Jumat, 11 Mei 2012

Ketawadhuan Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah bercerita: “Aku
belajar lima masalah dalam ibadah haji dari seorang
pencukur rambut.” Berikut ini kisahnya:
Setelah aku menyelesaikan manasik haji aku pergi ke
tukang cukur untuk mencukur rambutku.
Aku bertanya kepada tukang cukur: “Berapa ongkos
mencukur rambut?”
Tukang cukur itu berkata: “Ini adalah ibadah, dan
ibadah tidak mensyaratkan apa pun. Duduklah!” Aku
pun duduk dan membelakangi kiblat.
Dia berkata: “Hadapkan wajahmu ke arah kiblat!”
Ku berikan kepalaku sebelah kiri untuk dicukur
terlebih dahulu. Dia kembali berkata: “Putar kepalamu
ke arah kanan.”
Maka aku pun memutar kepalaku ke arah kanan. Dia
langsung mencukur rambutku dan aku diam saja. Dia
berkata lagi: “Bacalah takbir (Allahu akbar)!”
Aku pun terus membaca takbir sampai dia selesai
mencukur. Ketika aku berdiri dia berkata: “Mau ke
mana kamu?”
Aku menjawab: “Aku ingin meneruskan perjalananku.”
Dia berkata: “Shalatlah dua raka’at dulu, setelah itu
pergilah.”
Aku sangat terkejut dengan perkataan tukang cukur
itu dari awal dia mencukur rambutku, lalu aku
bertanya kepadanya:”Dari mana kamu belajar semua
ini?”
Dia berkata: “Aku pernah melihat ‘Atha’ bin Abi
Rabbah melakukan ini.”
Di antara ketawadhu’an Imam Abu Hanifah yang lain
adalah ketika Abu Hanifah melewati anak-anak yang
sedang bermain di jalan, dia berkata kepada salah
seorang dari mereka: “Wahai anakku, hati-hati, nanti
jatuh ke tanah.”
Anak-anak membalas: “Engkau yang harus hati-hati,
agar jangan sampai jatuh, karena terperosoknya
orang alim adalah terperosoknya
alam.” (Kesalahannya menyebabkan kesalahan orang-
orang).
Abu Hanifah berkata: “Demi Allah, sejak saat itu aku
tidak mengeluarkan fatwa, kecuali setelah berdiskusi
dengan murid-muridku selama 40 hari.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar