Rabu, 14 Agustus 2013

"Debu"Rumah kita masih yang itu-itu juga. Tapi, sekembalidari mudik dan silaturahmi kita menemukan adayang beda. Ditinggal sebentar saja, rumah kita telahberubah. Bukan bentuk dan struktur bangunannya.Bukan. Perubahan itu mungkin teramat kecil; tapihampir setiap kita sepulang dari bepergian danrumah tiada berpenghuni seorang pun, kita akanmerasakannya. Rumah kita menjadi terasa berebu.Baru saja kaki memasuki teras, debu itu telah terasamenempel tebal. Risih dan tidak nyaman. Begitulahtabiat rumah yang jarang disambangi dan tiadaberpenghuni, debu-debu akan tertimbun danmengotori. Anehnya, rumah juga akan gampangrusak. Padahal, ketika kita tempati, seingat kita takjuga dirawat ekstra ketat. Tapi begitulahkenyataannya.Di samping rumah saya yang sederhana, ada rumahyang lama ditinggalkan penghuninya. Terkunci. Daricelah pagarnya yang rapat saya bisa tahu bahwabelukar rimbun menumbuhi. Kata beberapa jamaahmasjid, "Bagian belakangnya telah ambrol, Mas." Ya,rumah itu jadi terlihat kotor dan rusak.Begitulah tabiat rumah. Jika bangunan fisik sajabutuh disambangi, butuh dibersihkan, dirawat,bahkan dimanfaatkan untuk aktivitas, bagaimanahalnya dengan "rumah jiwa" kita? Tentu ia butuhlebih banyak lagi perawatan. Sayangnya, rumah jiwakita debu-debunya tidak mudah diraba; mungkinkarena wujudnya saja yang beda. Debu-debu itu bisaberupa kegelisahan, 'kemrungsung' menghadapihidup, mudah sakit hati, gampang mendendam,hampa, dan sebagainya.Rumah yang dibersihkan tiap hari, perabotan danbarang-barangnya dirapikan setiap saat, akan terasabersih dan lapang. Demikian pula dengan rumah jiwakita. Jika kita rajin mengunjungi, membersihkan,merawat, dan menatanya, ia akan jernih, tajam, dancemerlang. Rumah jiwa itu akan berkilauan. Denganapa kita melakukannya? Kita merawat rumah jiwa kitadengan ketaatan kepada-Nya; ibadah, dzikir, istighfar,menolong sesama dan sebagainya.Semakin lama rumah ditinggalkan, semakin banyakpula yang harus dibersihkan. Demikian pula halnyaketika kita lama tidak menyambangi rumah jiwa kita,lama tidak berketaatan kepada-Nya, lama bermaksiatkepada-Nya, tak perlu khawatir. Hanya diperlukankerja ekstra untuk benar-benar membersihkannya;jalan itu telah ada, yaitu taubat. Banyak istighfar danmemperbaiki diri.Demikian bincang kita tentang rumah dan debu,semoga bermanfaat. Kini, mari kita jaga dan rawat'rumah' kita.

Kamis, 20 Juni 2013

Kisah tsa la bah, benarkah?

Kisah Tsa’labah bin Haathib Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, Shahihkah? Sewaktu kami kecil, sering para penceramah mengkisahkan sahabat nabi bernama Tsa’labah. Mereka menceritakan bahwa Tsa’labah dulunya seorang yang miskin dan taat ibadah, tapi ketika Allah Ta’ala memberikannya kekayaaan dengan banyaknya ternak peliharaannya akhirnya dia durhaka kepada Allah Ta’ala hingga wafatnya. Banyak orang menceritakan dari mulut ke mulut, juga disebarkan dalam buku-buku, dan situs- situs Islam. Tetapi, benarkah kisah ini? Berikut ini selengkapnya kisah Tsa’labah bin Haathib: ﺎﻨﺛﺩ ﻮﺑﺃ ﺪﻳﺰﻳ ﻲﺴﻴﻃﺍﺮﻘﻟﺍ ﺎﻨﺛ ﺪﺳﺃ ﻦﺑ ﻰﺳﻮﻣ ﺎﻨﺛ ﺪﻴﻟﻮﻟﺍ ﻦﺑ ﺎﻨﺛ ﻢﻠﺴﻣ ﻥﺎﻌﻣ ﻦﺑ ﺔﻋﺎﻓﺭ ﻦﻋ ﻲﻠﻋ ﻦﺑ ﺪﻳﺰﻳ ﻦﻋ ﻢﺳﺎﻘﻟﺍ ﻦﻋ ﻲﺑﺃ ﺔﻣﺎﻣﺃ ﻥﺃ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻦﺑ ﺐﻃﺎﺣ ﻱﺭﺎﺼﻧﻷﺍ : ﻰﺗﺃ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺎﻘﻓ ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻉﺩﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻲﻨﻗﺯﺮﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﺎﻗ : ﻚﺤﻳﻭ ﺎﻳ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻞﻴﻠﻗ ﻱﺩﺆﺗ ﻩﺮﻜﺷ ﺮﻴﺧ ﻦﻣ ﺮﻴﺜﻛ ﻻ ﻪﻘﻴﻄﺗ ﻢﺛ ﻊﺟﺭ ﻪﻴﻟﺇ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻉﺩﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻲﻨﻗﺯﺮﻳ ﻻﺎﻣ ﻝﺎﻗ ﻚﺤﻳﻭ ﺎﻳ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﺎﻣﺃ ﺪﻳﺮﺗ ﻥﺃ ﻥﻮﻜﺗ ﻞﺜﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ؟ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﺖﻟﺄﺳ ﻮﻟ ﻥﺃ ﻞﻴﺴﻳ ﻲﻟ ﻝﺎﺒﺠﻟﺍ ﺎﺒﻫﺫ ﺔﻀﻓﻭ ﺖﻟﺎﺴﻟ ﻢﺛ ﻊﺟﺭ ﻪﻴﻟﺇ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻉﺩﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻲﻨﻗﺯﺮﻳ ﻻﺎﻣ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﻦﺌﻟ ﻲﻧﺎﺗﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺎﻣ ﻦﻴﺗﻭﻷ ﻞﻛ ﻱﺫ ﻖﺣ ﻪﻘﺣ ﻝﺎﻘﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ : ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻕﺯﺭﺍ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻻﺎﻣ ﺬﺨﺗﺎﻓ ﺎﻤﻨﻏ ﺖﻤﻨﻓ ﺎﻤﻛ ﻮﻤﻨﻳ ﺩﻭﺪﻟﺍ ﻰﺘﺣ ﺖﻗﺎﺿ ﺎﻬﻨﻋ ﺔﻗﺯﺃ ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍ ﻰﺤﻨﺘﻓ ﺎﻬﺑ ﻥﺎﻛﻭ ﺪﻬﺸﻳ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﻊﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻢﺛ ﺝﺮﺨﻳ ﺎﻬﻴﻟﺇ ﻢﺛ ﺖﻤﻧ ﻰﺘﺣ ﺕﺭﺬﻌﺗ ﻪﻴﻠﻋ ﻲﻋﺍﺮﻣ ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍ ﻰﺤﻨﺘﻓ ﺎﻬﺑ ﻥﺎﻜﻓ ﺪﻬﺸﻳ ﺔﻌﻤﺠﻟﺍ ﻊﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻢﺛ ﺝﺮﺨﻳ ﺎﻬﻴﻟﺇ ﻢﺛ ﺖﻤﻧ ﻰﺤﻨﺘﻓ ﺎﻬﺑ ﻙﺮﺘﻓ ﺔﻌﻤﺠﻟﺍ ﺕﺎﻋﺎﻤﺠﻟﺍﻭ ﻰﻘﻠﺘﻴﻓ ﻥﺎﺒﻛﺮﻟﺍ ﻝﻮﻘﻳﻭ ﺍﺫﺎﻣ ﻢﻛﺪﻨﻋ ﻦﻣ ﺮﺒﺨﻟﺍ ؟ ﺎﻣﻭ ﻥﺎﻛ ﻦﻣ ﺮﻣﺃ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻝﺰﻧﺄﻓ ؟ ﻪﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﻭ ﻞﺟ ﻰﻠﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ } ﺬﺧ ﻦﻣ ﻢﻬﻟﺍﻮﻣﺃ ﺔﻗﺪﺻ ﻢﻫﺮﻬﻄﺗ ﻢﻬﻴﻛﺰﺗﻭ ﺎﻬﺑ { ﻝﺎﻗ : ﻞﻤﻌﺘﺳﺎﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻰﻠﻋ ﺕﺎﻗﺪﺼﻟﺍ ﻦﻴﻠﺟﺭ ﻞﺟﺭ ﻦﻣ ﺭﺎﺼﻧﻷﺍ ﻞﺟﺭﻭ ﻦﻣ ﻲﻨﺑ ﻢﻴﻠﺳ ﺐﺘﻛﻭ ﺎﻤﻬﻟ ﺔﻨﺳ ﺔﻗﺪﺼﻟﺍ ﺎﻬﻧﺎﻨﺳﺃﻭ ﺎﻤﻫﺮﻣﺃﻭ ﻥﺃ ﺎﻗﺪﺼﻳ ﻥﺇﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺍﺮﻤﻳ ﺔﺒﻠﻌﺜﺑ ﺍﺬﺧﺄﻴﻓ ﻦﻣ ﺔﻗﺪﺻ ﻪﻟﺎﻣ ﻼﻌﻔﻓ ﻰﺘﺣ ﺎﺒﻫﺫ ﻰﻟﺇ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻩﺁﺮﻗﺄﻓ ﺏﺎﺘﻛ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻗﺪﺻ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺍﺫﺈﻓ ﺎﻤﺘﻏﺮﻓ ﺍﺮﻤﻓ ﻲﺑ ﻼﻌﻔﻓ ﻝﺎﻘﻓ : ﻪﻠﻟﺍﻭ ﺎﻣ ﻩﺬﻫ ﻻﺇ ﺔﻴﺧﺃ ﺔﻳﺰﺠﻟﺍ ﺎﻘﻠﻄﻧﺎﻓ ﻰﺘﺣ ﺎﻘﺤﻟ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺰﻧﺃﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﻭ ﻞﺟ ﻰﻠﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ } ﻢﻬﻨﻣﻭ ﻦﻣ ﺪﻫﺎﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﺌﻟ ﺎﻧﺎﺗﺁ ﻦﻣ ﻪﻠﻀﻓ { ﻰﻟﺇ ﻪﻟﻮﻗ } ﻥﻮﺑﺬﻜﻳ { ﻝﺎﻗ : ﺐﻛﺮﻓ ﻞﺟﺭ ﻦﻣ ﺭﺎﺼﻧﻷﺍ ﺐﻳﺮﻗ ﺔﺒﻠﻌﺜﻟ ﺔﻠﺣﺍﺭ ﻰﺘﺣ ﻰﺗﺃ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻝﺎﻘﻓ ﻚﺤﻳﻭ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﺎﻳ ﺖﻜﻠﻫ ﻝﺰﻧﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﻭ ﻞﺟ ﻚﻴﻓ ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ ﺍﺬﻛ ﻞﺒﻗﺄﻓ ﻊﺿﻭﻭ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﺏﺍﺮﺘﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻪﺳﺃﺭ ﻮﻫﻭ ﻲﻜﺒﻳ ﻝﻮﻘﻳﻭ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﻓ ﻞﺒﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻪﺘﻗﺪﺻ ﻰﺘﺣ ﺾﺒﻗ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻢﺛ ﻰﺗﺃ ﺎﺑﺃ ﺮﻜﺑ ﻲﺿﺭ ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻳ ﺎﺑﺃ ﺮﻜﺑ ﺪﻗ ﺖﻓﺮﻋ ﻲﻌﻗﻮﻣ ﻦﻣ ﻲﻣﻮﻗ ﻲﻧﺎﻜﻣﻭ ﻦﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻞﺒﻗﺎﻓ ﻲﻨﻣ ﻰﺑﺄﻓ ﻥﺃ ﻪﻠﺒﻘﻳ ﻢﺛ ﻰﺗﺃ ﺮﻤﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﺑﺄﻓ ﻥﺃ ﻞﺒﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻢﺛ ﻰﺗﺃ ﻥﺎﻤﺜﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻨﻋ ﻰﺑﺄﻓ ﻥﺃ ﻞﺒﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻢﺛ ﺕﺎﻣ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻲﻓ ﺔﻓﻼﺧ ﻥﺎﻤﺜﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ Telah bercerita kepada kami Abu Yazid Al Qarathisy, bercerita kepada kami Asad bin Musa, bercerita kepada kami Al Walid bin Muslim, bercerita kepada kami Mu’aan bin Rifa’ah, dari Ali bin Yazid, dari Al Qasim, dari Abu Umamah, bahwa Tsa’labah bin Hathib Al Anshari mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku diberikan harta.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda: “Celaka engkau wahai Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.” Kemudian Tsa’labah kembali kepadanya, dan berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar saya diberikan harta.” Nabi bersabda: “Apakah engkau tidak suka menjadi seperti Nabi Allah? Demi yang diriku di tangan- Nya, seandainya aku mau gunung-gunung mengalirkan perak dan emas, niscaya akan mengalir untukku. ” Kemudian ia (Tsa’labah) berkata: “Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, seandainya engkau meminta kepada Allah agar aku dikaruniai harta (yang banyak) sungguh aku akan memberikan haknya kepada yang berhak menerimanya.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a: “Ya Allah, berikankanlah harta kepada Tsa’labah.” Kemudian ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambing itu tumbuh beranak, sebagaimana tumbuhnya ulat. Kota Madinah terasa sempit baginya. Sesudah itu, Tsa’labah menjauh dari Madinah dan tinggal di satu lembah. Karena kesibukannya, ia hanya berjama’ah pada shalat zhuhur dan ‘ashar saja, dan tidak pada shalat-shalat lainnya. Kemudian kambing itu semakin banyak, maka mulailah ia meninggalkan shalat berjama’ah sampai shalat Jum’at juga ia tinggalkan. Suatu saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para Shahabat: “Apa yang dilakukan Tsa’labah?” Mereka menjawab: “Ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambingnya bertambah banyak sehingga kota Madinah terasa sempit baginya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam mengutus dua orang untuk mengambil zakatnya seraya bersabda: “Pergilah kalian ke tempat Tsa’labah dan tempat fulan dari Bani Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua.” Lalu keduanya pergi mendatangi Tsa’labah untuk meminta zakatnya. Sesampainya disana dibacakan surat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan serta merta Tsa’labah berkata: “Apakah yang kalian minta dari saya ini, pajak atau semisalnya? Aku mengerti apa sebenarnya yang kalian minta ini!” Lalu keduanya pulang dan menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tatkala beliau melihat kedua- nya (pulang tidak membawa hasil), sebelum mereka berbicara, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celaka engkau, wahai Tsa’labah! Lalu turun ayat: “Dan di antara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah: ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.’ Maka, setelah Allah mem-berikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. At Taubah (9): 75-76) Setelah ayat ini turun, Tsa’labah datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia mohon agar diterima zakatnya. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung menjawab: “Allah telah melarangku menerima zakatmu.” Hingga Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, beliau tidak mau menerima sedikit pun dari zakatnya. Dan Abu Bakar, ‘Umar, serta ‘Utsman pun tidak menerima zakatnya di masa kekhilafahan mereka. Tsa’labah wafat pada masa kekhilafahan Utsman bin ‘Affan. * * * * * Kisah ini diriwayatkan oleh: - Imam Abu Nu’aim dalam Ma’rifatush Shahabah No. 1310 - Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 4357 - Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 7873 - Imam Abu Bakar Asy Syaibani dalam Al Aahad wal Matsani No. 687 - Imam Ibnu Jarir Ath Thabari dalam Jami’ul Bayan, No. 16987 - Imam Ibnu Abi Hatim Ar Razi dalam Tafsirnya No. 10638 - Imam Al Qurthubi dalam Al Jami’ Li Ahkam Al Quran, 8/208 - Imam Al Baghawi dalam Ma’alim At Tanzil, 4/76 - Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/183-184 - Imam Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 11/207-208 - Imam Abul Husein Abdul Baqi bin Qani’, Mu’jam Ash Shahabah, No. 127 - Dan lainnya. Kisah ini tidak sah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab diriwayatkan oleh beberapa rawi yang dhaif, yakni: 1. Mu’aan bin Rifa’ah As Sulami Mayoritas imam jarh wa ta’dil mendhaifkannya. Yahya mengatakan: dhaif. Ar Razi dan As Sa’di mengatakan: laisa bihujjah (bukan hujjah). Ibnu Hibban mengatakan: “haditsnya tidak serupa dengan hadits-hadits yang kuat maka mesti ditinggalkan.” Al Azdi mengatakan: “haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah.” (Imam Ibnul Jauzi, Adh Dhu’afa wal Matrukin, No. 3353. Lihat juga Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 3/36) Al Jauzajaani mengatakan: bukan hujjah. Ya’qub bin Sufyan mengatakan: layyinul hadits – lemah haditsnya. Imam Ibnu Hibban mengatakan: munkarul hadits. Ibnu ‘Adi mengatakan: “kebanyakan hadits darinya tidak bisa diikuti.” (Imam Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 10/182) Imam Ibnu Hajar mengatakan: “Saya telah membaca tulisan Adz Dzahabi, bahwa Mu’aan wafat sekitar bersamaan dengan Al Auza’i, dan dia (Mu’aan) adalah pemilik hadits yang tidak teliti (mutqin).” (Ibid. Lihat juga Imam Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, No. 8619) Abu Hatim mengatakan: haditsnya boleh ditulis tapi tidak bisa dijadikan hujjah. Yahya mengatakan: dhaif. (Imam Adz Dzahabi, Al Kasyif No. 5513) Hanya sedikit yang mentsiqahkan, Duhaim mengatakan: tsiqah. (Ibid), begitu pula Ali bin Al Madini. (Imam Adz Dzahabi, Al Mughni fi Adh Dhuafa, No. 6309), Imam Ahmad mengatakan: laa ba’sa bihi – tidak apa-apa. (Imam Ibnu Al Mubarrad, Bahr Ad Dam, Hal. 152), Muhammad bin ‘Auf dan Abu Daud mengatakan: tidak apa- apa. (Imam Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahzib, 10/182) Lalu bagaimana menilai Mu’aan bin Rifa’ah ini? Di tengah badai kritikan baginya namun ada pula yang memujinya. Kaidahnya adalah: jarh mufassar muqaddamun ‘ala ta’dilil ‘aam – kritikan yang terperinci lebih diutamakan dibanding pujian yang masih umum. Maka, dia tetap seorang perawi yang dhaif, sebab kritikan (jarh) yang diterimanya telah dirinci sebagaimana rincian Ibnu Hibban,ada pun pujiannya (ta’dil) masih bersifat umum. Wallahu A’lam 2. Ali bin Yazid Abu Abdul Malik Imam An Nasa’i mengatakan: matrul hadits – haditsnya ditinggalkan. Imam Bukhari mengatakan: munkarul hadits – haditsnya munkar. (Imam Al Muqrizi, Al Mukhtashar Al Kamil fi Adh Dhuafa, No. 1338, Lihat juga Al ‘Uqaili dalam Adh Dhuafa, No. 1259) Imam Ad Daruquthni memasukannya dalam kitabnya Adh Dhuafa wa Matrukin. (No. 408), selain itu beliau juga didhaifkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Hatim, dan Imam Abu Zur’ah. (Imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wa At Ta’dil, No. 1142) Imam Ibnu Hazm mengatakan: “Mu’aan bin Rifa’ah, Al Qasim bin Abdurrahman, dan Ali bin Yazid, semuanya adalah dhaif.” (Al Muhalla, 11/208) Oleh karena itu, segenap para ulama pun telah mendhaifkan hadits ini. Imam Ibnu Hazm mengatakan: “Hadza Baathil, li anna tsa’labah badriy ma’ruuf- hadits ini batil, karena Tsa’labah adalah dikenal sebagai Ahli Badar. ” (Lihat Al Muhalla, 11/208) Imam Ibnu Hajar mengatakan: “Dhaif jiddan – lemah sekali.” (Takhrij Ahadits Al Kasyaaf, Hal. 77), juga didhaifkan oleh Imam As Suyuthi. (Asbabun Nuzul, Hal. 121), Imam Al ‘Iraqi. (Takhrij Ahadits Al Ihya’, 3/338), Imam Al Qurthubi. (Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 8/210) Syaikh Ali Hasyisy mengatakan dhaif jiddan. (Lihat Silsilah Al Ahadits Al Wahiyah, Hal. 248, No. 158), Syaikh Al Albani juga mengatakan: dhaif jiddan. (As Silsilah Adh Dhaifah No. 1607) Catatan: Hadits ini selain dhaif riwayatnya, tapi juga buruk secara makna, yakni telah menjadikan salah satu sahabat nabi yang mulia, bernama Tsa’labah bin Haathib seorang Ahli Badar dan golongan Anshar, sebagai sosok yang durhaka. Hal ini merupakan tuduhan yang berat kepadanya, dan dusta terhadapnya. Padahal Ahli Badar telah Allah Ta’ala maafkan dan diampuni dosa-dosanya, dan dijamin masuk surga, sebagaimana diriwayatkan oleh hadits-hadits shahih. Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ْﻦَﻟ َﻞُﺧْﺪَﻳ َﺭﺎَّﻨﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭ َﺪِﻬَﺷ ﺍًﺭْﺪَﺑ َﺔَﻴِﺒْﻳَﺪُﺤْﻟﺍَﻭ Tidak akan pernah masuk ke neraka seorang yang ikut perang Badar dan Hudaibiyah. (HR. Ahmad No. 15297, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No. 15297. Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 33894, Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 2160) Dahulu ada sahabat nabi, Hatib bin Abi Baltha’ah Radhiallahu ‘Anhu dan dia seorang Ahli Badar, yang telah membocorkan rahasia negara ketika menjelang penaklukan kota Mekkah (Fathul Makkah). Beliau mengirim utusan seorang wanita untuk membawa surat ke Mekkah kepada sanak familinya perihal penaklukan itu. Namun Rasulullah mengetahui rencana Hatib ini, Beliau mengutus Ali, Az Zubeir, dan Miqdad untuk mengejar utusan tersebut, dan akhirnya terkejar. Para sahabat pun marah kepada Hatib bin Abi Baltha’ah, bahkan Umar mengatakan: “Ya Rasulullah, Da’ni adhribu ‘unuqa haadzal munaafiq – Ya Rasulullah, biarkan saya memenggal leher si munafiq ini.” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ُﻪَّﻧِﺇ ْﺪَﻗ ﺍًﺭْﺪَﺑ َﺪِﻬَﺷ ﺎَﻣَﻭ َﻚﻳِﺭْﺪُﻳ َّﻞَﻌَﻟ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﻥَﺃ َﻥﻮُﻜَﻳ ْﺪَﻗ َﻊَﻠَّﻃﺍ ﻰَﻠَﻋ ِﻞْﻫَﺃ ٍﺭْﺪَﺑ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺍﻮُﻠَﻤْﻋﺍ ﺎَﻣ ْﻢُﺘْﺌِﺷ ْﺪَﻘَﻓ ُﺕْﺮَﻔَﻏ Dia telah ikut perang Badar, apakah engkau tidak tahu bahwa barang kali Allah Ta’ala telah memandang Ahli Badar, lalu Dia berkata: lakukan apa yang kalian mau, kalian telah Aku ampuni. (HR. Bukhari No. 3007 dan Muslim No. 2494) Demikian mulia kedudukan Ahli Badar, dan Tsa’labah bin Haathib juga termasuk Ahli Badar. Selain itu, kisah dalam riwayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menolak amal shalih dan maaf hambaNya. Ini juga bertentangan dengan sifat Allah Ta’ala sebagai Al Ghafur (Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Maha Penyayang). Kemudian riwayat ini juga mengandung makna bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memaafkan Tsa’labah sampai dirinya wafat. Ini jelas bertentangan dengan akhlak Beliau yang asyidda’u ‘alal kuffar wa ruhama’u bainahum – keras terhadap orang kafir dan berkasih sayang terhadap mereka (orang-orang mukmin/para sahabatnya). Maka, hendaknya kita –khususnya para penceramah- hati-hati menyebarkan kisah ini, sebab akan membawa dampak pembunuhan karakter terhadap sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan itu pun menjadi dusta atas nama sahabat nabi dan merupakan celaan terhadap mereka. Dan, mencela sahabat nabi tidaklah sama dengan mencela manusia kebanyakan. Wal ‘Iyadzu billah. Wallahu A’lam

Kisah anak Durhaka Alqomah, benarkah?

Kisah ini sering kita dengar disampaikan oleh guru-guru agama di surau dan di sekolah, untuk mendidik anak-anak agar mereka tidak berdurhaka kepada kedua orang tua. Demikian ini bunyi haditsnya: ﻦﻋﻭ ﺪﺒﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﺑ ﻲﺑﺃ ﻰﻓﻭﺃ ، ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻨﻋ ، ﻝﺎﻗ : ﺎﻨﻛ ﺪﻨﻋ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ ﻩﺎﺗﺄﻓ ﺕﺁ ، ﻝﺎﻘﻓ : ﺏﺎﺷ ﺩﻮﺠﻳ ﻪﺴﻔﻨﺑ ، ﻞﻴﻗ ﻪﻟ : ﻞﻗ : ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ .ﻪّﻠﻟﺍ ﻢﻠﻓ .ﻊﻄﺘﺴﻳ ﻝﺎﻘﻓ : ﻥﺎﻛ ﻲﻠﺼﻳ ؟ ﻝﺎﻗ : .ﻢﻌﻧ ﺾﻬﻨﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ ﺎﻨﻀﻬﻧﻭ ﻞﺧﺪﻓ ﻪﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﺏﺎﺸﻟﺍ ، ﻝﺎﻘﻓ ﻪﻟ : ﻞﻗ : ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪّﻠﻟﺍ , ﻝﺎﻘﻓ : ﻻ ﻊﻴﻄﺘﺳﺃ ، ﻝﺎﻗ : ﻢﻟ ؟ ﻝﺎﻗ : ﻥﺎﻛ ﻖﻌﻳ .ﻪﺗﺪﻟﺍﻭ ﻝﺎﻘﻓ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ : ﺔﻴﺣﺃ ﻪﺗﺪﻟﺍﻭ ؟ ﺍﻮﻟﺎﻗ : ﻢﻌﻧ ، ﻝﺎﻗ : ﺎﻫﻮﻋﺩﺍ , ﺕﺀﺎﺠﻓ ، ﻝﺎﻘﻓ : ﺍﺬﻫ ﻚﻨﺑﺍ ؟ ﻝﺎﻘﻓ : ﻢﻌﻧ , ﻝﺎﻘﻓ ﺎﻬﻟ : ﺖﻳﺃﺭﺃ ﻮﻟ ﺭﺎﻧ ﺖﺠﺟﺃ ﺔﻤﺨﺿ ، ﻞﻴﻘﻓ ﻚﻟ : ﻥﺇ ﺖﻌﻔﺷ ﻪﻟ ﺎﻨﻴﻠﺧ ﻪﻨﻋ ﻻﺇﻭ ﻩﺎﻨﻗﺮﺣ ﻩﺬﻬﺑ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﺖﻨﻛﺃ ﻦﻴﻌﻔﺸﺗ ﻪﻟ ؟ ﻝﺎﻗ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ ، ﺍًﺫﺇ ﻊﻔﺷﺃ ، ﻝﺎﻗ : ﻱﺪﻬﺷﺄﻓ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﻨﻳﺪﻬﺷﺃﻭ ﻚﻧﺃ ﺪﻗ ﺖﻴﺿﺭ ﻪﻨﻋ ، ﻝﺎﻗ : ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻲﻧﺇ ﻙﺪﻬﺷﺃ ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻚﻟﻮﺳﺭ ﻲﻧﺃ ﺪﻗ ﺖﻴﺿﺭ ﻦﻋ ﻲﻨﺑﺍ , ﻝﺎﻘﻓ ﻪﻟ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ : ﺎﻳ ﻡﻼﻏ ، ﻞﻗ : ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻩﺪﺣﻭ ﻻ ﻚﻳﺮﺷ ﻪﻟ ، ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻥﺃ ﺍًﺪﻤﺤﻣ ﻩﺪﺒﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ , ﺎﻬﻟﺎﻘﻓ ، ﻝﺎﻘﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻢَّﻠَﺳﻭ ﻪﻴَﻠَﻋ : ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻪّﻠﻟ ﺎﻤﻳﺬﻟﺍ ﻩﺬﻘﻧﺃ ﻲﺑ ﻦﻣ ﺭﺎﻨﻟﺍ . Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata: Kami pernah berada bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu datanglah seseorang, ia berkata, "Ada seorang pemuda yang nafasnya hampir putus, lalu dikatakan kepadanya, ucapkanlah Laa ilaaha illallah,akan tetapi ia tidak sanggup mengucapkannya." Beliau bertanya kepada orang itu," Apakah anak muda itu masih menjalankan shalat?" Jawab orang itu,"Ya." Lalu Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bangkit berdiri dan kami pun berdiri besama beliau, kemudian beliau masuk menemui anak muda itu, beliau bersabda kepadanya,"Ucapkan Laa ilaaha illallah." Anak muda itu menjawab, "Saya tidak sanggup." Beliau bertanya, "Kenapa?" Dijawab oleh orang lain, "Dia telah durhaka kepada ibunya." Lalu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, "Apakah ibunya masih hidup?" Mereka menjawab, "Ya". Beliau bersabda, "Panggillah ibunya kemari," Lalu datanglah ibunya, maka belaiu bersabda, "Ini anakmu?" Jawabnya, "Ya." Beliau bersabda lagi kepadanya, "Bagaimana pandanganmu kalau sekiranya dibuat api unggun yang besar lalu dikatakan kepadamu: Jika engkau memberikan syafa'atmu (yaitu memaafkannya, pen) kepadanya niscaya akan kami lepaskan dia, dan jika tidak pasti kami akan membakarnya dengan api, apakah engkau mau memberikan syafa'at kepadanya?" Perempuan itu menjawab, "Kalau begitu, aku akan memberikan syafa'at kepadanya." Beliau bersabda," Maka Jadikanlah Allah sebagai saksinya dan jadikanlah aku sebagai saksinya sesungguhnya engkau telah meridhai anakmu." Perempuan itu berkata, "Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai saksi dan aku menjadikan RasulMu sebagai saksi sesungguhnya aku telah meridhai anakku". Kemudia Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada anak muda itu, "Wahai anak muda ucapkanlah Laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna muhammada 'abduhu wa rasuluhu." Lalu anak muda itupun dapat mengucapkannya. Maka bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka, lantaran diriku.” Imam Al Bushiri Rahimahullah mengomentari hadits ini: ﻩﺍﻭﺭ ﺪﻤﺣﺃ ﻦﺑ ﻊﻴﻨﻣ ، ﻲﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍﻭ ﻆﻔﻠﻟﺍﻭ ﻪﻟ ، ﺪﺒﻋﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﺑ ﺪﻤﺣﺃ ﻦﺑ ﻞﺒﻨﺣ ، ﻝﺎﻗﻭ : ﻢﻟ ﺙﺪﺤﻳ ﻲﺑﺃ ﺍﺬﻬﺑ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ، ﺏﺮﺿ ﻪﻴﻠﻋ ﻦﻣ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﻪﻧﻷ ﻢﻟ ﺽﺮﻳ ﺚﻳﺪﺣ ﺪﺋﺎﻓ ﻦﺑ ﺪﺒﻋ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ، ﻥﺎﻛﻭ ﻩﺪﻨﻋ ﻙﻭﺮﺘﻣ .ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ُﺖﻠﻗ : ﻪﻔﻌﺿﻭ ﻦﺑﺍ ﻦﻴﻌﻣ ﻮﺑﺃﻭ ﻢﺗﺎﺣ ، ﻮﺑﺃﻭ ﺔﻋﺭﺯ ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍﻭ ، ﻮﺑﺃﻭ ﺩﻭﺍﺩ ﻲﺋﺎﺴﻨﻟﺍﻭ ، ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍﻭ ﻢﻫﺮﻴﻏﻭ ، ﻝﺎﻗﻭ ﻢﻛﺎﺤﻟﺍ : ﻯﻭﺭ ﻦﻋ ﻦﺑﺍ ﻲﺑﺃ ﻰﻓﻭﺃ ﺚﻳﺩﺎﺣﺃ ﺔﻋﻮﺿﻮﻣ . Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, Ath Thabarani –dan ini adalah lafaz miliknya-, dan Abdullah bin Ahmad bin Hambal, dia berkata: “Ayahku (Imam Ahmad) belum pernah membicarakan hadits ini, Beliau menghilangkannya dari kitabnya, karena beliau tidak ridha dengan hadits Faaid bin Abdurrahman. Menurutnya (Imam Ahmad), Faaid adalah matrukul hadits – haditsnya ditinggalkan. Aku (Al Bushiri) berkata: “Dia didhaifkan oleh Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Al Bukhari, Abu Daud, An Nasa’i, At Tirmidzi, dan selain mereka. Al Hakim berkata: diriwayatkan dari Ibnu Abi ‘Aufa hadits-hadits palsu.” (Imam Al Bushiri, Az Zawaid, No. 5039) Imam Al Haitsami juga mengatakan demikian: ﻩﺍﻭﺭ ﻲﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ ﺪﻤﺣﺃﻭ ﺭﺎﺼﺘﺧﺄﺑ ﺮﻴﺜﻛ ﻪﻴﻓﻭ ﺪﺋﺎﻓ ﻮﺑﺃ ﺀﺎﻗﺭﻮﻟﺍ ﻮﻫﻭ ﻙﻭﺮﺘﻣ Diriwayatkan oleh Ath Thabarani dan Ahmad dengan banyak diringkas, dan di dalam sanadnya terdapat Faaid bin Abdurrahman Abu Al Waraqa’, dan dia adalah matruk. (Majma’ Az Zawaid, 8/148) Syaikh Al Albani mengatakan tentang hadits ini: dhaif jiddan. (Dhaif Targhib wat Tarhib, No. 1487) Imam Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa hadits ini tidak sah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam sanadnya terdapat Faaid. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan: matrukul hadits. Yahya mengatakan: “Bukan apa-apa.” Ibnu Hibban mengatakan: “tidak boleh berhujjah dengannya.” Al ‘Uqaili mengatakan: “Tidak ada yang menjadi mutaba’ah (penguat) hadits ini, kecuali dari orang yang seperti dia juga.” Dalam sanadnya juga terdapat Daud bin Ibrahim. Imam Abu Hatim mengatakan: Dia berdusta. (Lihat Al Maudhu’at, 3/87) Maka jelaslah bahwa hadits ini tidak sah disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagaimana yang diterangkan para imam muhadditsin. Catatan: Al Qamah adalah sahabat Nabi, dan belum pernah ada riwayat shahih yang menunjukkan bahwa sahabat nabi durhaka kepada orang tuanya, apalagi terhadap ibu mereka. Hadits ini pun juga menjadi pembunuhan karakter terhadap kepribadian sahabat nabi. Selain itu, masih banyak cara untuk mendidik manusia untuk berbakti kepada orang tua mereka, yaitu dengan ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits yang shahih. Maka, cukupkanlah diri kita dengan keduanya, bukan kisah-kisah yang tidak jelas kebenarannya. Sekian. Wallahu A’lam Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi ajmain Farid Numan Hasan

Menghadapi Para Pendengki

Menghadapi Para Pendengki Oleh: Farid Nu’man Hasan Menyeru manusia kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, ibarat perdagangan. Seorang yang berdagang pasti memiliki pesaing. Ada pesaing yang sehat dan ada pula yang hasud (dengki). Si pendengki akan melakukan upaya apa saja untuk menggembosi pedagang lain yang lebih laku. Ia katakan kepada manusia: hati-hati dengan pedagang itu, barang dagangannya syubhat, tidak berkualitas, tidak orisinil, dan lain-lain, dengan tujuan pelanggan beralih kepadanya. Begitu pula segala macam bentuk fitnah, tuhmah (tuduhan), tha’nah (tikaman), yang dialami jamaah da’wah dan tokoh-tokohnya. Sayangnya semua itu bukan hanya datang dari kaum sekuler yang anti agama, tetapi juga sesama pejuang Islam yang memiliki bendera dan seruan yang sama. Lalu bagaimana para da’i menyikapinya? Berikut akan kami kutip nasihat Syaikh Dr. ’Aidh Abdullah Al Qarny hafizhahullah dari buku Silakan Terpesona, hal. 187. Cet.3, Penerbit Sahara Publishers. Jakarta, Juni 2005. Beliau menulis: Bagaimanapun Anda berbuat baik kepada orang yang hasud, misalnya membawakan makanan dan minuman kepadanya, memakaikan pakaiannya, membawakan air wudhunya, menyikatkan permadaninya, membersihkan rumahnya, dan lain-lain, Anda akan tetap dianggapnya sebagai musuh. Mengapa demikian? Sebab, hal-hal yang menjadi pemicu permusuhan dengannya itu masih melekat pada diri Anda, yaitu keutamaan, ilmu pengetahuan, tata krama, harta, atau jabatan Anda. Bagaimana pun Anda tidak akan dapat berdamai dengannya selama Anda belum menanggalkan karunia- karunia tersebut dari diri Anda. Orang yang iri hati akan selalu menunggu-nunggu saat Anda terpeleset, menanti-nanti kapan Anda terjatuh, dan berangan-angan suatu saat Anda tergelincir. Hari terbaik baginya adalah hari Anda jatuh sakit, malam terindah baginya adalah malam Anda jatuh miskin, dan saat-saat paling membahagiakan baginya adalah hari Anda tertimpa bencana, dan waktu yang paling disukainya adalah hari Dia melihat Anda gelisah, resah, sedih, dan rapuh. Momen yang paling menyiksanya adalah ketika ia melihat Anda menjadi kaya raya. Berita paling menyedihkannya adalah ketika Anda meraih keberuntungan dan menjadi orang terhormat. Dan bencana paling besar baginya adalah ketika Anda mendapat promosi. Tawa Anda adalah tangisnya, pesta Anda adalah upacara kematiannya, dan keberhasilan Anda adalah kegagalannya. Dia akan melupakan segala-galanya tentang diri Anda, kecuali kesalahan-kesalahan Anda. Dia tidak memandang apa pun kepada diri Anda, kecuali pada kekurangan-kekurangan Anda. Kesalahan Anda yang kecil, baginya lebih besar daripada gunung Uhud. Dosa Anda yang sepele, menurutnya lebih berat daripada gunung Tsahlan. Meskipun Anda lebih fasih daripada Sahban, baginya Anda lebih gagap daripada Baqil. Meskipun Anda lebih dermawan daripada Hatim, baginya Anda lebih kikir darpada Madir. Meskipun Anda lebih cerdas daripada Asy Syafi’i, dia memandang Anda lebih bodoh dari pada Habnaqah. Orang yang memuji Anda di hadapannya dianggapnya pendusta. Orang yang menyanjung Anda di dekatnya dianggapnya orang munafik. Orang yang memuji Anda di majelisnya dianggapnya orang rendah yang tak tahu etika. Sebaliknya, dia mempercayai orang yang mencela Anda, menyukai orang yang membenci Anda, mendekati orang yang memusuhi Anda, menolong orang yang tidak menyukai dan tidak akrab dengan Anda. Warna putih menurut pandangan mata Anda, terlihat hitam baginya. Siang dalam penglihatan Anda, malam dalam pandangannya. Maka dari itu, janganlah Anda menjadikannya sebagai hakim dalam perkara Anda dengan orang lain, karena dia telah memvonis Anda bersalah sebelum mendengar tuntutan dan melihat bukti-bukti. Janganlah Anda membocorkan rahasia kepadanya, karena dia sangat bersemangat menyebarkan dan menyiarkannya. Ia menyimpan kekeliruan Anda sampai hari ia membutuhkannya dan mencatat kesalahan Anda sampai hari ia memerlukannya. Cara menghadapinya hanyalah menghindari dan meninggalkannya, menghilang dari pandangannya, menjauhi rumahnya, dan menyingkir dari tempatnya. Sebab, dia sebenarnya adalah sang penindas yang berpenampilan orang yang tertindas. Tak usah Anda membalasnya, sudah cukup baginya kepahitan di kerongkongannya, duka nestapa yang dialaminya, kesedihan yang merundungnya, dan kecelakaan yang dirasakannya. Andalah yang membuatnya sakit dan menderita; andalah yang membuatnya tidak bisa tidur dan gundah gulana; andalah yang mendatangkan kegelisahan, kesedihan, kelelahan, dan keletihan padanya. Aku berhasil, maka sujudlah orang yang dulu mencela diriku Dia tidak kucela, itulah pemaafan dan penghinaanku baginya Itu juga yang kualami di antara keluarga dan orang sebangsaku Sebab, barang yang berharga memang aneh di mana saja berada Orang yang iri pada kebaikanku, berdusta di belakangku Berghibah sembunyi-sembunyi, memuji-muji di depan mata Demikian nasihat dari Syaikh Dr. ’Aidh al Qarny hafizhahullah Sungguh, kedengkian adalah penyakit mematikan bagi pengidapnya. Hatinya sempit, jiwanya bergoncang, pikiran pun buram, karena semua telah diliputi rasa khawatir terhadap kemuliaan dan kemajuan orang lain, lalu sedih terhadap kebahagian orang lain, dan marah terhadap pujian yang diterima mereka. Ia menolak dan membantah ketika ada ulama atau tokoh yang memberi kesaksian positif terhadap aktivis da’wah lain. Ia cari-cari alasan agar kesaksian itu menjadi mentah dan tidak berharga. Sungguh betapa lelah dan payahnya orang seperti itu. Orang-orang yang disebutnya ahli bid’ah, ternyata disebut Ahlus Sunnah oleh para ulama, tokoh yang disebutnya sebagai teroris dan khawarij, ternyata disebut mujahid yang syahid oleh para ulama. Akhirnya, ia hidup hingga matinya diliputi kebencian, angkara murka, dan tanpa kasih sayang sesama muslim, kecuali yang dirahmati oleh Allah ’Azza wa Jalla untuk berubah. Di mana saja berada, orang-orang seperti ini menjadi kerikil dalam sepatu bagi saudaranya sesama muslim. Kecil tetapi mengganggu, atau seperti kutil, kecil tetapi merusak pemandangan. Kritik yang dilakukan bukan didasari cinta dan ilmu, tetapi amarah, dendam, dan pelampiasan hawa nafsu. Semua akan dilakukan, semua menjadi sarana, semua yang menjadi musuh pada masa lalu menjadi kawan masa kini, .... karena satu tujuan, satu target dan sasaran, kehancuran da’wah dan tokoh-tokohnya. Dengki tidaklah memandang usia dan tempat, ia bisa diidap siapa saja dan hidup di mana saja. Orang yang menjadi korban juga tidak memandang usia dan posisi, siapa saja pernah menjadi sasaran kedengkian. Baik itu jamaah, ulama, da’i, politisi, tokoh negara, guru, pedagang, dan sebagainya. Maka carilah ridha Allah ’Azza wa Jalla dalam berda’wah, jangan hiraukan ucapan yang melemahkan, tuduhan yang menggoncangkan, dan fitnah yang membingungkan, karena ketika Anda menjadikan Allah ’Azza wa Jalla sebagai satu- satunya tujuan dan tempat bersandar, maka musuh-musuhmu akan tidak bisa berbuat apa- apa kecuali celaka bagi dirinya sendiri. Wallahu A’lam wa Lillahil ’Izzah (Farid Nu’man, April 2007, dengan beberapa editan. Pernah dimuat majalah Tatsqif 2007)

Senin, 17 Juni 2013

Pengaruh orangtua terhadap perkwmbangan anak

diekspresikan sehingga menciptakan suasana emosional . Santrock dalam bukunya Educational Psychology (2011) menyinggung 4 macam parenting styles, yaitu authoritative, authoritarian, neglectful , dan indulgent . 1 . Authoritative Parenting Orang tua yang authoritative berperilku hangat namun tegas . Mereka mendorong anaknya menjadi mandiri dan memiliki kebebasan namun tetap meberi batas dan kontrol pada anaknya. Mereka memiliki standard namun juga memberi harapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak . Mereka menunjukkan kasih sayang , sabar mendengarkan anaknya, mendukung keterlibatan anak dalam membuat keputusan keluarga , dan menanamkan kebiasaan saling menghargai hak - hak orang tua dan anak . Hal ini mampu memberi kesempatan kedua pihak ( orang tua dan anak ) untuk dapat saling memahami satu sama lain dan menghasilkan keputusan yang dapat diterima kedua pihak. Kualitas pengasuhan ini diyakini dapat lebih memicu keberanian, motivasi , dan kemandirian . Pola asuh ini juga dapat mendorong tumbuhnya kemampuan sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab sosial. Mereka juga tumbuh dengan baik , bahagia, penuh semangat , dan memiliki kemampuan pengendalian diri sehingga mereka memiliki kematangan sosial dan moral , lincah bersosial , adaptif, kreatif , tekun belajar di sekolah , serta mencapai prestasi belajar yang tinggi . Pada intinya , orang tua yang menggunakan pola authoritative dapat meningkatkan perasaan positif anak , memiliki kapabilitas untuk bertanggung jawab, dan mandiri . 2 . Authoritarian Parenting Orang tua authoritarian menuntut kepatuhan dan konformitas yang tinggi dari anak -anak . Mereka lebih banyak menggunakan hukuman, batasan, kediktatoran , dan kaku. Mereka memiliki standard yang dibuat sendiri baik dalam aturan , keputusan, dan tuntutan yang harus ditaati anaknya. Bila dibandingkan dengan pola asuh lainnya , orang tua authoritarian cenderung kurang hangat , tidak ramah, kurang menerima , dan kurang mendukung kemauan anak , bahkan lebih suka melarang anaknya mendapat otonomi ataupun terlibat dalam pembuatan keputusan. Pengasuhan dengan pola ini berpotensi memunculkan pemberontakan pada saat remaja , ketergantungan anak apada orang tua , merasa cemas dalam pembandingan sosial, gagal dalam aktivitas kreatif , dan tidak efektif dalam interaksi sosial. Ia juga cenderung kehilangan kemampuan bereksplorasi , mengucilkan diri , frustasi , tidak berani menghadapi tantangan , kurang berkeinginan mengetahi secara intelektual, kurang percaya diri, serta tidak bahagia. 3 . Neglect Parenting Pola pengasuhan ini disebut juga indifferent parenting. Dalam pola pengasuhan ini, orang tua hanya menunjukkan sedikit komitmen dalam mengasuh anak , mereka hanya memiliki sedikit waktu dan perhatian untuk anaknya. Akibatnya , mereka menanggulangi tuntutan anak dengan memberikan apapun yang barang yang diinginkan selama dapat diperoleh. Padahal hal tersebut tidak baik untuk jangka panjang anaknya, misalnya terkait peran dalam pekerjaan rumah dan perilaku sosial yang dapat diterima secara umum . Orang tua pola ini cenderung tidak tahu banyak tentang aktivitas anaknya . Mereka jarang berbicang- bincang dan hampir tidak mempedulikan pendapat anaknya dalam membuat keputusan. Orang tua neglect atau indifferent bisa saja menganiaya anaknya , menerlantarkan anaknya, dan mengabaikan kebutuhan maupun kesulitan anaknya. Minimnya kehangatan dan pengawasan orang tua membuatnya terpisah secara emosional dengan anaknya sehingga membuat anak minimal dalam segala aspek , baik kognisi , bermain , kemampuan emosional dan sosial termasuk kedekatan / kelekatan pada orang lain. Jika terus menerus terjadi , akan membuat anak berkemampuan rendah dalam menolerir frustasi , pengendalian emosi, perilaku, dan prestasi sekolahnya pun amat buruk . Ia sering kurang matang , kurang bertanggung jawab, lebih mudah dihasut dan dibujuk teman sebayanya, serta kurang mampu menimbang posisinya. 4 . Indulgent Parenting Orang tua indulgent atu permissive berperilaku highly involved pada anaknya . Mereka cenderung menerima , lunak, dan lebih pasif dalam kedisiplinan . Mereka mengumbar cinta kasih tetapi menempatkan sangat sedikit tuntutan terhadap perilaku anak dan memberi kebebasan tinggi pada anak untuk bertindak sesuai keinginannya . Terkadang orang tuanya mengizinkan ia mengambil keputusn meski belum mampu melakukannya . Orang tua semacam ini cenderung memanjakan anak , ia membiarkan anaknya mengganggu orang lain, melindungi anak secara berlebihan , membiarkan kesalahan diperbuat anaknya , menjauhkan anak dari paksaan , keharusan, hukuman, dan enggan meluruskan penyimpangan perilaku anak . Baumrind ( dalam Barus , 2003) menemukan bahwa anak yang menerima pola pengasuhan ini sangat tidak matang dalam berbagai aspek psikososial. Mereka impulsive , tidak patuh, menentang jika diminta sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sesaatnya , kurang tenggang rasa , dan kurang toleran dalam bersosialisasi. Pemanjaan terhadap anak dapat menyuburkan keinginan ketergantungan dan melemahkan dorongan untuk berprestasi . Thornburg (dalam Barus , 2003) mengemukakan dua alasan mengapa anak yang diasuh dengan pola seperti ini tidak dapat ditingkatkan perilaku tanggung jawabnya . Yaitu , (1 ) parents who are permissive give little guidance or direction to their adolescents and (2 ) adolescents do not tend to model the behavior of a parent in the permissive home . Berdasarkan penjelasan di atas , dapat dipahami bahwa pola asuh orang tua begitu berpengaruh terhadap kondisi perkembangan anak termasuk dalam prestasinya. Bila anak berada dalam pengasuhan yang kondusif , maka anak akan terbantu dalam proses kematangan perkembangan kognitif , afeksi , dan konasinya . Anak yang dibesarkan dari keluarga authoritative lebih mapan secara psikososial dan lebih berprestasi dibandingkan anak -anak yang dibesarkan dari keluarga authoritarian, neglect , dan indulgent .

Panduan amal dibulan sya ban

Kita tengah berada di bulan Sya ’ ban setelah melepaskan bulan Rajab yang penuh dengan kenangan - kenangan heroisme sejarah kaum Muslimin . Bulan Sya ’ ban termasuk bulan- bulan tahun Hijriyah. Secara bahasa bisa berarti menyebar dan berpencar . Konon , dinamakan bulan itu karena orang -orang Arab kuno di bulan ini berpencaran untuk mencari air . Atau mereka berpencar dalam serangan kepada musuh. Ada pula yang mengatakan sya ’ aba berarti muncul, sebab ia muncul diantara bulan Rajab dan Ramadhan . Dengan kasih sayang - Nya Allah memberi kesempatakan kepada kita untuk beramal di bulan ini, sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan yang sarat dengan kebaikan yang memicu seorang muslim untuk mengerahkan segenap potensinya demi kesuksesan mendapatkan kasih sayang , ampunan, dan dijauhkan dari jilatan api neraka . Maka , bulan Ramdhan layak untuk ditunggu kehadirannya bahkan layak untuk disambut dengan gegap gempita, dengan kesiapan mental dan spiritual. Sya ’ ban adalah bulan pemanasan dan bulan penyiapan. Dan hanya orang yang memiliki kesiapan yang akan sukses meraih kebaikan bulan Ramadhan . Rasul dan para Salafus -Shalih pun menjadikannya sebagai landasan pacu untuk terbangkan diri ke angkasa ampunan dan keberkahan bulan yang padanya terdapat satu malam senilai seribu bulan kebaikan . Kendatipun terdapat fakta lain tentang bulan ini seperti yang diungkapkan oleh Nabi yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya, bahwa ia adalah bulan yang terlupakan , karena diapit oleh dua bulan ‘ besar ’ . Yakni bulan Haram (Ashurul Hurum ), Rajab dan bulan Ramadhan . Usamah bin Zaid menuturkan kisahnya bersama Rasulullah, ُﺖْﻠُﻗ ﺎَﻳ َﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ ْﻢَﻟ ِﻙَﺭَﺃ ُﻡْﻮُﺼَﺗ ْﻦِﻣ ٍﺮْﻬَﺷ َﻦِﻣ ِﺭْﻮُﻬُّﺸﻟﺍ ﺎَﻣ ُﻡْﻮُﺼَﺗ ْﻦِﻣ َﻥﺎَﺒْﻌَﺷ ، َﻝﺎَﻘَﻓ : “َﻙﺍَﺫ ٌﺮْﻬَﺷ َﻞَّﻔَﻐَﺗ ﺱُﺎَّﻨﻟﺍ ِﻪْﻴِﻓ ُﻪْﻨَﻋ ، َﻦْﻴَﺑ ٍﺐَﺟَﺭ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭَﻭ ، َﻮُﻫَﻭ ُﺮْﻬَﺷ ُﻊَﻓْﺮُﺗ ِﻪْﻴِﻓ ُﻝﺎَﻤْﻋَﻷﺍ ﻰَﻟِﺇ ِّﺏَﺭ َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟﺍ ، ُّﺐِﺣُﺃَﻭ ْﻥَﺃ َﻊَﻓْﺮُﻳ ﻲِﻠَﻤَﻋ ﺎَﻧَﺃَﻭ ٌﻢِﺋﺎَﺻ “ Aku bertanya , ‘ Ya Rasulullah , aku tidak melihatmu berpuasa diantara bulan- bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya ’ ban . ’ Beliau menjawab , ‘ Dia adalah bulan dimana manusia melupakannya , ( karena berada ) diantara Rajab dan Ramadhan . Dan dia adalah bulan dimana segala amal diangkat kepada Tuhan semesta alam. Aku ingin agar amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa. ” ( Nasa ’ i dan Abu Dawud ) Berikut ini merupakan contoh aktifitas ibadah dan amal yang bisa dijadikan sarana persiapan muslim menyiapkan dirinya memasuki bulan suci Ramadhan . Dan dengan kebersihan niat mengharap ridha Allah seseorang mendapatkan taufiq Allah hingga memiliki kesiapan maksimal: 1. Puasa Nabi Muhammad saw . sendiri menjadikan ibadah puasa ini sebagai pembeda antara bulan Sya ’ ban dengan bulan -bulan lain selain Ramadhan dengan seringnya beliau berpuasa. Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah , Ummul Mukminin , ra. bahwa ia menuturkan , َﻥﺎَﻛ ُﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ ُﻡْﻮُﺼَﻳ ﻰَّﺘَﺣ َﻝْﻮُﻘَﻧ َﻻ ُﺮِﻄْﻔُﻳ ُﺮِﻄْﻔُﻳَﻭ ﻰَّﺘَﺣ َﻝْﻮُﻘَﻧ َﻻ ُﻡْﻮُﺼَﻳ ﺎَﻣَﻭ ُﺖْﻳَﺃَﺭ َﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ َﻞَﻤْﻜَﺘْﺳﺍ َﻡﺎَﻴِﺻ ٍﺮْﻬَﺷ َّﻻِﺇ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎَﻣَﻭ ُﻪُﺘْﻳَﺃَﺭ َﺮَﺜْﻛَﺃ ﺎﻣﺎَﻴِﺻ ُﻪْﻨِﻣ ﻲِﻓ َﻥﺎَﺒْﻌَﺷ “ “ Adalah Rasulullah saw . saat berpuasa sampai kami mengira beliau tidak akan berbuka dan saat beliau berbuka kami mengatakan beliau tidak akan berpuasa . Aku tidak pernah melihat Rasulullah menuntaskan puasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya ’ ban . ” ( Bukhari Muslim ) Para ulama , diantara mereka Abdullah bin Mubarak seapakat bahwa beliau memang tidak puasa penuh di bulan Sya ’ ban , namun paling sering berpuasa di bulan ini. Riwayat lain dari Aisyah menguatkan hal ini. ﺎَﻣ ُﻪُﺘْﻳَﺃَﺭ َﻡﺎَﺻ ﺍًﺮْﻬَﺷ ًﻼِﻣﺎَﻛ ُﺬْﻨُﻣ َﻡِﺪَﻗ َﺔَﻨْﻳِﺪَﻤْﻟﺍ َّﻻِﺇ ْﻥَﺃ َﻥْﻮُﻜَﻳ َﻥَﺎﻀَﻣَﺭ “ Aku tidak pernah melihat beliau - sejak pertama kali datang ke Madinah - berpuasa sebulan penuh selain Ramadhan . ” (Bukhari dan Muslim ) ibnu Rajab berkata , “ Puasa di bulan Sya ’ ban lebih biak daripada puasa di bulan -bulan yang diharamkan ( Asyhurul - hurum ) dan sebaik -baik perbuatan sunnah adalah yang dekat dengan Ramadhan , sebelum atau sesudahnya . ” Ini bisa kita terjemahkan dengan melakukan puasa - puasa sunnah semisal puasa Senin dan Kamis , puasa Ayyamul-bidh (tanggal 13 , 14, dan 15 kalender Hijriyah) dan puasa Dawud , yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka. Atau bahkan puasa wajib seperti puasa nazar dan puasa qadha. Apabila sudah sampai menjelang akhir bulan. Rasulullah melarang berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan . Itu yang dikenal dengan Yaumus Syakk ( hari yang meragukan ) 1. Evaluasi , Qadha Puasa, dan bekal Ilmu Yakni seorang mengevaluasi perjalannya pada bulan- bulan sebelumnnya dan di bulan ini, seperti yang diberitakan Rasulullah sebagai bulan dimana amal perbuatan diangkat lalu beliau ingin mempersembahkan amal terbaik saat itu . Para Salafus -Shalih pun melakukan hal sama di saat seperti ini, mereka mengevaluasi amal mereka. Sebagaimana yang dilakukan Ibrahim An- Nakha’ i , ia menangisi istrinya di hari Kamis dan sebaliknya , istrinya pun menangisinya . Dia berkata , “ Hari ini amal perbuatan kita diangkat. ” Demikian pula Adh - Dhahhak, ia menangis di sore hari seraya berkata , “ Aku tidak tahu amal perbuatanku yang mana yang diangkat . ” Bagi yang memiliki tanggungan puasa bulan Ramdhan tahun kemarin, ini saatnya melakukan qadha atas puasa yang ditinggalkan itu . Sebab setelah bulan ini tidak ada lagi kesempatan untuk meng -qadhanya . Ummul Mukminin , Aisyah suka meng - qadha puasa Ramadhan di bulan Sya ’ ban ini. Termasuk yang dievaluasi adalah yang terkait dengan pemahaman seputar Ramadhan , hukum berupuasa atau seputar fiqih Ramadhan . 1. Shalat Berjamaah Terutama bagi kaum laki- laki. Menyiapkan diri dengan shalat berjamaah di awal waktu dan di masjid adalah sebagik- baik amal ketaatan dan taqarrub kepada Allah . Ia juga merupakan sebaik -baik bekal seseorang dalam hidupnya bahkan bukti keimanannya kepada Allah . Ramadhan nanti merupakan momen dimana kaum Muslimin memakmurkan rumah - rumah Allah dengan ibadah . 1. Interaksi dengan Al -Qur’ an Sebagai bulan dimana Al - Qur’ an diturunkan, maka Ramadhan menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas interaksi seorang Muslim dengan Al -Qur’ an . Orang -orang shalih menjadikan bulan Ramadhan sebagai ajang berdekatan dengan Al -Qur ’ an . Dan tentu akan lebih optimal manakala seseorang telah terlebih dahulu menyiapkan dirinya berinteraksi secara baik dengannya; membacanya , menghapalnya , mengamalkannya , dan mengajarkannya. Menyibukkan diri dengan kalamullah akan membimbing seseorang untuk menngendalikan lisannya mengatakan yang haq dan menjauhi perkataan yang tidak terpuji bahkan yang terlarang dalam agama . Jika seseorang bisa berjam - jam berkomunikasi dengan manusia, mengapa tidak bisa meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan Tuhan- nya manusia melalui firman -Nya , yang tidak ada kebohongan dan kebatilan padanya? 1. Qiyamul- Lail dan Shalat Sunnah Meningkatkan frekuensi shalat malam dan shalat- shalat Sunnah lainnya adalah bekal utama memasuki bulan Ramadhan , sebab bulan Ramadhan nanti tidak hanya sebagai bulan shiyam, namun juga bulan qiyam (qiyamul - lail ). Melakukan shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari, yang dengan demikian seseorang telah mempersembahkan seluruh watunya untuk taat kepada Allah . Selain sebagai bekal muslim , Rasul menjanjikan surga bagi yang senantiasa melakukannya, beliau bersabda, ﺎَﻳ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ : ﺍْﻮُﺸْﻓَﺃ َﻡَﻼَّﺴﻟﺍ ، ﺍْﻮُﻤِﻌْﻃَﺃَﻭ َﻡﺎَﻌَّﻄﻟﺍ، ﺍﻮُﻠِﺻَﻭ َﻡﺎَﺣْﺭَﻷﺍ ، ﺍْﻮُّﻠَﺻَﻭ ِﻞْﻴﻠَّﻟﺎِﺑ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍَﻭ ٌﻡﺎَﻴِﻧ، ﺍْﻮُﻠُﺧْﺪَﺗ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ٍﻡَﻼَﺴِﺑ “ Hai sekalian manusia, ucapkanlah salam , beri makan (kepada orang lain ), silatur- rahim, dan qiyamul -laillah kalian dikala orang -orang tidur , niscaya kalian masuk sruga dengan selamat. ” (Ahmad , Tirmidzi , dan Hakim) 1. Infaq dan Shadaqah Tidak diragukan lagi bahwa pada Ramadhan terdapat anjuran untuk melakukan ibadatul -mal (ibadah dengan harta ). Diantaranya anjuran dan motivasi untuk memberi makanan berbuka kepada orang puasa , dimana pahalanya seperti orang yang mengerjakan puasa itu sendiri, kewajiban mengeluarkan shadaqatul- fithri (zakat fitrah ), juga semangat kaum Muslimin untuk mengeluarkan zakat dan infak di bulan Ramadhan . Mengeluarkan harta untuk zakat dan infak sangatlah berat dirasakan jiwa kecuali yang diringankan Allah . Sebab dia merasakan beratnya bekerja mengais rezki . Untuk itu perlu melatih jiwa untuk berinfak agar ia tidak terikat kepada harta dan dunia , lalu terasa ringan olehnya saat mengeluarkan sebagiannya yang nobene bukan miliknya , ia hanya titipan sementara dari Si Empunya yang sejati, Pemiliki semua khazanah langit dan bumi , Allah Arrazzaq . 1. Muamalah Terciptanya suasana yang kondusif untuk beribadah sangat dipengaruhi oleh lingkungan , baik keluarga maupun lingkungan tempat tinggal. Jika seseorang sedang dirundung berbagai persoalan terkait dengan keluarga, masyarakat, teman , dan kolega, sedikit banyak akan mempengaruhi konsentrasi dalam beribadah. Menyiapkan lingkungan keluarga dan masyarakat dengan cara memperbaiki pola hubungan dan komunikasi dengan mereka menjadi sebuah keniscayaan demi menciptakan suasana yang kondusip dan jauh dari hal- hal yang mengganggu knsentrasi serta pikiran dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan . Di lingkungan keluarga , anak - anak bisa dikondisikan agar mendukung aktifitas ibadah keluarga di bulan Ramadhan . Perlu disosialisasikan kepada mereka seputar Ramadhan . Bahkan mereka perlu dilibatkan dalam penyambutannya , misalnya agar mereka membuat kata - kata sambutan atas kedatangan Ramadhan lalu menempelnya di dinding atau pintu rumah . Juga terkait target - target ibadah di bulan Ramadhan nanti. Tidak ada salahnya manakala orang tua menjanjikan reward bagi siapa yang memenuhi targetnya . Pola hubungan suami -istri juga perlu diperbaiki agar keduanya lebih optimal dalam bekerja sama menciptakan suasana ibadah yang kondusif . Terhadap tetangga perlu ditingkatkan hubunguannya agar tercipta suasana saling menghormati dan menjaga hingga tercipta suasana harmoni bahkan bisa bekerja sama dalam kebaikan . Dan terhadap kerabat serta handai tolan bisa dilakukan dengan saling mengunjungi dan saling memaafkan , menyelesaikan masalah diantara mereka jika ada . 1. Mengurangi Hal- hal yang Tidak Bermanfaat Tentu tidak sempurna persiapan dan bekal kebaikan tanpa diiringi dengan upaya meninggalkan perbuatan yang tidak berguna , baik untuk dunia maupun akhirat , apatah lagi perbuatan yang diharamkan oleh Islam . Sebab keshalihan itu adalah melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan . Bebagai kebiasaan negatif dan tidak produktif hendaknya mulai dikurangi bahkan dijauhi di bulan ini. Sebab jika tidak, sia -sia di bulan Ramadhan nanti saat orang melakukan kebikan namun keburukan tidak ditinggalkan . Ia membaca Al - Qur’ an dan berzikir, namun ia juga menggunjing dan membicarakan keburukan orang . Termasuk kebiasaan yang mesti dikurangi adalah nonton TV yang tidak bermanfaat , apatah lagi dengan acara yang penuh maksiat, membuka aurat, atau membuka aib orang , berselancar di dunia maya yang sudah menjadi kebiasaan yang menyibukkan orang -orang modern , hingga menghabiskan waktu berjam -jam untuk berada di depan TV, komputer , dan sarana komunikasi lain untuk hal-hal yang kurang manfaatnya . Segala kegiatan yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadah bulan Ramadhan bisa dilakukan di bulan ini, seperti membeli pakaian untuk keperluan lebaran, memperbaiki dan merapikan rumah , menyiapkan segala keperluan Ramadhan , serta berbagai kegiatan pribadi , keluarga, tugas , jika bisa dilakukan bulan ini, sebaiknya dilakukan. Tentu masih banyak amal perbuatan yang bisa dilakukan seseorang di bulan ini, masing - masing melakukan sesuai dengan kemudahan yang diberikan Allah kepadanya . Jika niat dan tekad telah ditancapkan , Allah akan memudahkan seseorang untuk melakukannya, semoa Allah memberkahi kita di bulan ini dan menyampaikan kita di bulan Ramadhan nanti . Wallahu A’ lam .

Presiden PKS ajak berbaur dg masyarakat

dakwatuna. com – Banda Aceh. Presiden Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) , H . Muhammad Anis Matta, Lc tampil membius ribuan kader PKS dengan orasi politiknya di Anjong Mon Mata, Banda Aceh (16 / 6 / 2013). Kata -katanya yang membakar dan meneduhkan sanggup membuat kader PKS yang tidak kebagaian tempat duduk terus berdiri sampai pidatonya usai . Dalam pidatonya yang berapi - api tersebut , Anis Matta mengupas panjang lebar tentang sejarah Nabi Yusuf As dan Nabi Musa As yang diabadikan dalam Al - quran dan korelasi nya dengan prahara yang dihadapi oleh partai dakwah tersebut . Dikatakan Anis Matta, sejarah Nabi Yusuf As saat para saudaranya berkonspirasi membunuhnya harus menjadi pelajaran berharga bagi para kader PKS . Bahwa Nabi Yusuf tidak dendam kepada para saudaranya yang membuangnya ke sumur meskipun Nabi Yusuf telah menjadi Raja di Mesir , mereka semua dimaafkan atas dasar cinta. “ Yang harus Antum ketahui adalah , bahwa setiap cobaan pasti ada hikmah dibaliknya , sebagai peristiwa Nabi Yusuf As . Apa yang dihadapi PKS saat ini juga mengandung hikmah yang sangat besar di sisi Allah . Saat kita telah berada di istana, kita akan menceritakan kembali kepada mereka yang berkonspirasi menghancurkan kita mengenai peristiwa yang menimpa PKS hari ini dengan penuh cinta” , papar Anis Matta . Dalam pidatonya ini, Anis Matta juga mengutip kata - kata Umar bin Khatab, bahwa liqaaul ikhwan jalaul hazan , berjumpa ikhwah akan menghilangkan kesedihan , terang Anis Matta yang disambut tepukan penuh keharuan ribuan kader PKS . Anis Matta juga memompa semangat kadernya , kegembiraan jangan hilang dari hati kita apapun peristiwa yang terjadi. Karena menurut Anis Matta, kegembiraan dan senyum adalah pertanda energi kita masih menyala . “ Benteng terakhir pertahanan hidup kita adalah saat kita masih tetap bisa tersenyum. Menurut Anis Matta, semua orang punya masalah, kalau akar dari hati kita penuh dengan kegalauan dan kegundahan, maka pertahanan jiwa kita akan lumpuh. Kita bisa mati saat masih hidup” , jelas Anis Matta. Dikatakan Anis Matta, rombongannya dari DPP PKS datang ke Aceh untuk menggembirakan kader . “ Kalau hari ini setiap kali Antum nonton Tv, baca berita , dengar radio yang Antum dengar adalah hujatan-hujatan dan fitnah -fitnah kepada PKS , maka itulah tabiat jalan dakwah ” , kata Anis Matta lagi . Tapi tegas Anis Matta lagi , semua yang Anda lakukan terhadap kami maka itu tidak akan menghilangkan senyum kami , kebahagiaan kami . Menurut Anis Matta, tantangan besar pada faktanya tapi kecil dalam pikiran kita maka tantangan itu akan jadi kecil , begitu juga sebaliknya , kalau tantangan kecil namun besar dalam pikiran kita , maka tantangan itu akan besar. Anis Matta juga mengatakan bahwa PKS didirikan atas dasar iman. Maka , pekerjaan dengan iman akan tumbuh tanpa henti , maka tidak akan ada yang bisa menghentikan kiprah dakwah PKS . Anis Matta juga mengajak para kader PKS untuk tawakkal kepada Allah Swt . menurutnya , PKS akan bisa terus berjalan kalau kita bertawakal kepada Allah Swt . Ajak kader PKS ke warkop Di akhir pidatonya , Anis Matta mengajak para kader PKS agar membaur dengan masyarakat. Bergaul lah dengan mereka maka Antum akan melihat hasilnya yang luar biasa , terang Anis Matta. Anis Matta menganjurkan agar kader PKS rajin - rajin duduk di warung kopi dan pusat- pusat keramaian masyarakat lainnya , karena menurut Anis Matta, hari ini masyarakat mengenal kader - kader PKS sebagai orang - orang yang shalih- shalihah , tapi jarang bergaul dengan masyarakat. “ Nah , ini yang haru Antum benahi ” , desak Anis Matta. Antum harus bergaul dengan masyarakat , tataplah mata mereka agar mereka mengenal Antum sebagai orang - orang yang baik . Dengan cara seperti ini masyarakat akan mengenal partai ini, terangnya. Pada sesi jumpa pers, Anis Matta mengatakan bahwa partainya akan konsisten menolak kenaikan harga BBM dan menyerahkan sepenuhnya urusan menteri dari PKS kepada Presiden SBY. Saat ditanyai seorang wartawan apakah Anis Matta siap dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia, Anis Matta menjawab bahwa fokus nya saat ini adalah membawa PKS berada di posisi 3 besar . (safnegari)

Sabtu, 15 Juni 2013

Pengorbanan

Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan keburukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Jika engkau mencoba menghitung kesalahan dan kelemahannya, niscaya engkau menemui bahwa kesalahan dan kelemahan itu "tertelan" oleh kebaikan dan kekuatannya. Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia. ltulah sebabnya tidak semua orang baik dan kuat menjadi pahlawan yang dikenang dalam ingatan kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut sejarah. Hanya apabila kebaikan dan kekuatan menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan, atau purnama yang merubah malam jadi indah, atau mata air yang menghilangkan dahaga. Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pemah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. la telah melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan. Dalam makna inilah pengorbanan menemukan dirinya sebagai kata kunci kepahlawan seseorang. Disini ia bertemu dengan pertanggungjawaban, keberanian, dan kesabaran. Tiga hal terakhir ini adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan menemukan makna dan fungsi pahlawanannya apabila pengorbanan yang mengisi dan menggerakkannya. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat pertanggunjawaban, keberanian, dan kesabaran. Maka keempat makna dan sifat ini - rasa tanggung jawab keagamaan, semangat pengorbanan, keberanian jiwa, dan kesabaran - adalah rangkaian dasar yang seluruhnya terkandung dalam ayat-ayat jihad. Dorongannya adalah tanggung jawab keagamaan (semacam semangat penyebaran dan pembelaan). Hakikat dan tabiatnya adalah pengorbanan. Perisainya keberanian jiwa. Tapi nafas panjangnya adalah kesabaran. Begitulah kemudian menjadi benar apa yang dikatakan oleh Sayyid Quthb: "Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar." Kaidah itu tidak saja berlaku bagi kehidupan individu, tapi juga merupakan kaidah universal yang berlaku bagi komunitas manusia. Syakib Arselan, pemikir Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju, menjelaskan jawabannya dalam kalimat yang sederhana, "Karena," kata Syakib Arselan, "orang- orang Barat lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya.” Sekarang mengertilah kita, "Apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan agama ini dalam realitas kehidupan?" Yaitu, hadirnya para pahlawan sejati yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi hidup bagi orang lain dan agamanya serta mau mengorbankan semua yang ia miliki bagi agamanya itu. []Presiden PKS Anis mata

Jumat, 14 Juni 2013

Renungan keluarga dari negeri Surga

"Renungan Keluarga dari Negeri Surga" Kita berharap merealisasikan Indonesia sebagai Sepenggal Firdaus bagi Dunia... Sudahkah kita berupaya menjadikan Rumah kita sebagai Surga Dunia? Seorang Istri yang shalihah akan menjadikan Rumah tentram dan menyenangkan... Seorang Suami yang shalih akan menjadikan Rumah aman dan nyaman... Anak-anak yang shalih-shalihah akan menjadi permata penghias nan menyejukkan... Bagaimana dengan Rumah Kita? Bagaimana dengan Suami Kita? Bagaimana dengan Istri Kita? Bagaimana dengan Anak-anak kita? Sudahkah kita hadirkan Surga yang menentramkan di "Rumah" kita? Ataukah kita lebih nyaman menghiasinya dengan gemerincing harta tanpa makna? Jadikan momentum pagi ini... ...sebagai tonggak baru menghidupkan rumah kita... ...sebagai tonggak baru menyinari rumah kita... Saling hidupkan Tarbiyah Dzatiyah dan Ruhiyah dalam Usrah Muslimah... Saling menjaga tilawah dan mengingatkan untuk Shalat berjama'ah... Saling menguatkan hafalan dan membiasakan shadaqah... Saling mendukung aktifitas dakwah dan menghidupkan nuansa harakiyyah... Kita berharap merealisasikan Indonesia sebagai Sepenggal Firdaus bagi Dunia... Sadarlah bahwa semua berawal dari Rumah setiap kader dakwah yang ada... Sudahkah Rumah kita menjadi syurga bagi jiwa- jiwa fana? Semoga Allah Azza wa Jalla memberkahi ikhtiar kita... Menjadikan Indonesia sepenggal Firdaus bagi masyarakat dunia... Diawali dengan menjadikan Rumah kita sebagai Surga bagi penghuninya... Rumah yang berfungsi sebagai Busur Panah yang kokoh dan perkasa... Ladang Penyemaian yang kelak menghasilkan anak-anak panah peradaban... Anak panah yang berjiwa ksatria... Penghulu Gerak dan Kerja Dakwah... Yang siap dilepaskan mengoyak sendi-sendi kemungkaran dunia... Rumah kita...Keluarga kita...Inspirasi Keluarga Penghulu Surga... Wallahua'lam Barakallahu fiik...

Senin, 10 Juni 2013

KENDARI - Presiden Partai Keadilan Sejahtera H.M. Anis Matta menginstrusikan pengurus dan kader partainya mengubah paradigma berpolitik. Salah satunya yakni menemui rakyat agar mencintai PKS. "Pendekatan kepada rakyat Indonesia tidak samata- mata dengan memberi bantuan. Temui mereka, mengenal mereka sehingga timbul rasa cinta dan sehati dengan PKS," kata Anis Matta pada acara temu relawan dan kader di Kendari, Sabtu (8/6) Anis menjelaskan PKS mengusung target tiga besar pada pemilihan umum 2014. Untuk itu semua pengurus dan kader partai dituntut membangun komunikasi dengan segenap lapisan masyarakat tanpa pilih merk. "Saya baru saja menerima laporan pelantikan pengurus partai yang dipimpin oleh figur non muslim. Tidak ada masalah karena memang di daerah tersebut 97 persen pemeluk agamanya non muslim," tegasnya. Anis menyadari upaya mencapai tiga besar pada pemilihan umum 2014 menghadapi tantangan. Tapi Anis optimis pengurus dan kadernya mampu keluar dari cengkraman masalah tersebut. “Tantangan yang dihadapi PKS hari ini adalah serangan bertubi-tubi dari luar dan merosotnya kepercayaan rakyat kepada partai politik. Badai pasti berlalu. Kesampingkan masalah. Mari kita bertawakal karena sesungguhnya semua skenario yang dialami menjadi rahasia Allah," pungkasnya. *http://www.berita99.com/berita/8139/anis-matta- pks-harus-ubah-paradigma-berpolitik

Jumat, 19 April 2013

Kostipasi

Konstipasi: Penyebab dan Cara Penanganan yang Tepat Frekuensi buang air besar pada masing-masing individu sehat mungkin bervariasi, normalnya berkisar tiga kali sehari sampai dengan tiga kali seminggu. Adanya penurunan abnormal pada frekuensi buang air besar dengan disertai/ tanpa rasa nyeri selama mengejan disebut sebagai konstipasi atau sembelit. Feses dengan konsistensi keras dapat menimbulkan kesulitan defekasi (buang air besar). Penyebab terjadinya konstipasi Ketika makanan masuk ke dalam saluran pencernaan, tubuh akan mengambil nutrisi atau zat-zat gizi dan air dari makanan tersebut. Sisa atau ampas dari makanan tersebut selanjutnya dikeluarkan melalui usus halus lewat kontraksi usus. Kurangnya mengkonsumsi cairan, kurangnya beraktivitas, tidak cukupnya makan makanan berserat, konsumsi obat- obatan tertentu, tidak menyegerakan ke kamar mandi saat ingin buang air besar dan secara teratur menggunakan laksatif atau obat pencahar akan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya konstipasi. Cara penanganan konstipasi Makan makanan dengan cukup kandungan serat dan minum cukup banyak cairan adalah kunci dalam penanganan konstipasi. Dengan minum cukup air dan makanan berserat akan membantu pergerakan feses dan membuat feses menjadi lebih lunak. Peningkatan aktifitas fisik juga akan membantu dalam mengatasi konstipasi. Beberapa tips pencegahan konstipasi Jangan mengabaikan atau menahan keinginan anda untuk buang air besar. Makanlah lebih banyak makanan berserat seperti sayur- sayuran dan buah-buahan. Minumlah cukup banyak air, kira-kira 8 gelas setiap hari. Jangan mengkonsumsi obat pencahar (laksatif) terlalu sering. Penggunaan laksatif secara berlebihan bisa merusak tinja dan bisa membuat konstipasi yang terjadi bertambah parah. Sering berolahraga atau beraktifitas. Batasi makanan yang tinggi lemak dan gula (seperti makanan yang manis-manis, keju, dan makanan olahan). Makanan- makanan tersebut dapat menimbulkan konstipasi. Hindari obat pencahar Laksatif (obat pencahar) seringkali dianggap sebagai solusi termudah untuk mengatasi konstipasi, tetapi jika tidak digunakan secara benar, obat ini sebenarnya dapat menimbulkan masalah lain yang lebih banyak. Laksatif bekerja melalui banyak cara dan masing-masing jenis menimbulkan masalah tersendiri. Beberapa diantaranya bersifat sebagai lubrikan (pelumas), sedangkan lainnya dapat melunakkan konsistensi feses, menyerap air lebih banyak pada usus besar, dan ada juga yang membentuk massa. Salah satu bahaya dari laksatif yaitu dapat menimbulkan ketergantungan pada penggunanya. Bahkan beberapa jenis laksatif diketahui dapat merusak sel- sel saraf pada kolon (usus besar) sampai akhirnya membuat individu tersebut tidak dapat buang air besar lagi. Laksatif dapat menghambat absorpsi atau menghilangkan efikasi obat. Laksatif berbahan dasar minyak mineral dapat mencegah absorpsi vitamin A, D, E, dan K. Jenis laksatif lainnya dapat merusak dinding usus. Karena itu penggunaan laksatif sebaiknya dihindari dan hanya digunakan atas anjuran dokter. Untuk mengatasi konstipasi, individu lebih dianjurkan untuk secara rutin berolahraga, cukup minum, dan mengonsumsi makanan yang tinggi serat.

Demam berdarah atau Tifus?

Demam Berdarah atau Tifus? Demam Berdarah atau Tifus ? Demam berdarah dan tifus memiliki gejala yang dapat dikatakan hampir sama. Kedua penyakit ini ditandai oleh gejala berupa demam yang cukup tinggi. Jika kita salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya akan bisa menyebabkan kesalahan penanganan yang justru akan berakibat fatal bagi penderita. Lantas apa saja sebetulnya perbedaan antara penyakit demam berdarah dan tifus? Penyebab Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue, sehingga penyakit ini dikenal juga dengan nama DBD yang merupakan singkatan dari Demam Berdarah Dengue. Terdapat 4 jenis virus demam berdarah yang biasa menyerang manusia. Itulah yang menyebabkan pada beberapa kasus penderita demam berdarah yang satu menunjukkan gejala yang berbeda dengan penderita demam berdarah lainnya. Penyakit ini menular dari satu penderita ke penderita lainnya melalui nyamuk Aedes aegypti . Nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya mengisap darah penderita DBD, jika kemudian menggigit orang lain yang sehat maka virus demam berdarah akan berpindah ke orang sehat tersebut dan orang tersebut akan menderita demam berdarah. Berbeda dengan demam berdarah, penyakit tifus disebabkan oleh bakteri yang bernama Salmonella typhi . Bakteri ini berkembang cepat pada tempat-tempat yang kotor. Penyebaran bakteri ini dibantu oleh serangga pembawa bakteri, salah satunya adalah lalat. Bakteri ini oleh lalat dibawa ke makanan atau minuman dan seterusnya akan masuk ke dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya, menyebabkan orang tersebut terkena penyakit tifus. Gejala Pada penderita demam berdarah, gejala-gejala yang biasa ditemui adalah: Badan pegal-pegal, sakit kepala, menggigil, buang-buang air dan muntah. Muncul bintik-bintik merah. Gejala ini mungkin tidak muncul jika demam yang dialami baru sebentar. Untuk itu dapat dilakukan teknik menjepit pembuluh darah mirip seperti saat melakukan pemeriksaan tekanan darah. Setelah itu biasanya bintik merah akan terlihat. Setelah hari ketiga, biasanya demam akan turun dan penderita akan merasa sudah sembuh tetapi setelah itu demam dapat menyerang kembali. Pada masa ini sebaiknya berhati-hati agar tidak menganggap sudah sembuh dan tidak menjaga kesehatan. Sementara pada penderita tifus, gejala yang muncul adalah : Pada awalnya demam yang dialami tidak terlalu tinggi, lalu kemudian akan meningkat terus hingga lebih dari 38 o C. Khusus pada malam hari, suhu akan meningkat dan akan turun pada pagi hari. Inilah yang membedakan demam tifus dengan demam pada demam berdarah. Batuk dan sakit tenggorokan Diare dan nyeri perut Pemeriksaan Cara yang paling tepat untuk mengetahui apakah seseorang menderita demam berdarah atau tifus adalah dengan melakukan pemeriksaan darah. Dari pemeriksaan darah akan dapat diketahui secara pasti penyakit yang diderita. Pada pasien demam berdarah, pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa jumlah trombosit. Jika trombosit menurun, biasanya < 100.000/µl, seseorang didiagnosis mengalami demam berdarah. Tetapi, jika demam baru satu hari belum bisa diketahui karena jumlah trombosit yang masih normal. Pada kasus seperti ini, pasien dapat memeriksa jumlah trombositnya jika masih mengalami demam. Pada pemeriksaan yang lebih canggih, dapat diketahui apakah darah mengandung virus dengue atau tidak. Jika jumlah trombosit masih normal tetapi pada darah positif mengandung virus dengue berarti positif mengalami demam berdarah. Sementara untuk pasien tifus dapat dilakukan tes Widal. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah mengandung antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi atau tidak. Jika hasil menunjukkan > 1/160 berarti positif menderita tifus. Pemeriksaan lain dapat dilakukan dengan memeriksa tinja penderita karena pada tinja penderita tifus biasanya terdapat bakteri Salmonella typhi . Pengobatan Tidak ada obat khusus untuk mengobati penderita demam berdarah karena tidak ada vaksin untuk membunuh virus dengue. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga agar penderita tidak mengalami dehidrasi. Jika penderita tidak dapat makan dengan baik, mengalami diare atau muntah, ada baiknya penderita dirawat di rumah sakit agar dapat dibantu dengan infus. Sedangkan untuk pengobatan tifus, biasanya diberikan antibiotik untuk membunuh bakteri. Untuk menyembuhkan usus yang luka, makanan yang dimakan tidak boleh keras agar tidak memaksa kerja usus yang sedang sakit. Selain itu hindari juga makanan yang asam dan pedas. Cara Pencegahan Cara pencegahan penyakit demam berdarah adalah melalui gerakan 3M. Gerakan 3M yang dimaksud adalah menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas. Sementara untuk mencegah penyakit tifus dapat dilakukan dengan cara menjaga lingkungan tetap bersih sehingga bakteri tifus tidak dapat berkembang biak. Selain itu pilihlah makanan dan minuman yang bersih untuk dikonsumsi.

Jumat, 12 April 2013

Feminisme senjata penjajahan baru

Orang Cerdas Tak akan Tertipu.. KIta tidak Mau dijajah Lagi... Hanya orang Bodoh yang mau jadi Jongos Penjajah... Setelah Perang Dunia II, penjajahan tidak lagi melalui fisik, tetapi melalui pemikiran, yaitu menyebarkan ide sekularisme dan liberalisme. Ide ini melandasi seluruh aspek kehidupan. Untuk mengokohkan penjajahannya maka ide tersebut dijadikan konvensi internasional. Melalui PBB, konvensi berhasil mengikat negara-negara anggota PBB. Konvensi yang dimaksud antara lain Konvensi PBB yang berkaitan dengan HAM dan tentang perempuan yang bertujuan memajukan perempuan; Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW); Deklarasi Universal HAM (1948); Kovenan Internasional tentang hak-hak sipil dan politik (1966); Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference Population and Development – ICPD) di Kairo tahun 1994 dan konferensi PBB tentang perempuan; Konvensi PBB tentang hak-hak politik perempuan yang telah diratifikasi dengan UU no. 68 tahun 1958 dan UU no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dengan bab khusus tentang hak-hak perempuan. Selama puluhan tahun terakhir PBB telah banyak menyelenggarakan konferensi untuk kemajuan wanita (baca: kebebasan wanita dari hukum Islam), mulai dari yang pertama di Mexico City tahun 1975 hingga yang keempat tahun 1995. Konferensi PBB keempat kalinya tentang perempuan 1995 di Beijing sangat besar pengaruhnya terhadap derasnya arus liberalisasi melalui ide feminisme. Pelaksanaan hasil konferensi tersebut diimplementasikan oleh para feminis, baik melalui lembaga pemerintah (semisal Tim Pengarusutamaan Gender DEPAG, Departemen Pemberdayaan Perempuan) maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)/NGOs (Non Goverment Organization– Organisasi Non Pemerintah). CLDKHI merupakan implementasi konvensi tersebut oleh Tim Pengarusutamaan Gender yang diketuai Musdah Mulia. Dalam menentukan isi CLDKHI (Caunter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam), mereka merujuk pada “kitab suci”-nya, yaitu Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW); Deklarasi Universal HAM(1948) serta Kovensi Internasional tentang hak-hak sipil dan politik (1966). Pemerintah harus melaksanakan norma-norma dan instrumen-instrumen HAM internasional yang terkait dengan kekerasan dan perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Pemerintah juga harus melaksanakan CEDAW. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi isi CEDAW ( Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women ) ini dengan dikeluarkannya UU no. 7 tahun 1984. Karenanya, Pemerintah telah mengesahkan undang-undang nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT (Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga), UU Perlindungan Anak dan upaya melegalisasi aborsi melalui amandemen UU Kesehatan. Sosialisasi ide Gender Eguality atau Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) sangat massif baik melalui swasta semisal LSM, Ormas, Lembaga Pendidikan maupun Pemerintah. Bidang garapan yang dipengaruhinya mulai dari kebijakan sampai hal yang teknis. Wilayah kerjanya pun sejak dari tingkat nasional sampai dengan kelurahan, bahkan RT dan institusi paling kecil, yaitu keluarga. Ide ini dimasukkan dalam 12 bidang kritis yang ada, yaitu: perempuan dan kemiskinan; pendidikan dan pelatihan bagi perempuan; perempuan dan kesehatan; kekerasan terhadap perempuan; perempuan dan konflik bersenjata; perempuan dan ekonomi; perempuan dalam pengambilan kekuasaan; mekanisme institusional untuk kemajuan perempuan; hak asasi perempuan; perempuan dan media; perempuan dan lingkungan serta anak perempuan. Sosialisasi feminisme juga melalui lembaga pendidikan dan media, baik melalui lembaga pendidikan formal (misal: masuk salah satu mata pelajaran sampai pada kurikulum berbasis gender) maupun melalui pendidikan non-formal (misal: seminar-seminar, diskusi, diklat dan training). Media cetak pun tak ketinggalan semisal jurnal, majalah, koran dan buku; juga media elektronik, internet, televisi dan radio. Serangan Terhadap Islam Agar ide Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) diadopsi masyarakat, maka ide ini dibungkus dengan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Dalam penyajiannya mereka ’melogikakan’ liberalisasi hukum Islam. Inilah racun-racun yang mereka sebar dan dibungkus dengan madu untuk menyerang Islam. Dalam laporan tentang pelaksanaan konvensi, para feminis menyebutkan bahwa kekerasan dan adanya diskriminasi terhadap perempuan merupakan hambatan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender. Mereka menggambarkan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah manifestasi dari hubungan kekuasaan antara pria dan wanita yang tidak seimbang sepanjang sejarah sehingga menyebabkan dominasi dan diskriminasi terhadap perempuan serta menghalangi kemajuan perempuan. Dalam mencari penyebab timbulnya kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, mereka melihat adanya pola-pola budaya; khususnya efek yang merugikan dari praktik-praktik tradisionil atau adat serta semua tindakan ekstrimis yang berkaitan dengan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama yang telah mengabadikan kedudukan perempuan lebih rendah dalam keluarga, kelompok kerja dan masyarakat (kepemimpinan ada pada pihak laki-laki). Mereka mengemukakan fakta kepemimpinan dalam masyarakat yang menerapkan ajaran Islam ada pada pihak laki-laki. Dari sinilah mereka mulai menggugat hukum Islam dan berusaha mengubahnya dengan dalih bias gender. Menurut mereka, harus ada rekontruksi dan reinterpretasi hukum-hukum Islam yang dinilai bias gender. Inilah logika yang dibangun kaum feminis. Karenanya, mereka memposisikan Islam sebagai hambatan bagi tercapainya Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG). Mereka menyimpulkan bahwa Islam menghambat kemajuan wanita. Karena itulah mereka berupaya mengubah hukum Islam. Mereka juga menanamkan keraguan kepada umat Islam terhadap kebenaran ajarannya, khususnya dengan mempertanyakan keadilan Islam dalam memperlakukan perempuan. Mereka mengatakan, hukum-hukum agama (Islam) telah memasung kebebasan perempuan, membuat perempuan tidak maju karena hanya beraktivitas pada sektor domestik (rumah tangga). Disebabkan posisi tersubordinasi inilah perempuan rentan mengalami kekerasan. Dari sudut pandang inilah mereka membahas bagaimana upaya menyelesaikan masalah kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Berangkat dari landasan ideologi liberalis, kaum feminis mengusung ide semangat pembebasan perempuan dan kesetaraannya dengan laki-laki (ide keadilan dan kesetaraan gender). Agenda gerakan feminisme ini hakikatnya adalah agenda liberalisasi hukum Islam. Agenda yang sama juga diusung kaum liberal. Di dalam bukunya, Fakta dan Data Yahudi di Indonesia, Ridwan Saidi menulis bahwa Lutfi asy-Syaukani memperkenalkan empat agenda JIL, salah satunya adalah emansipasi (feminisme). Artinya, salah satu upaya liberalisasi di Dunia Islam adalah melalui gerakan feminis ini Racun bagi Perempuan dan Umat Nyatalah bahwa propaganda liberalisme dan feminisme tidak lebih merupakan alat musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Feminisme mengajak kaum Muslim beramai-ramai meninggalkan aturan agama yang dianggap sebagai penghalang kemandirian dan kebebasan perempuan. Ide ini hanya akan membawa kerusakan pada tatanan individu, keluarga dan masyarakat yang telah mapan dengan nilai-nilai Islam. Ide ini hanya akan menularkan kerusakan dan kebobrokan masyarakat Barat yang kapitalis dan sekularis. Demikianlah para feminis mempropa-gandakan ide-ide sesatnya secara massif. Mereka berupaya menyeret sedikit demi sedikit kaum Muslimah untuk meninggalkan kewajiban utamanya sebagai ummu wa rabah al-bayt (sebagai ibu dan pengatur rumah tangga ), lalu menjadi feminis sejati yang betul-betul membebaskan diri dari hukum Islam dengan sukarela

Hancurkan wanita

Sistem Kapitalisme sejatinya telah menghancurkan kehidupan manusia, termasuk kaum hawa (perempuan). Dalam kungkungan sistem Kapitalisme saat ini kaum perempuan dalam posisi serba salah. Di satu sisi mereka memikul amanah mulia menjadi benteng keluarga; menjaga anak-anak dari lingkungan yang merusak sekaligus mengurus rumah-tangga. Di sisi lain mereka pun harus ikut bertanggung jawab ‘menyelamatkan’ kondisi ekonomi keluarga dengan cara ikut bekerja mencari nafkah tambahan, atau bahkan harus ‘menggantikan’ posisi sang suami yang—karena imbas krisis ekonomi—terpaksa dirumahkan oleh perusahaan tempatnya semula bekerja. Akibat himpitan ekonomi tidak sedikit perempuan lebih rela meninggalkan suami dan anaknya untuk menjadi TKW, misalnya, meskipun nyawa taruhannya. Ribuan kasus kekerasan terhadap mereka terjadi. Mereka disiksa oleh majikan hingga pulang dalam keadaan cacat badan, bahkan di antaranya ada yang akhirnya menemui ajal di negeri orang. Masih lekat dalam ingatan, bagaimana derita seorang TKW asal Palu, Susanti (24 tahun), yang kini tak bisa lagi berjalan karena disiksa majikannya ( Liputan6.com , 9/3/2010). Kapitalisme pula yang telah menorehkan kisah pilu bagi para ibu, yang harus merelakan bayinya di sandera pihak rumah sakit karena tak mampu membayar biaya persalinan. Kemiskinan sistemik telah merampas hak seorang ibu untuk dekat dengan anaknya. Fenomena ibu yang membunuh anaknya karena himpitan ekonomi pun kerap terjadi. Pada 15/1/2010 lalu, seorang ibu muda di Jakarta bernama Amanda (25 tahun), misalnya, membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berusia 2,6 tahun di rumahnya ( Vivanews.com , 16/1/2010). Depresi kerap menjadi alasan seorang ibu tega melakukan tindakan nekad seperti ini. Bahkan ada yang berani mengakhiri hidupnya karena sudah tak sanggup lagi menanggung derita dalam rumah tangga dan persoalan hidup yang kian menghimpit. Di Selakau, seorang ibu muda bernama Syarifah (23 tahun) tewas gantung diri karena depresi ( Pontianakpost.com , 15/3/2010). Lagi-lagi motifnya karena kemiskinan yang telah diciptakan oleh sistem Kapitalisme ini. Maraknya perdagangan perempuan dan anak-anak ( trafficking ) tak kurang riuhnya. Pada Desember 2009 ditemukan 1.300 kasus perdagangan manusia dan pengiriman tenaga kerja ilegal dari Nusa Tenggara Timur ( Vivanews.com , 15/12/2009). Sekitar 10.484 wanita yang berada di Kota Tasikmalaya Jawa Barat rawan dijadikan korban trafficking . Pasalnya, mayoritas di antara mereka berstatus janda serta berasal dari kalangan yang rawan sosial dengan tarap ekonomi rendah ( Seputar-indonesia.com , 1/4/2010). Di Kabupaten Cianjur Jawa Barat kasus trafficking dan KDRT tercatat 548 kasus. Tidak sedikit dari mereka menjadi korban dan dipekerjakan sebagai pekerja seks komersil (PSK) ( Pikiranrakyat.com , 23/3/2010). Kondisi ini diperparah dengan munculnya gagasan gender equality (kesetaraan jender) , yakni upaya menyetarakan perempuan dan laki-laki dari beban- beban yang menghambat kemandirian. Beban itu antara lain peran perempuan sebagai ibu: hamil, menyusui, mendidik anak dan mengatur urusan rumah tangga. Lalu berbondong-bondonglah kaum perempuan meninggalkan kodratnya. Mereka berlomba mensejajarkan diri dengan laki-laki. Namun apa daya, begitu mereka memasuki ranah publik, ekploitasi habis- habisan atas diri merekalah yang terjadi. Mereka menjadi obyek eksploitasi sistem Kapitalisme yang memandang materi adalah segalanya. Model, sales promotion girl , public relation hingga profesi pelobi hampir senantiasa berada di pundak kaum perempuan. Mereka menjadi umpan dalam mendatangkan pundi- pundi rupiah. Akar Masalah Setidaknya ada dua faktor penyebab mengapa kondisi di atas bisa terjadi. Pertama : faktor internal umat Islam yang lemah secara akidah sehingga tidak memiliki visi- misi hidup yang jelas. Hal ini diperparah dengan lemahnya pemahaman mereka terhadap aturan-aturan Islam, termasuk tentang konsep pernikahan dan keluarga, fungsi dan aturan main di dalamnya. Kedua: faktor eksternal berupa konspirasi asing untuk menghancurkan umat Islam dan keluarga Muslim melalui serangan berbagai pemikiran dan budaya sekular yang rusak dan merusak, terutama paham liberalisme yang menawarkan kebebasan individu. Paham ini secara langsung telah menyingkirkan peran agama dalam pengaturan kehidupan manusia, sekaligus menjadikan manusia bebas menentukan arah dan cara hidupnya, termasuk yang terkait dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga. Nyatalah apa yang difirmankan Allah SWT: ] ْﻦَﻣَﻭ َﺽَﺮْﻋَﺃ ْﻦَﻋ ﻱِﺮْﻛِﺫ َّﻥِﺈَﻓ ُﻪَﻟ ًﺔَﺸﻴِﻌَﻣ ﺎًﻜْﻨَﺿ ُﻩُﺮُﺸْﺤَﻧَﻭ َﻡْﻮَﻳ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ﻰَﻤْﻋَﺃ [ Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam Keadaan buta (QS Thaha [20]: 124) Umat ini memang telah berpaling dari peringatan (hukum-hukum) Allah. Tak sedikit umat Islam mencampakkan hukum Islam karena merasa malu atas tuduhan yang dialamatkan oleh musuh-musuh Islam. Mereka secara sengaja mempropagandakan hukum Islam sebagai ‘kolot’, ‘anti kemajuan’, ‘ekslusif’, ‘bias jender’ dan gambaran-gambaran buruk lainnya. Sebagai gantinya, umat Islam justru didorong untuk menerapkan berbagai aturan yang menjamin kebebasan individu, sekalipun mereka tahu, bahwa aturan-aturan itu bertentangan dengan syariah agama mereka. Tuduhan-tuduhan konyol (bodoh) ini secara konsisten terus dialamatkan pada Islam melalui peranan lembaga-lembaga internasional, terutama PBB yang hakikatnya merupakan alat penjajahan Barat. Di antaranya memakai modus "perang melawan terorisme", yang hakikatnya adalah perang melawan Islam. PBB di bawah ketiak kendali negara-negara Barat kapitalis sangat giat mengeluarkan berbagai konvensi dan kesepakatan internasional terkait dengan isu HAM, kesetaraan gender, dll. Di antaranya Deklarasi Universal HAM, Konvensi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Konvensi Internasional tentang hak-hak sipil dan politik, MDGs, dan semisalnya. Pada dasarnya semua itu memiliki semangat perjuangan dan target yang sama, yaitu tuntutan kebebasan (liberalisasi) dalam segala hal, termasuk kebebasan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Islam Mengancam Peradaban Barat Konspirasi Barat ini dilakukan tidak lain karena Islam dan umat Islam memiliki potensi ancaman terhadap dominasi peradaban Barat (Kapitalisme global). Selain potensi SDM yang sangat besar berikut SDA-nya yang melimpah, Islam dan umat Islam juga memiliki potensi ideologis yang jika semua potensi ini disatukan akan mampu mengubur sistem Kapitalisme global. Di samping itu, keluarga Muslim saat ini masih berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir, yang menjaga sisa-sisa hukum Islam terkait keluarga dan individu, setelah hukum-hukum Islam lainnya menyangkut aspek sosial dan kenegaraan berhasil mereka hancurkan. Terpeliharanya sisa-sisa hukum- hukum Islam oleh keluarga-keluarga Muslim ini pun masih menyimpan potensi besar dalam melahirkan generasi-generasi pejuang yang menjadi harapan umat di masa depan. Inilah yang mereka takutkan. Dari keluarga-keluarga Muslim ini akan lahir sosok Muslim militan yang siap menghancurkan dominasi mereka atas dunia. Itulah mengapa mereka berupaya dengan sungguh- sungguh menghancurkan keluarga Muslim dengan berbagai cara. Di antaranya dengan menjauhkan para Muslimah dari cita-cita menjadi ibu atau dari penyempurnaan peran ibu. Secara sistemik, diciptakanlah kemiskinan struktural melalui penerapan sistem ekonomi kapitalis yang memaksa para ibu bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarga dan karenanya peran ibu tidak bisa optimal. Selain itu, mereka meracuni benak para Muslimah dengan berbagai pemikiran yang merusak, semisal ide emansipasi, keadilan dan kesetaraan jender serta kebebasan. Akibatnya, para Muslimah lebih tertarik beraktivitas di ranah publik (luar rumah) dan malah merasa rendah diri jika sekadar berperan sebagai ibu rumah tangga. Dampak lanjutannya, lahirlah generasi tanpa bimbingan dan pengasuhan optimal para ibu. Apa yang menjadi tujuan semua konspirasi Barat kafir sesungguhnya sangat jelas, yakni merusak identitas keislaman kaum Muslim, menghapus militansi ideologis mereka dan melemahkan daya juang umat Islam. Dengan cara ini, target besar mereka akan terwujud, yakni menghambat gerakan mengembalikan Khilafah Islamiyah yang memang sudah menggejala di seluruh dunia. Apalagi sebagaimana prediksi RAND Corporation (lembaga intelejen AS), ada kemungkinan pada tahun 2020 peta politik global disemarakkan dengan bangkitnya Kekhilafahan baru. Karenanya, AS sebagai motor Kapitalisme global sedini mungkin berupaya memperkecil kemungkinan tersebut dengan berbagai cara. Apa yang Harus Dilakukan? Jelas, upaya liberalisasi berlangsung sangat sistematis; melibatkan berbagai pihak, mulai dari pihak negara- negara kapitalis sebagai konspiratornya, para kapitalis sebagai penyandang dananya, serta LSM liberal/gender dan pemerintah bertindak sebagai EO-nya. Karena itu, upaya strategis yang harus dilakukan untuk menghadapi berbagai konspirasi asing dalam penghancuran keluarga Muslim adalah mengajak umat untuk bersegera meninggalkan sistem liberal sekular ini, dengan cara melakukan pencerdasan umat dengan Islam kâffah . Targetnya adalah agar tercipta profil Muslim dan Muslimah tangguh yang siap berjuang melakukan perubahan sistem menuju tegaknya syariah Allah SWT dalam naungan Khilafah. Lebih khusus lagi, agar kaum Muslimah menyadari betapa besar investasi yang disiapkan jika mampu secara maksimal menjalankan fungsi utamanya sebagai “umm[un] wa rabbah al-bayt” (ibu dan manajer rumah tangga) . Fungsi utama ini akan menjadi hulu bagi lahirnya generasi utama yang akan mengguncang sekaligus meruntuhkan dominasi kafir Barat dengan peradaban sampahnya. Ingatlah firman Allah SWT: ] ْﻞُﻗ ﺎَﻳ ِﻡْﻮَﻗ ﺍﻮُﻠَﻤْﻋﺍ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻜِﺘَﻧﺎَﻜَﻣ ﻲِّﻧِﺇ ٌﻞِﻣﺎَﻋ َﻑْﻮَﺴَﻓ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ ْﻦَﻣ ُﻥﻮُﻜَﺗ ُﻪَﻟ ُﺔَﺒِﻗﺎَﻋ ِﺭﺍَّﺪﻟﺍ ُﻪَّﻧِﺇ ﻻ ُﺢِﻠْﻔُﻳ َﻥﻮُﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ [ Katakanlah, "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan." (QS al-An’am [6]: 135). Sesungguhnya kewajiban memperjuangkan Islam adalah konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT. Kita semua tak akan bisa menghindar dari misi mulia ini, kecuali jika kita siap menghadap-Nya tanpa hujjah. Semoga kita semua termasuk yang bisa kembali ke haribaan-Nya dengan membawa hujjah yang nyata. Dengan begitu, di akhirat nanti, kita layak bersanding dengan Rasulullah saw. tercinta dan barisan para pejuang radhiyallâhu ‘anhum. Wallâhu a’lam. []

mendidik anak ala nabi yakub

Mendidik Keimanan Anak Ala Nabi Ya’qub Bandingkan dengan kenyataan yang dialami anak-anak kita hari ini. Mungkin anak-anak kita memiliki kecerdasan intelektual namun nihil kecerdasan spiritual Oleh: Ali Akbar bin Agil DEWASA ini, tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh orangtua dalam mendidik putra-putrinya terasa berat. Beban ujian dan godaan datang bertubi-tubi dari segala penjuru. Jika tidak pandai mendidik anak, bisa saja mereka masuk dalam generasi gagal. Anak kita tidak dilahirkan selaras dengan zaman kita. Belajar dari seorang Wali Allah, Luqman, kita bisa belajar tentang mendidik anak. Beliau membekali anaknya dengan iman, tauhid dan akidah yang kokoh. Luqman mengajarkan putranya agar menjadi insan beriman, memiliki kekokohan akidah, tidak menyekutukan Allah Subhanahu Wata’aladengan apapun juga. Luqman mengenalkan kepada putranya siapa yang telah menciptakannya, menghidupkan, mematikan, dan memberi rezeki. Iman merupakan sumber inspirasi, pembuka wawasan, dan ide-ide cemerlang. Sebagai inspirasi, iman dapat membuat seseorang tergerak melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Dengan inspirasi iman, seseorang akan memilki motivasi dalam memenuhi seruan-seruan kebajikan. Sejarah mengukir kisah orang-orang yang terdidik dengan pendekatan iman. Dengan iman, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyerahkan semua hartanya di jalan Allah. Dengan iman pula, Umar bin Khattab sebagai Kepala Negara siap sedia membawa gandum di pundaknya, ia serahkan kepada seorang wanita yang papa. Dengan inspirasi iman, Ali bin Abi Thalib rela tidur di pembaringan Sang Nabi di waktu rumahnya dikepung musuh. Dengan inspirasi iman, seseorang akan mampu bangun di waktu malam, bermunajah kepada Allah, di musim dingin sekalipun. Dengan kekuatan iman juga, Sumayyah tetap berkomitmen menjaga tauhidnya meski harus merelakan nyawa satu-satunya. Semuanya karena iman kepada Allah. Dengan iman yang kuat, seseorang akan berusaha menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Akhlak sangat penting dihadirkan dalam segala situasi dan kondisi. Kemuliaan akhlak ada pada dorongan iman yang kuat. Kekuatan iman membuat seorang anak selalu beretika dalam tiap tindak tanduknya, menghindari perilaku-perilaku tercela. Dengan iman yang mantap, seorang anak yang didik dengan metode ini, akan memilki rasa malu. Malu dalam melakukan kejahatan. Rasa malu nyaris lenyap dalam kehidupan kita. Ada seorang anak tidak malu-malu membuat malu keluarga dengan perbuatan nistanya. Tanpa rasa malu ia berbuat keji. Tanpa iman, seseorang akan ringan-ringan saja melangkahkan kaki dalam perbuatan yang dimurkai Allah Subhanahu Wata’ala. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam memprioritaskan pendidikan iman dalam dakwahnya. Beliau mengajarkan cara beriman dan bertauhid kepada para sahabatnya yang kemudian ditularkan kepada anak-anak mereka. Sebagai salah satu contoh kesuksesan orang tua memberi asupan iman dan akidah yang kokoh kepada anaknya adalah Ali bin Abi Thalib. Akkisah, dalam suatu kesempatan, Zainab duduk bersama ayahnya di dalam kamar. Sambil membelai-belai putrinya, sang ayah, Imam Ali, bertanya, “Dapatkah engkau mengucapkan kata ‘satu’ ?” “Dapat…”, jawab Zainab dengan gaya kekanak-kanakan. “Cobalah,” lanjut Imam Ali. “Sa-tu.” “Coba ucapkan lagi dua…” Zainab diam, tidak menjawab. “Cobalah, ucapkan sayang…!”, ayahnya mengulang pertanyaannya. “Ayah,” kata Zainab, “aku tidak sanggup mengucapkan ‘dua’ dengan lidah yang sudah terbiasa mengucapkan “satu.” Dalam kesempatan yang lain, pada suatu hari Zainab bertanya kepada ayahnya, “Ayah, benarkah ayah mencintai diriku?” “Bagaimana tidak, bukankah engkau kesayanganku?” Mendengar jawaban ayahnya seperti itu Zainab menyahut, “Seharusnya cinta itu ditujukan kepada Allah, sedangkan diriku cukuplah kasih sayang.” Lihatlah bagaimana seorang anak di bawah umur sudah memahami iman kepada Allah Subhanahu Wata’aladengan begitu dalam. Bandingkan dengan kenyataan yang dialami anak-anak kita hari ini. Mungkin anak-anak kita memiliki kecerdasan intelektual namun nihil kecerdasan spiritual. Pendidikan yang bersendikan iman dan tauhid kepada Allah, akan menjadikan anak-anak tahu mana yang baik dan buruk, mana yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan dimurkai-Nya, dan berusaha untuk melakukan tindakan- tindakan yang baik, di mana pun ia berada, ke mana pun ia melangkahkan kakinya. Pada detik-detik kemangkatannya Nabi Ya`qub A`laihis Salaam tidak bertanya tentang materi yang akan diperoleh oleh anak-anaknya. Beliau menanyakan iman. Allah Subhanahu Wata’ala merekam dengan sangat indah momen dialog Nabi Ya`qub dengan anak-anaknya. ْﻡَﺃ ْﺫِﺇ ﺀﺍَﺪَﻬُﺷ ْﻢُﺘﻨُﻛ َﺮَﻀَﺣ َﻝﺎَﻗ ْﺫِﺇ ُﺕْﻮَﻤْﻟﺍ َﺏﻮُﻘْﻌَﻳ ِﻪﻴِﻨَﺒِﻟ ﺎَﻣ َﻥﻭُﺪُﺒْﻌَﺗ ﻦِﻣ ﻱِﺪْﻌَﺑ ْﺍﻮُﻟﺎَﻗ َﻪـَﻟِﺇَﻭ َﻚَﻬـَﻟِﺇ ُﺪُﺒْﻌَﻧ َﻚِﺋﺎَﺑﺁ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ َﻞﻴِﻋﺎَﻤْﺳِﺇَﻭ َﻕﺎَﺤْﺳِﺇَﻭ ًﺎﻬـَﻟِﺇ ًﺍﺪِﺣﺍَﻭ ُﻦْﺤَﻧَﻭ ُﻪَﻟ َﻥﻮُﻤِﻠْﺴُﻣ “Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS: Al-Baqarah : 133). Nabi Ya`qub tidak bertanya soal apa yang akan dimakan sepeninggalnya, beliau bertanya tentang iman. Iman tidak bisa diwariskan kepada anak-anak kita. Kita dapat mengajarkan iman kepada anak-anak itu sejak dini, sebagai bekal dalam menjalani kehidupan di dunia yang belakangan begitu menyedihkan. Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya “Positive Parenting” (Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif Pada Anak Anda) berikut ini, patut menjadi renungan bagi kita semua. “Seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk memperbanyak tabungan agar mereka kelak tidak kebingungan cari makan sesudah kita tiada? Ataukah kita bekali jiwanya dengan tujuan hidup, visi besar, semangat yang menyala-nyala, budaya belajar yang tinggi, iman yang kuat dan kesediaan untuk berbagi karena Allah?” Penulis adalah pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang

berloba dalam membahagiakan pasangan

Rasulullah bersabda, “Setiap istri yang meninggal, dan suaminya ridha, maka dia akan masuk surga.” (HR:Tirmidzi). JIKA ada yang bertanya, siapakah pasangan suami istri paling bahagia, maka jawabnya adalah Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersama Sayyidah Khadijah radhiyallahu anha. Sekalipun Muhammad ketika itu lebih muda, mantan karyawannya, dan tidak memiliki kekayaan seperti dirinya, Khadijah tetap memuliakan, menghormati bahkan mentaati Muhammad sebagai suaminya dengan sepenuh hati. Khadijah sering sekali meneguhkan pendirian Muhammad, menghibur dan memuliakannya. “Engkau adalah manusia yang paling jujur di bumi ini wahai suamiku, engkau tidak pernah membalas kecuali kebaikan, meskipun engkau menerima keburukan dan penderitaan. Bahkan, engkau tidak pernah memutus tali persaudaraan. Sungguh aku yakin, engkau adalah suamiku yang akan menerangi kehidupan ini,” demikianlah ungkap Khadijah dalam suatu kesempatan. Demikian pula Muhammad, sekalipun istrinya jauh lebih tua dan janda dari beberapa suami, Muhammad sangat-sangat memuliakan Khadijah sebagai istrinya. Pernah suatu ketika, Aisyah cemburu tidak suka Nabi menyebut nama Khadijah, Nabi pun menjelaskan bahwa Khadijah adalah istri yang paling dimuliakannya. “Dia menerimaku pada saat orang mendustakanku. Dia yang memuliakanku pada saat semua orang menghinakanku. Dia telah menyerahkan seluruh hartanya demi dakwah ini. Bahkan dia pula yang melahirkan anak-anakku,” demikian kenang Nabi sebagai bentuk hormat dan kasih yang mendalam beliau yang mulia kepada istri pertamanya Khadijah radhiyallahu anha. Khadijah menemani hidup Nabi selama 25 tahun sampai dirinya berpulang 3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Meninggalnya Khadijah membuat Nabi berduka sehingga tahun wafatnyanya dinamai oleh Nabi dengan ‘Am Al-huzni' (tahun duka cita). Khadijah adalah istri yang paling di cintai Nabi sehingga sampai sekian lama setelah ketiadaannya Nabi senantiasa menyebut namanya, hal itu pernah membuat ‘Aisyah cemburu. Akar Kebahagiaan Sikap saling memuliakan adalah akar kebahagiaan. Sikap tersebut tidak akan muncul kecuali suami istri benar-benar mengamalkan ajaran Islam. Oleh karena itu, sudah seharusnya, seluruh rumah tangga Muslim bersegera untuk memperbaiki kondisi keluarganya dengan bersegera untuk saling memuliakan antara suami dan istri. Ibn Abbas radhiyallahu anhu adalah sosok sahabat yang sangat mengerti bagaimana cara memuliakan istrinya. Dia berkata, “Aku sungguh senang berdandan untuk istriku, sebagaimana aku senang jika dia berdandan untukku, karena Allah Ta’ala berfirman; َّﻦُﻬَﻟَﻭ ُﻞْﺜِﻣ َّﻦِﻬْﻴَﻠَﻋ ﻱِﺬَّﻟﺍ ِﻑﻭُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (QS: al Baqarah [2]: 228). Sungguh tak elok, jika seorang suami hanya menuntut istrinya berdandan, sementara dirinya tidak memperhatikan dandanannya. Adalah suatu kebaikan suami istri saling bersikap ramah, lemah lembut, penuh kasih, melayaninya dengan sebaik-baik pelayanan dan saling memuji serta saling mendoakan. Dengan cara seperti itu, Insya Allah istri akan bangga kepada suami begitu juga sebaliknya. Bahkan jika sang istri menemui ajal lebih dahulu dari suami, sementara suami ridha dengan sikap dan perilaku istrinya selama bersamanya, maka surga sudah siap menjemputnya. Rasulullah bersabda, “Setiap istri yang meninggal, dan suaminya ridha, maka dia akan masuk surga.” (HR:Tirmidzi). Dengan demikian, jika suami istri ingin langgeng pernikahannya, berhasil mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, bahkan bisa melahirkan generasi kebanggaan, maka sudah seharusnya setiap pasangan menanam dalam-dalam akar kebahagiaan ini, yaitu saling memuliakan antara istri dan suami. Seperti itulah yang juga dicontohkan oleh Ashim bin Umar bin Khaththab ketika menikah dengan gadis miskin penjual susu. Ashim tidak melihat istrinya dari status sosialnya, tetapi dari ketakwaannya yang telah mempesona sang ayah, sehingga memerintahkan Ashim untuk menikah dengannya. Ashim pun memuliakan istrinya dengan sebaik-baiknya hingga akhirnya lahirlah putri mereka yang diberi nama Laila yang kemudian dikenal sebagai Ummu Ashim. Ummu Ashim pun kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan, sampai akhirnya lahirlah seorang cucu yang ketika besarnya menjadi kebanggaan umat Islam, Umar bin Abdul Aziz. Resep Kebahagiaan Adalah idaman siapapun, pernikahannya menjadi pernikahan yang berkah dunia akhirat. Dan, saling memuliakan antara suami dan istri adalah akar dari terwujudnya dambaan tersebut. Atas halitu Asma ibn Kharijah memberi nasehat yang sangat bagus kepada putrinya pada saat melangsungkan pernikahannya. “Wahai anakku, sesungguhnya engkau telah keluar dari kehidupan yang engkau jalani menuju ke peraduan yang tidak engkau kenali sebelumnya dan hidup bersama dengan orang yang sebelumnya tidak engkau kenal. Maka jadilah engkau sebagai bumi bagi suami niscaya dia akan menjadi langit bagimu, jadilah engkau sebagai tempat tidur baginya niscaya dia menjadi tiang penyanggamu. Jadilah engkau sebagai seorang hamba sahaya wanitanya, niscaya dia akan menjadi soerang hamba sahaya laki-lakimu. Janganlah engkau menjauh darinya hingga ia akan melupakanmu, kalau ia memanggilmu, maka dekatilah ia, jagalah penciuman, pendengaran dan matanya. Ia tidak akan mencium apapun darimu kecuali yang indah.” Jika demikian, tunggu apalagi, mari berlomba-lomba memuliakan pasangan kita. Insya Allah kebahagiaan akan menyertai kita, bahkan kehadiran generasi (anak-anak) penuh iman dan takwa akan mendampingi kehidupan kita hari ini dan kelak di akhirat. Semoga.*/ Imam Nawawi

wajib tolak UU KKG

Selamatkan Keluarga Indonesia... Selamatkan Wanita Indeonesia.. Selamatkan Anak Bangsa... Tolak RUU KG Upaya legalisasi RUU KG tidak lepas dari ratifikasi Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) yang disahkan Indonesia menjadi UU No. 7/1984. Kemudian UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia menguatkan keseriusan Pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak perempuan. Pasal 45 UU itu menyatakan: Hak wanita dalam Undang-Undang ini adalah hak asasi manusia. Selain alasan yuridis, tinjauan sosiologis juga menjadi aspek yang melatarbelakangi RUU ini. Dalih klasik yang acap dilontarkan pegiat jender adalah perempuan masih mengalami diskriminasi dalam keluarga, masyarakat dan negara. Merekalah obyek penderita akibat pembedaan, pengucilan, pembatasan, dan segala bentuk kekerasan berdasar jenis kelamin. Akibatnya, kebebasan menikmati hak politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau lainnya berkurang, bahkan terhapus. Walaupun Indonesia telah memiliki beberapa UU berbasis jender, ternyata semua itu tak cukup kuat menjadi landasan gerakan pengarusutamaan jender. Inpres No.9/2000 tentang Pengarus Utamaan Gender (PUG) yang lahir pada masa Abdurrahman Wahid belum mampu menjadi undang-undang payung ( umbrella act ). Maka dari itu, melegalkan UU yang mengatur hak warga negara dan kewajiban negara untuk mewujudkan kesetaraan jender adalah ambisi yang harus direalisasi. Sesi ke-39 Sidang Komite CEDAW PBB pada 23 Juli-10 Agustus 2007 secara khusus memberi beberapa catatan pelaksanaan agenda CEDAW di Indonesia. Komite memuji komitmen Indonesia terhadap mekanisme PUG dalam pembangunan nasional. Demi memastikan pemberlakuan konvensi itu, Komite meminta Pemerintah segera menuangkannya dalam hukum nasional. Bahkan dengan terus-terang Indonesia didorong untuk melakukan studi banding tentang kodifikasi dan penerapan tafsir progresif terhadap hukum Islam. Karena itulah mereka memerlukan dukungan bagi reformasi hukum, termasuk menjalin kemitraan dengan lembaga penelitian yurisprudensi Islam, masyarakat sipil, organisasi non-Pemerintah dan tokoh masyarakat yang mendukung kesetaraan perempuan. Dokumen itu sengaja diminta untuk dipublikaskan tentu dengan maksud untuk memberikan petunjuk bahwa beginilah seharusnya arah pembangunan jender di Indonesia. Bukankah bisa kita simpulkan bahwa keislaman mayoritas penduduk Indonesia hanya menjadi obyek perubahan agenda internasional? Karena itulah, sejak pembukaan, RUU ini telah mengundang kontroversi paradigmatis. Kewajiban meratifikasi dan mengimplementasikan konvensi internasional yang bahkan diikuti dengan sanksi menunjukkan bahwa Indonesia tidak cukup berdaulat untuk memperhatikan kepentingan rakyat yang mayoritas Muslim. Menohok Ideologi Islam Selain CEDAW , RUU ini juga merujuk pada Beijing Platform For Action (BPFA) sebagai landasan aksi. Secara lebih khusus perspektif jender diintegrasikan dalam pencapaian Millenium Developments Goals . Semuanya adalah permufakatan yang didasari dogma sekularisme dalam memandang persoalan perempuan. Bila dibiarkan, PUG akan menjadi bola liar yang mengarahkan perempuan menuju liberalisme yang makin liar. Karena itu, upaya mengkritisi RUU ini harus dilakukan secara paradigmatis, Islam versus Kapitalisme. 1. Ketentuan umum. Ketentuan umum pada RUU ini diawali dengan definisi jender, kesetaraan jender, diskriminasi, pengarusutamaan jender dan perangkat pelaksananya. Tentu diskriminasi menjadi pemicu utama kelahiran RUU ini. Diskriminasi didefinisikan sebagai segala bentuk pembedaan dan kekerasan berdasar jenis kelamin yang berpengaruh untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan manfaat/ penggunaan HAM dan kebebasan di segala bidang. Islam, bagi Barat, adalah diskriminan kelas wahid terhadap perempuan. Aturan syariah seperti batasan aurat, pakaian ( hijab), pemimpin negara, tanggung jawab keibuan, relasi suami-istri, perkawinan, dan perwalian dianggap kontradiktif terhadap konsepsi jender. Islam lekat dengan idiom patriarkis (memihak laki-laki), bahkan banyak ayat dan hadis yang dituduh memiliki muatan misogynist (membenci perempuan). Semangat RUU ini untuk membebaskan perempuan dari diskriminasi adalah dengan memberikan kemitraan seimbang antara perempuan dan laki-laki, termasuk dalam perkawinan dan peran kenegaraan. Karena itu, hal itu akan diterjemahkan sebagai gugatan terhadap hukum-hukum Islam yang dinilai mensubordinasi (merendahkan) perempuan seperti masalah izin istri kepada suami/wali, nusyuz , poligami, kepala keluarga, juga keharaman perempuan menjadi kepala negara/ pemerintahan. 2. Tujuan penyelenggaraan KG. Mewujudkan keadilan di segala bidang kehidupan bagi perempuan dan laki-laki adalah tujuan umum yang terangkum dalam RUU ini. Membedakan hak dan kebebasan seseorang karena jenis kelamin adalah ketidakadilan. Tidak boleh membedakan perempuan karena pandangan tertentu—apalagi agama, terutama Islam—terhadap peran dan fungsinya dalam kehidupan. Dengan jelas poin f Pasal 3 menyatakan akan menghapus segala praktik yang didasarkan atas inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin. Artinya, peran khas laki-laki sebagai qowwam ‘ala an- nisa’ dan perempuan sebagai umm[un] wa rabbah al- bayt adalah pembedaan yang layak untuk dihapuskan. 3. Hak dan kewajiban warganegara Pasal 8-b menyatakan setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan melalui peraturan yang tidak diskriminatif jender. Peraturan diskriminatif—yang mereka kategorikan sebagai perundang-undangan yang tidak jelas rumusannya—jelas menyasar pada peraturan bernuansa syariah. Data yang dihimpun Komnas Perempuan sampai akhir September 2010 menunjukkan ada 189 Perda diskriminatif. Di antaranya mengenai khalwat di Aceh, pemberantasan pelacuran di Jawa Barat, keharusan berpakaian Muslim dan Muslimah di Bulukumba, serta pelarangan keluar malam bagi perempuan di Tanggerang. Komite CEDAW memberikan catatan khusus agar Pemerintah mengidentifikasi dan melakukan revisi terhadap Perda tersebut. Selain desentralisasi yang mengakibatkan diskriminasi perempuan, Komite juga mengkhwatirkan kebangkitan kelompok agama fundamentalis. Selanjutnya Pasal 9 ayat (1) menyatakan kesempatan yang sama dan perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak kesehatan reproduksi, hak pendidikan, hak ekonomi dan ketenagakerjaan, keterwakilan perempuan, perkawinan dan hubungan keluarga. Keadilan pada hak ekonomi mencakup peniadaan izin perempuan dari keluarganya sebelum bekerja pada malam hari. Terpenuhinya hak reproduksi mencakup ketidakharusan izin suami soal sterilisasi dan aborsi. Komite juga menganjurkan jaminan agar perempuan/ anak perempuan mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk kemudahan mendapatkan kontrasepsi bagi remaja untuk mengurangi tingkat aborsi tidak aman dan kehamilan. UU Perkawinan No. 1/1974 disebut Komite CEDAW mengabadikan pandangan diskeiminatif. Undang-undang itu juga dianggap tidak melindungi perempuan karena melegalkan poligami dan perkawinan dini pada perempuan berusia 16 tahun. Demi memperbesar keterwakilan perempuan, Komite mendesak Indonesia untuk memperkuat sistem kuota 30 persen bagi calon perempuan sebagai syarat wajib dalam UU Pemilu, dengan memastikan sanksi apabila syarat itu tidak dipenuhi. 4. PUG: Partisipasi masyarakat, penghargaan dan sanksi. Pengarusutamaan jender adalah strategi untuk mengintegrasikan perspektif jender atas kebijakan dan program pembangunan nasional, termasuk penghapusan segala bentuk diskriminasi dan perlindungan terhadap perempuan. Pemberdayaan masyarakat menjadi kata kunci PUG, termasuk meminta keterlibatan dunia usaha dan swasta. Pasal 20 RUU ini mencantumkan sanksi administratif atau pemberian disinsentif bagi pihak yang mencedarai komitmen PUG. Bahkan Pasal 21 ayat (2) menentukan bila terjadi tindak pidana yang dilatarbelakangi diskriminasi jender. Pidananya dapat ditambah sepertiga dari ancaman maksimum pidana yang diancamkan dalam KUHP dan UU lainnya. Jelas, ini adalah upaya untuk mendudukkan hukum positif di atas hukum syariah ciptaan Allah yang Mahatinggi! Islam Tak Memerlukan PUG Sebagaimana Kapitalisme, kelahiran ide jender berangkat dari pandangan absurd yang meniadakan penghargaan bagi perempuan. Karena itulah perempuan di luar Dunia Islam perlu berjuang untuk mendapatkan keadilan. Pada tahun 1777 perempuan di beberapa negara bagian Amerika Serikat belum mendapatkan hak pilih dalam Pemilu. Baru tahun 1920 mereka boleh memilih. Adapun di Dunia Islam, sejak abad ke-7 M Rasulullah saw. telah memberi kesempatan pada Ummu Imarah dan Ummu Mani’ untuk menjadi naqibah (wakil kelompok) bagi delegasi Baiat ‘Aqabah II. Hak mendapatkan pendidikan medis pun baru dirasakan perempuan AS saat tahun 1850 saat didirikan Female Medical College of Pennsylvania . Adapun Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1470 telah memiliki sekolah kedokteran di RS Al-Fatih dan membolehkan perempuan menjadi mahasiswanya. Sebuah risalah abad 15 M berjudul Cerrahiyet Ul Haniye of Sabuncuoglu menunjukkan dokter perempuan pada masa Utsmaniyah terlibat dalam operasi pasien perempuan. Setiap aturan yang diberlakukan Allah SWT menjamin keadilan bagi seluruh manusia. Melaksanakan Islam kaffah bukan berarti mengancam kebebasan, bahkan justru menyelamatkan masyarakat khususnya generasi muda dari kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Hakikat kedudukan perempuan dan laki-laki secara syariah adalah setara. Pelaksanaan hak dan kewajiban berlaku seimbang di antara keduanya. Namun, secara fitrah penciptaan, Allah telah membedakan keduanya dalam rangka mengemban misi kehidupan.Perbedaan tersebut diciptakan bukan untuk mendiskri-minasikan perempuan, tetapi demi harmonisasi peran masing- masing. Hikmah pembedaan hukum yang berkaitan dengan erempuan sejatinya adalah perlindungan terhadap kehormatan dan kesucian perempuan, sesuatu yang tidak disadari dan dipahami kaum feminis. Maka dari itu, Islamlah jaminan kelestarian generasi yang tangguh, bebas dari krisis keyakinan dan moralitas