Jumat, 18 Mei 2012

Senyumlah dari hati

"Kelas Senyum dan Sosiologi" --- "Tersenyumlah dengan
'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak
yang ditimbulkan oleh senyummu itu." --- Kisah di bawah ini
adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau
warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana .
Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan
seumur hidup. Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru
saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya
ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan
kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas
terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama
"Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan
memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang
ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah
itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan
kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat
dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas
ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tsb, saya
bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang
menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi
kerestoran yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya
sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk
dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang
menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang
masih kosong. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu
untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak
menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang
saya ikut menyingkir keluar dari antrian. Suatu perasaan panik
menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa
mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya
membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat,
ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki
tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu
bergerak sama sekali. Ketika saya menunduk, tanpa sengaja
mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri
lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah
saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga
memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia
meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat
itu. Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan
sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk
membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya
membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas'
yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang
memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di
belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki
kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata
biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin
setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini
hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2
saja sudah sampai didepan counter. Ketika wanita muda di
counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan,
saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki
bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu
dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika
ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh,
maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua
orang ini hanya ingin menghangatkan badan. Tiba2 saja saya
diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka
mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya,
yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Pada saat
yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua
mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti
juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya baru tersadar setelah
petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya
menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan
minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya)
dalam nampan terpisah. Setelah membayar semua pesanan,
saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk
mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk
suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan
lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah
dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan
nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan
tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki
bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya
pesan untuk kalian berdua." Kembali mata biru itu menatap
dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan
dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk
bahunya saya berkata " Sesungguhnya bukan saya yang
melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini
dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian." Mendengar
ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan
memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali
saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat
menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka
dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh
dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya
mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan
berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan
dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan
'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku! " Kami saling
berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2
bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA'
lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk
dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat
membutuhkan. Ketika kami sedang menyantap makanan,
dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan
disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu
menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan'
dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak,
memegangi tangan saya, dan berucap " Tanganmu ini telah
memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang
berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA,
saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi
kepada kami." Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil
tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya
sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah
ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka
langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu
melambai-lambaikan tangannya kearah kami. Dalam
perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah
saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-
benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih
sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali! Saya
kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini
ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen
saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya
dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya
dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada
yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan
memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk
membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun
mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan
ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang
dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat
para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat
bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga
para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya
diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan
perasaan harunya. Diakhir pembacaan paper tersebut, sang
dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu
kalimat yang saya tulis diakhir paper saya . --- "Tersenyumlah
dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'
dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu." --- Dengan
caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk
menyentuh orang-orang yang ada diRestoran itu, suamiku,
anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di
malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1
pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." Banyak
cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh
para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat
membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat
mengambil pelajaran bagaimana cara --- MENCINTAI SESAMA,
DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA
MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG
BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA! Jika
anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda,
teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada
'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang
yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa
berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang
membutuhkan uluran tangannya! Orang bijak mengatakan: ---
Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi
hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di
dalam hatimu. Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan
nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan
HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan
banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan
semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap
hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan
makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus
BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya. Orang-orang muda
yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua
yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari
PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup
cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari
pengalaman dirimu sendiri. Sumber : Unknown *** Semoga
Bermanfaat ... Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang
mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga
bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada
yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang
mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin,
Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin … ---Salam Santun Ukhuwah
Karena-NYA--- ,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar