. Kedua, kalau dia betul-betul anak
Muhammadiyah, maka pengarang yang tertindas, ditahan tanpa diadili 2,5
tahun, tapi tetap kreatif, menulis buku, maka pengarang itu adalah Buya
Hamka. Bukan Pramudya. Yang wajib disebut adalah Buya Hamka. Hanung ini,
yang mengaku-ngaku anak Muhammadiyah, ternyata buta sejarah perjuangan tokoh
besar Muhammadiyah ini. Karya luar biasa Buya Hamka tersebut adalah Tafsir
Al Qur'an Al-Azhar, yang dirampungkannya dalam tahanan, selesai 30 juz,
dikagumi seluruh dunia Islam.

Kalau begitu Hanung keliru besar, menokohkan Pram dalam hal ini ?

Sangat keliru ! Tapi memang pada dasarnya dia kekiri-kirian, mode anak muda
zaman kini, tidak sadar mengangkat diri sendiri jadi agen muda Palu Arit.
Lagi-lagi Hanung rabun sastra: Pramudya tahun 50-an 60-an dalam
karya-karyanya sinis terhadap orang sholat, benci kepada haji. Tokoh-tokoh
haji dalam novel-novelnya buruk semua: mindring, kaya, bakhil, membungakan
uang. Tapi di luar ini semua, menjelang meninggalnya, tanda-tanda
menunjukkan Pramudya khusnul khatimah. Alhamdulillah. Mudah-mudahanlah Pram
beroleh hidayah. Allah berbuat sekehendak-Nya.

Kembali kepada rasa tidak nyaman Pak Taufiq tadi.

Lebih dari tidak nyaman. Muak. Mual.

Silakan kalimat penutup, Pak.
Saya merasa dihina dan dilecehkan oleh film Perempuan Berkalung Sorban,
disutradarai Hanung Bramantyo, yang menistakan lembaga pesantren dan tokoh
Kyai, waratsatul anbiya, berlindung di balik topeng kebebasan kreasi dengan
sejumlah improvisasi yang bodoh dalam semangat super-liberal. Para aktivis
seni Marxis-Leninis-Stalinis-Maois saja di tahun 50-an 60-an tidak ada yang
bisa membuat film pelecehan pesantren dan Kiyai seperti yang dilakukan
Hanung di abad 21 ini. Kalau dia sudah beredar lima dasawarsa yang lalu,
maka Hanung Bramantyo bagus diusulkan mendapat Bintang Joseph Stalin atau
Anugerah Dipa Nusantara Aidit.

[Suara-Islam.Com]

Mengapa Yahudi pinter ?

Mengapa orang yahudi banyak yang pintar?


Tanpa bermaksud untuk mendramatisasi tentang orang Israel dan atau orang
Yahudi, saya ingin berbagi informasi yang saya peroleh dari membaca
terjemahan H. Maaruf Bin Hj Abdul Kadir (guru besar berkebangsaan
Malaysia) dari Universitas Massachuset USA tentang penelitian yang
dilakukan oleh DR.Stephen Carr Leon. Penelitian DR Leon ini adalah tentang pengembangan kualitas hidup orang
Israel atau orang Yahudi. Mengapa Orang Yahudi, rata-rata pintar? Studi yang dilakukan mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut:

Ternyata, bila seorang Yahudi Hamil, maka sang ibu segera saja
meningkatkan aktivitasnya membaca, menyanyi dan bermain piano serta
mendengarkan musik klasik. Tidak itu saja, mereka juga segera memulai
untuk mempelajari matematika lebih intensif dan juga membeli lebih
banyak lagi buku tentang matematika, mempelajarinya, dan bila ada yang
tidak diketahui dengan baik, mereka tidak segan-segan untuk datang ke
orang lain yang tahu matematika untuk mempelajarinya. Semua itu
dilakukannya untuk anaknya yang masih di dalam kandungan.

Setelah anak lahir, bagi sang ibu yang menyususi bayi nya itu, mereka
memilih lebih banyak makan kacang, korma dan susu. Siang hari, makan
roti dengan ikan yang tanpa kepala serta salad. Daging ikan dianggap
bagus untuk otak dan kepala ikan harus dihindari karena mengandung zat
kimia yang tidak baik untuk pertumbuhan otak si anak. Disamping itu sang
ibu diharuskan banyak makan minyak ikan (cod liver oil).

Menu diatur sedemikian rupa sehingga didominasi oleh ikan. Bila ada
daging, mereka tidak akan makan daging bersama-sama dengan ikan, karena
mereka percaya dengan makan ikan dengan daging hasilnya tidak bagus
untuk pertumbuhan. Makan ikan seyogyanya hanya makan ikan saja, bila
makan daging, hanya makan daging saja, tidak dicampur. Makan pun, mereka
mendahulukan makan buah-buahan baru makan roti atau nasi. Makan nasi
dulu baru kemudian makan buah, dipercaya akan hanya membuat ngantuk dan
malas berkerja.
Yang istimewa lagi adalah: Di Israel, merokok itu tabu! Mereka memiliki
hasil penelitian dari ahli peneliti tentang Genetika dan DNA yang
meyakinkan bahwa nekotin akan merusak sel utama yang ada di otak manusia
yang dampaknya tidak hanya kepada si perokok akan tetapi juga akan
mempengaruhi "gen" atau keturunannya. Pengaruh yang utama adalah dapat
membuat orang dan keturunannya menjadi "bodoh" atau "dungu". Walaupun,
kalau kita perhatikan, maka penghasil rokok terbesar di dunia ini adalah
orang Yahudi! Tetapi yang merokok, bukan orang Yahudi.

Anak-anak, selalu diprioritaskan untuk makan buah dulu baru makan nasi
atau roti dan juga tidak boleh lupa untuk minum pil minyak ikan. Mereka
juga harus pandai bahasa, minimum 3 bahasa harus dikuasai nya yaitu
Hebrew, Arab dan bahasa Inggris. Anak-anak juga diwajibkan dan dilatih
piano dan biola. Dua instrument ini dipercaya dapat sangat efektif
meningkatkan IQ mereka. Irama musik terutama musik klasik dapat
menstimulasi sel otak. Sebagian besar dari musikus genius dunia adalah
orang Yahudi.

Satu dari 6 anak Yahudi, diajarkan matematik dengan konsep yang berkait
langsung dengan bisnis dan perdagangan. Ternyata salah satu syarat untuk
lulus dari Perguruan Tinggi bagi yang Majoring-nya Bisnis, adalah, dalam
tahun terakhir, dalam satu kelompok mahasiswa (terdiri dari 10 orang),
harus menjalankan perusahaan. Mereka hanya dapat lulus setelah
perusahaannya mendapat untung 1 juta US Dollar. Itulah sebabnya, maka
lebih dari 50% perdagangan di dunia dikuasai oleh orang Yahudi. Design
"Levis" terakhir diciptakan oleh satu Universitas di Israel, fakultas
"business and fashion".

Olah raga untuk anak-anak, diutamakan adalah Menembak, Memanah dan Lari.
Menembak dan Memanah, akan membentuk otak cemerlang yang mudah untuk
"fokus" dalam berpikir!

Di New York, ada pusat Yahudi yang mengembangkan berbagai kiat berbisnis
kelas dunia. Disini terdapat banyak sekali kegiatan yang mendalami
segi-segi bisnis sampai kepada aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam
arti mempelajari aspek bisnis yang berkaitan juga dengan budaya bangsa
pangsa pasar mereka. Pendalaman yang bergiat nyaris seperti
laboratorium, "research and development" khusus perdagangan dan bisnis
ini dibiayai oleh para konglomerat Yahudi. Tidak mengherankan bila
kemudian kita melihat keberhasilan orang Yahudi seperti terlihat pada
Starbuck, Dell Computer, Cocacola, DKNY, Oracle, Pusat film Hollywood,
Levis dan Dunkin Donat.

Khusus tentang rokok, negara yang mengikuti jejak Israel adalah
Singapura. Di Singapura para perokok diberlakukan sebagai warga negara
kelas dua. Semua yang berhubungan dengan perokok akan dipersulit oleh
pemerintahnya. Harga rokok 1 pak di Singapura adalah 7 US Dollar,
bandingkan dengan di Indonesia yang hanya berharga 70 sen US Dollar.
Pemerintah Singapura menganut apa yang telah dilakukan oleh peneliti
Israel, bahwa nekotin hanya akan menghasilkan generasi yang "Bodoh" dan
"Dungu".

Percaya atau tidak, tentunya terserah kita semua. Namun kenyataan yang
ada terlihat bahwa memang banyak sekali orang yahudi yang pintar!
Tinggal, pertanyaannya adalah, apakah kepintarannya itu banyak
manfaatnya bagi peningkatan kualitas hidup umat manusia secara
keseluruhan.

Abu bakar dan umar berselisih

dakwatuna.com - Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-Hujurat 1-2).
HARI itu seperti hari-hari yang lainnya juga. Yang tidak biasa hanyalah rencana kedatangan romobngan Bani Tamim kepada Rasulullah. Ada apakah? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak Rasulullah. Tapi Rasulullah tetap saja berlaku tenang.
Dan, saat yang ditunggu-tunggu oleh Rasul pun datang. Kebiasaan Rasul memang selalu mengagungkan tamunya. Jika ia sudah mempunyai janji, maka akan ia dahululkan janji itu. Apalagi jika itu mengenai pertemua yang sepertinya terasa penting ini.
Rasul mempersilakan mereka semua duduk dengan tertib. Tak satupun dari tamu itu yang ia lewatkan. Semaunya disalaminya dan mendapt senyuman yang paling lembut. Sahabat-sahabat yang lain sering merasa heran, bagaimana bisa Muhammad menghafal nama-nama orang di dekatnya satu per satu tanpa pernah sekalipun melupakannya? Jika sudah begini, masing-masing mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling penting dalam kehidupan Rasul.
Ketika semua sudah duduk dan menyantap hidangan ala kadarnya yang dihidangkan oleh Rasulullah karena itulah yang dipunyainya, maka Rasulullah pun berkata, “Semoga Alalh swt senantiasa memberkahi kita semua. Apakah maksud kedatangan kalian ini, wahai sahabat-sahabatku semua?”
“Kami semua baik-baik saja ya Rasulullah. Terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang ini sedang berada dalam keadaan yang sangat pelik. Kami membutuhkan bantuanmu sekali, jika engkau sekiranya tidak keberatan.”
Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menunggu saja.
Salah seorang dari mereka bicara lagi, “Sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami….”
“Dan?” Rasulullah berkata ketika ia tidak melanjutkan bicaranya.
“Dan kami tidak punya pengetahuan yang sebagus engkau. Kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan harus jadi pemimpin kami……”
“Begitu ya….?”
Semua orang diam sekarang. Mereka menundukkan kepala mereka. Ada sejumput perasaan malu karena mereka telah melibatkan Rasul dalam urusan yang tampaknya tidak seberapa itu. Rasul masih terus mengangguk-angguk kepalanya. Beliau terdiam. Cukup lama.
Dan ketika Rasulullah hendak membuka mulut, tiba-tiba Abu bakar yang berada bersama rombongan berkata cukup keras, “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin!”
Semua kepala mendongak memandang Abu Bakar. Ada mata yang setuju namun ada juga yang kelihatannya menentang.
Umar yang juga datang bersama Abu Bakar berdiri, “Tidak, angkatlah Al-Aqra bin Habis.”
Kedua orang itu kini berdiri. Suasana tampak tegang. Rasulullah hanya diam saja. Apakah Abu Bakar dan Umar akan bertengkar?
Abu Bakar dengan sedikit mendelik berkata, “Kau hanya ingin membantah aku saja, hai Sahabatku!”
“Aku tidak bermaksud membantahmu!” jawab Umar.
Keduanya untuk beberapa saat masih saja saling berkata-kata sehingga suara mereka terdengar makin keras. Mereka tampaknya tidak peduli bahwa di situ ada orang lain. Tidak peduli bahwa di tempat itu pun ada Rasulullah, panutan mereka.
Waktu itu, turunlah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-hujurat: 1-2).
Setelah mendengar teguran itu langsung dari Allah, semua roang di situ tertegun. Sebaliknya Abu Bakar langsung menangis. Setelah ia meminta maaf kepada sahabatnya Umar, ia menghadap Rasulullah. “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.”
Rasulullah mendegar itu hanya mengelus-elus punggung Abu Bakar. Ia tersenyum kepadanya. Sedangkan Umar bin Khattab setelah itu berbicara kepada Nabi hanya dengan suara yang lembut. Bahkan kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi.
Rasulullah bersyukur dalam hati mempunyai sahabat-sahabat yang hatinya begitu lembut. Memang, apalah yang lebih menyedihkan dan mengerikan daripada ditegur oleh Allah secara langsung? Itulah gunanya mempunyai sahabat yang bersedia selalu mengingatkan.

Karunia Hidayah

Karunia Hidayah, Karunia Terindah
Setiap orang hanya akan menjaga sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin berharga suatu benda, semakin keras pula kita menjaganya. Bagi seorang Muslim, hidayah dari Allah adalah hartapaling berharga.
Ada seorang wanita yang belum lama masuk Islam (mualaf). Ternyata, keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini. Ibunya pun mengusir ia dari rumah. Kejadian itu terjadi menjelang jam lima sore. Telepon berdering, suara di ujung telepon bicara dengan terbata-bata, "Aa, Aa tolong A tolong!". Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui di mana menelponnya? Keadaannya bagaimana?
Usai telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan? Yang terbayang di benak saat itu ia sedang dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Mungkin pula ia dipaksa kembali masuk agama semula. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan Allah bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada anak itu.
Bila Allah telah menghunjamkan hidayah di dalam kalbu, maka tak seorang pun mampu mengambilnya kembali. Bilal bin Rabbah contohnya. Ia dijemur diterik matahari, di bawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya terus mengucap, "Ahad, Ahad, Ahad".
Begitu pun dengan wanita tadi, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian dengan izin Allah, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu ia ikut bersama bibinya. Allah-lah yang berkuasa melepaskan siapa pun dari kesempitan.
Cahaya terang hidayah
Saudaraku, setiap orang hanya akan menjaga sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin berharga sesuatu, semakin keras pula ia menjaganya. Ada yang sibuk menjaga harta karena ia menganggap harta itulah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar tetap awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukannya, karena kedudukan itulah yang dianggap paling berharga olehnya.
Bagi orang beriman, hidayah dan taufik dari Allah SWT menjadi sesuatu yang harus dijaga mati-matian. Sebab ia yakin bahwa keselamatan hidup tidak akan didapatkan kecuali dengan hidayah dan taufik dari-Nya. Nikmat iman itu nilainya melampaui semua yang berharga di dunia ini. Maka, dalam mencari apapun, kita harus menaati rambu-rambu dari Allah agar tidak sampai memadamkan cahaya hidayah.
Rasulullah SAW mengajarkan kita sebuah doa, ''Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia.'' (QS Ali Imran [3]: 8).
Demikianlah, kita dianjurkan agar mohon agar selalu berada dalam cahaya hidayah-Nya. Imam Ibnu Athailah mengatakan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah serta menerima segala rahasia daripada-Nya. Cahaya terang itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Ilahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan". Wallaahu a'lam.

PENJARA ?

Seekor kelinci muda menampakkan wajah gelisah ketika berada di sebuah kandang. Walau daun-daun segar selalu tersedia setiapkali ia ingin makan, kandang baginya sebuah penjara yang menghalanginya menikmati kebebasan di luar sana.

“Kamu ingin bebas dari kandang ini, anakku?” ucap seekor kelinci tua tiba-tiba. Warna bulunya yang tidak lagi cerah, menunjukkan kalau si pemilik suara itu sudah begitu lama mengenyam kehidupan.

“Tentu saja! Aku ingin bebas di luar sana!” jawab si kelinci muda setelah menoleh ke arah kelinci tua.

Persahabatan dua kelinci itu memang tergolong baru. Ketika kelinci muda dimasukkan ke kandang oleh sang pemilik, kelinci tua sudah ada di situ. Ia tidak tahu persis, sudah berapa lama kelinci tua itu menetap di kandang yang tak lebih baginya sebagai sebuah penjara.

Belum lagi dua kelinci itu melanjutkan percakapannya, tangan sang pemilik tiba-tiba menjulur ke kandang. Sepertinya, tangan itu hendak meraih kelinci tua. Dan benar saja, sang kelinci tua berhasil terpegang setelah sebelumnya menunjukkan penghindaran.

Tangan sang pemilik pun mengeluarkan sang kelinci tua di sebuah rerumputan tak jauh dari kandang. Tapi, kelinci tua itu tidak mau bergerak. Ia tetap diam. Sepertinya, sang kelinci tua ingin kembali dimasukkan kedalam kandang.

Seperti memahami bahasa tubuh kelinci, sang pemilik pun kembali memasukkan kelinci tua kedalam kandang.

“Aneh, kenapa bapak tidak memanfaatkan kesempatan untuk bebas? Apa bapak lebih senang berada di sini daripada di luar sana?” sergah sang kelinci muda sesaat setelah kelinci tua kembali berada dalam kandang.

”Anakku,” ucap sang kelinci tua. ”Tidak selamanya kebebasan itu baik. Justru, aku lebih aman berada dalam kandang ini daripada di luar sana!” lanjut sang kelinci tua.

”Bapak takut berada di luar sana? Bukankah kita bisa berlari cepat jika ada yang membahayakan kita?” tanya kelinci muda lagi.

”Sebenarnya,” jawab kelinci tua. ”Aku lebih takut pada kebebasan diriku sendiri daripada mangsa di luar sana. Karena bagiku, kebebasanlah yang membuatku lengah dari berbagai bahaya. Dan kebebasan pula yang membuatku menjadi bodoh untuk membedakan mana yang aman dan mana yang membahayakan.”
**
Sang Pemilik kehidupan memberikan kebebasan bagi kita untuk memilih: mau bebas atau ’terpenjara’ dalam aturannya. Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang mampu melihat bahwa ’penjara’ itu jauh lebih baik dari kebebasan.

Padahal, seperti yang diucapkan sang kelinci tua, Kebebasanlah yang menjadikan diri bodoh untuk membedakan mana yang aman, dan mana yang bahaya! (muhammadnuh@eramuslim.com)

Air is water

Seekor anak rusa tampak berlari kecil di tepian sungai. Ia melompat dari bebatuan satu ke bebatuan lain yang berserakan di sepanjang sungai. Rasa dahaganya yang begitu tak tertahankan tidak melunturkan niatnya untuk mencari mata air yang jernih. Karena di situlah, ia dan ibunya biasa minum.

Sayangnya, karena longsoran tanah tepian sungai, mata air tampak tidak lagi jernih. Warnanya agak kecoklatan. “Ih, kok tidak jernih,” ujar anak rusa sambil mencari aliran mata air ke arah aliran sungai.

Ia terus menelusuri aliran sungai yang berada lebih bawah dari lokasi mata air. Sayangnya, kian ke bawah, semua anak mata air yang ia temui berwarna sama: coklat keruh. Dan kian kebawah, warnanya lebih keruh lagi.

Kecewa dengan apa yang ia temukan, sang anak rusa pun berlari meninggalkan sungai menuju semak-semak di mana ibunya berada.

”Kamu sudah minum, Nak?” tanya sang ibu rusa ketika mendapati anaknya sudah berada di dekatnya.

”Belum, Bu,” ucap sang anak rusa tampak kesal.

”Kenapa? Kan kamu sudah tahu di mana mata air yang jernih itu berada,” sergah sang ibu rusa kemudian.

”Airnya keruh, Bu. Dan semua anak mata air yang berada di bawahnya pun sama, bahkan lebih keruh lagi,” ungkap sang anak rusa tidak mampu lagi menahan kekecewaannya.

Induk rusa pun menghampiri anaknya lebih dekat lagi. ”Anakku, kamu dapat pelajaran baru dari keruhnya mata air,” ucap sang induk rusa tiba-tiba.

”Maksud ibu?” tanya sang anak rusa begitu penasaran.

”Anakku, kalau mata air yang berada di bagian atas sungai keruh, semua aliran anak mata air di bawahnya akan lebih keruh lagi. Begitulah alam mengajarkan kita,” jelas sang ibu rusa diiringi anggukan anaknya.

**

Ada dahaga ruhani ketika kehidupan di negeri ini kian jauh dari kepuasan jiwa. Orang menjadi begitu jatuh cinta dengan dunia materi, dan tidak lagi perduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Pada dahaga itu, orang pun merindukan sumber mata air ruhani nan jernih yang bisa memuaskan rasa haus mereka. Namun, ketika mata air yang berada di atas mulai keruh karena longsoran butiran tanah tepian sungai kehidupan, jangan kecewa ketika anak-anak mata air di bawahnya ditemukan jauh lebih keruh lagi.

Karena begitulah, Allah mengajarkan kita melalui alam ini. (muhammadnuh@eramuslim.com)