Selasa, 15 Mei 2012

Mengukir diatas batu atau pasir

Dulu hiduplah sepasang sahabat yang ingin berkeliling
dunia. Mereka berjalan menyusuri sungai, memasuki
pedalaman hutan, mendaki gunung, melewati lembah
dan bahkan gurun pasir. Perjalanan mereka diwarnai
banyak kejadian menyenangkan maupun menyedihkan.
Terkadang mereka bercanda, dan di kesempatan lain
mereka bertengkar.
Suatu ketika seorang dari mereka salah membaca peta
sehingga mereka berdua tersesat, dan salah satu yang
lain marah besar. Seharusnya mereka berdua sudah bisa
beristirahat di sebuah desa dan makan kenyang di rumah
penduduk. Tidur dalam selimut dan bukan masih tersesat
di dalam hutan belantara yang tak menyediakan tempat
beristirahat karena sekelilingnya banyak lumpur hisap
dan rumput duri. Saat melihat sebuah batu besar mereka
pun memutuskan berhenti dan bermalam di sana.
Keesokan harinya sahabat yang sedang marah
menuliskan kemarahannya di atas batu sebagai wujud
emosi yang meluap di dalam hatinya. Namun mereka
berdua kembali meneruskan perjalanannya.
Kali ini sahabat yang marah memutuskan untuk
memegang peta dan membacanya. Maka ia pun
menunjukkan sebuah arah dan meminta sahabatnya
mengikutinya berjalan di belakangnya. Hari sudah hampir
larut malam, namun mereka tak jua menemukan rumah
penduduk. Yang ada di depan mereka hanyalah
hamparan gurun pasir yang semakin lama semakin luas.
Karena sudah kelelahan, maka mereka membangun
tenda di dekat sebuah bongkahan batu besar.
Keesokan harinya sahabat yang suka marah memeriksa
batu besar tempat ia tidur. Ia mencari-cari tulisan hasil
amarah sahabatnya, namun ia tak menemukannya.
Betapa terkejutnya ia, saat turun dari batu, justru tulisan
itu ia temukan di atas pasir. Maka bertanyalah ia kepada
sahabatnya, "Wahai sahabat, mengapa kau menuliskan
amarahmu di atas pasir? Bukannya di sini juga ada batu?"
Kemudian sahabatnya menjawab, "Tidak, sahabat. Aku
memang marah kepadamu, tetapi aku tak mau
menuliskannya di atas batu. Karena angin tak akan dapat
menghapus tulisan tersebut. Maka aku menuliskannya di
atas pasir, sehingga jika ada angin bertiup, amarahku
juga akan ikut lenyap," katanya dengan tersenyum.
Sahabat yang pemarah kemudian memeluk sahabatnya
erat-erat. meminta maaf bahwa selama ini ia selalu
menaruh dendam dan tak pernah memaafkan kesalahan
sahabatnya.
Itulah yang seringkali kita lakukan, kita sering mengukir
dalam-dalam kesalahan yang orang lain lakukan di atas
batu kepada kita sehingga kita jadi pendendam dan sulit
untuk memaafkan. Hendaklah kita menuliskannya di atas
pasir, sehingga saat angin bertiup, amarah itu akan
hilang, dan persahabatan akan tetap bisa dilanjutkan
dengan penuh perasaan damai dan kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar