Selasa, 15 Mei 2012

anda wortel, telur atau kopi

Pada suatu hari, seorang anak mengeluh
mengenai sulitnya hidup kepada sang ayah. Bagi sang
anak, hidup dirasa sangat berat dan dia hampir putus asa
menghadapi hidup yang demikian. Si anak rasanya telah
lelah sehingga di menumpahkan seluruh ganjalan hatinya
kepada sang ayah. Dia mengatakan, masalah satu belum
selesai, timbul masalah yang lain.
Sang ayah yang mendengar cerita tersebut hanya
tersenyum, pria tua itu adalah seorang mantan koki.
Setelah mendengar cerita anaknya yang berkeluh kesah
mengenai kehidupan yang sangat sulit, dia mengajak
anaknya untuk ke dapur. Di dapur, sang ayah merebus
air dalam tiga panci yang berbeda. Panci pertama diisi
dengan irisan wortel. Panci kedua diisi sebutir telur
mentah, dan panci terakhir diisi dengan beberapa butir
biji kopi.
Si anak hanya terdiam menyaksikan ayahnya merebus
benda-benda itu. Dia tidak berkomentar dan menunggu
apa yang akan dilakukan sang ayah selanjutnya. Sang
ayah juga tidak mengatakan apapun, dia menunggu
hingga 20 menit, hingga wortel dan menjadi matang.
Kopi yang direbus juga telah menebar wangi ke seluruh
penjuru dapur, kemudian sang ayah mematikan api
kompor.
Wortel rebus dan telur rebus telah diangkat dan
diletakkan di atas sebuah piring, sedangkan kopi yang
harum itu dituang ke dalam sebuah gelas.
"Apa-apaan ini, ayah?" tanya sang anak karena tidak
mengerti.
Sang ayah tersenyum lalu menjelaskan apa yang ingin dia
sampaikan kepada sang anak. Ketiga benda itu, wortel,
telur, dan kopi mengalami perubahan setelah
dipanaskan, ketiganya mengalami tekanan yang sama,
tetapi menjadi berbeda setelahnya.
Wortel, dia adalah sesuatu yang keras sebelum direbus,
tetapi menjadi lunak setelahnya. Telur, sebelum direbus
dia adalah benda cair yang fleksibel, tetapi setelah
dipanaskan justru menjadi keras dan kaku. Biji kopi, dia
tidak mengalami perubahan, tetapi air rebusan yang
tadinya jernih menjadi hitam, dengan aroma dan rasa
yang sama seperti biji kopi.
"Jadi, kau termasuk yang mana?" tanya sang ayah pada
anaknya. "Apakah kau wortel yang keras, tetapi setelah
mengalami kesulitan justru menjadi lunak dan mudah
menyerah? Atau kau telur, yang fleksibel dan lembut
tetapi setelah mengalami kesulitan justru menjadi sosok
yang kaku dan keras sekalipun tampak sama di luar?"
Sang anak diam sambil terus mendengar kalimat
ayahnya.
"Biji kopi adalah yang paling unik di antara ketiganya. Dia
tidak berubah, tetapi mampu menularkan isinya kepada
seluruh air yang direbus, sehingga memiliki rasa dan
keharuman yang sama. Semakin dia dipanaskan, maka
aroma dan rasa yang dia tularkan semakin nikmat dan
menggugah selera."
Sahabat, biji kopi mengajarkan kita bahwa semakin kuat
tekanan kehidupan yang datang, seharusnya kita tetap
bisa membuat perubahan di sekitar kita menjadi sesuatu
yang baik tanpa mengubah atau mengurangi kebaikan
yang ada di dalam diri kita. (saf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar