Kamis, 20 Juni 2013

Kisah tsa la bah, benarkah?

Kisah Tsa’labah bin Haathib Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, Shahihkah? Sewaktu kami kecil, sering para penceramah mengkisahkan sahabat nabi bernama Tsa’labah. Mereka menceritakan bahwa Tsa’labah dulunya seorang yang miskin dan taat ibadah, tapi ketika Allah Ta’ala memberikannya kekayaaan dengan banyaknya ternak peliharaannya akhirnya dia durhaka kepada Allah Ta’ala hingga wafatnya. Banyak orang menceritakan dari mulut ke mulut, juga disebarkan dalam buku-buku, dan situs- situs Islam. Tetapi, benarkah kisah ini? Berikut ini selengkapnya kisah Tsa’labah bin Haathib: ﺎﻨﺛﺩ ﻮﺑﺃ ﺪﻳﺰﻳ ﻲﺴﻴﻃﺍﺮﻘﻟﺍ ﺎﻨﺛ ﺪﺳﺃ ﻦﺑ ﻰﺳﻮﻣ ﺎﻨﺛ ﺪﻴﻟﻮﻟﺍ ﻦﺑ ﺎﻨﺛ ﻢﻠﺴﻣ ﻥﺎﻌﻣ ﻦﺑ ﺔﻋﺎﻓﺭ ﻦﻋ ﻲﻠﻋ ﻦﺑ ﺪﻳﺰﻳ ﻦﻋ ﻢﺳﺎﻘﻟﺍ ﻦﻋ ﻲﺑﺃ ﺔﻣﺎﻣﺃ ﻥﺃ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻦﺑ ﺐﻃﺎﺣ ﻱﺭﺎﺼﻧﻷﺍ : ﻰﺗﺃ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺎﻘﻓ ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻉﺩﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻲﻨﻗﺯﺮﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﺎﻗ : ﻚﺤﻳﻭ ﺎﻳ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻞﻴﻠﻗ ﻱﺩﺆﺗ ﻩﺮﻜﺷ ﺮﻴﺧ ﻦﻣ ﺮﻴﺜﻛ ﻻ ﻪﻘﻴﻄﺗ ﻢﺛ ﻊﺟﺭ ﻪﻴﻟﺇ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻉﺩﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻲﻨﻗﺯﺮﻳ ﻻﺎﻣ ﻝﺎﻗ ﻚﺤﻳﻭ ﺎﻳ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﺎﻣﺃ ﺪﻳﺮﺗ ﻥﺃ ﻥﻮﻜﺗ ﻞﺜﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ؟ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﺖﻟﺄﺳ ﻮﻟ ﻥﺃ ﻞﻴﺴﻳ ﻲﻟ ﻝﺎﺒﺠﻟﺍ ﺎﺒﻫﺫ ﺔﻀﻓﻭ ﺖﻟﺎﺴﻟ ﻢﺛ ﻊﺟﺭ ﻪﻴﻟﺇ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻉﺩﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻲﻨﻗﺯﺮﻳ ﻻﺎﻣ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﻦﺌﻟ ﻲﻧﺎﺗﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺎﻣ ﻦﻴﺗﻭﻷ ﻞﻛ ﻱﺫ ﻖﺣ ﻪﻘﺣ ﻝﺎﻘﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ : ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻕﺯﺭﺍ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻻﺎﻣ ﺬﺨﺗﺎﻓ ﺎﻤﻨﻏ ﺖﻤﻨﻓ ﺎﻤﻛ ﻮﻤﻨﻳ ﺩﻭﺪﻟﺍ ﻰﺘﺣ ﺖﻗﺎﺿ ﺎﻬﻨﻋ ﺔﻗﺯﺃ ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍ ﻰﺤﻨﺘﻓ ﺎﻬﺑ ﻥﺎﻛﻭ ﺪﻬﺸﻳ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﻊﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻢﺛ ﺝﺮﺨﻳ ﺎﻬﻴﻟﺇ ﻢﺛ ﺖﻤﻧ ﻰﺘﺣ ﺕﺭﺬﻌﺗ ﻪﻴﻠﻋ ﻲﻋﺍﺮﻣ ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍ ﻰﺤﻨﺘﻓ ﺎﻬﺑ ﻥﺎﻜﻓ ﺪﻬﺸﻳ ﺔﻌﻤﺠﻟﺍ ﻊﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻢﺛ ﺝﺮﺨﻳ ﺎﻬﻴﻟﺇ ﻢﺛ ﺖﻤﻧ ﻰﺤﻨﺘﻓ ﺎﻬﺑ ﻙﺮﺘﻓ ﺔﻌﻤﺠﻟﺍ ﺕﺎﻋﺎﻤﺠﻟﺍﻭ ﻰﻘﻠﺘﻴﻓ ﻥﺎﺒﻛﺮﻟﺍ ﻝﻮﻘﻳﻭ ﺍﺫﺎﻣ ﻢﻛﺪﻨﻋ ﻦﻣ ﺮﺒﺨﻟﺍ ؟ ﺎﻣﻭ ﻥﺎﻛ ﻦﻣ ﺮﻣﺃ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻝﺰﻧﺄﻓ ؟ ﻪﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﻭ ﻞﺟ ﻰﻠﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ } ﺬﺧ ﻦﻣ ﻢﻬﻟﺍﻮﻣﺃ ﺔﻗﺪﺻ ﻢﻫﺮﻬﻄﺗ ﻢﻬﻴﻛﺰﺗﻭ ﺎﻬﺑ { ﻝﺎﻗ : ﻞﻤﻌﺘﺳﺎﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻰﻠﻋ ﺕﺎﻗﺪﺼﻟﺍ ﻦﻴﻠﺟﺭ ﻞﺟﺭ ﻦﻣ ﺭﺎﺼﻧﻷﺍ ﻞﺟﺭﻭ ﻦﻣ ﻲﻨﺑ ﻢﻴﻠﺳ ﺐﺘﻛﻭ ﺎﻤﻬﻟ ﺔﻨﺳ ﺔﻗﺪﺼﻟﺍ ﺎﻬﻧﺎﻨﺳﺃﻭ ﺎﻤﻫﺮﻣﺃﻭ ﻥﺃ ﺎﻗﺪﺼﻳ ﻥﺇﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺍﺮﻤﻳ ﺔﺒﻠﻌﺜﺑ ﺍﺬﺧﺄﻴﻓ ﻦﻣ ﺔﻗﺪﺻ ﻪﻟﺎﻣ ﻼﻌﻔﻓ ﻰﺘﺣ ﺎﺒﻫﺫ ﻰﻟﺇ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻩﺁﺮﻗﺄﻓ ﺏﺎﺘﻛ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻗﺪﺻ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺍﺫﺈﻓ ﺎﻤﺘﻏﺮﻓ ﺍﺮﻤﻓ ﻲﺑ ﻼﻌﻔﻓ ﻝﺎﻘﻓ : ﻪﻠﻟﺍﻭ ﺎﻣ ﻩﺬﻫ ﻻﺇ ﺔﻴﺧﺃ ﺔﻳﺰﺠﻟﺍ ﺎﻘﻠﻄﻧﺎﻓ ﻰﺘﺣ ﺎﻘﺤﻟ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺰﻧﺃﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﻭ ﻞﺟ ﻰﻠﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ } ﻢﻬﻨﻣﻭ ﻦﻣ ﺪﻫﺎﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﺌﻟ ﺎﻧﺎﺗﺁ ﻦﻣ ﻪﻠﻀﻓ { ﻰﻟﺇ ﻪﻟﻮﻗ } ﻥﻮﺑﺬﻜﻳ { ﻝﺎﻗ : ﺐﻛﺮﻓ ﻞﺟﺭ ﻦﻣ ﺭﺎﺼﻧﻷﺍ ﺐﻳﺮﻗ ﺔﺒﻠﻌﺜﻟ ﺔﻠﺣﺍﺭ ﻰﺘﺣ ﻰﺗﺃ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻝﺎﻘﻓ ﻚﺤﻳﻭ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﺎﻳ ﺖﻜﻠﻫ ﻝﺰﻧﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﺰﻋ ﻭ ﻞﺟ ﻚﻴﻓ ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ ﺍﺬﻛ ﻞﺒﻗﺄﻓ ﻊﺿﻭﻭ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﺏﺍﺮﺘﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻪﺳﺃﺭ ﻮﻫﻭ ﻲﻜﺒﻳ ﻝﻮﻘﻳﻭ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﻓ ﻞﺒﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻪﺘﻗﺪﺻ ﻰﺘﺣ ﺾﺒﻗ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻢﺛ ﻰﺗﺃ ﺎﺑﺃ ﺮﻜﺑ ﻲﺿﺭ ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻝﺎﻘﻓ : ﺎﻳ ﺎﺑﺃ ﺮﻜﺑ ﺪﻗ ﺖﻓﺮﻋ ﻲﻌﻗﻮﻣ ﻦﻣ ﻲﻣﻮﻗ ﻲﻧﺎﻜﻣﻭ ﻦﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻭ ﻢﻠﺳ ﻞﺒﻗﺎﻓ ﻲﻨﻣ ﻰﺑﺄﻓ ﻥﺃ ﻪﻠﺒﻘﻳ ﻢﺛ ﻰﺗﺃ ﺮﻤﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﺑﺄﻓ ﻥﺃ ﻞﺒﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻢﺛ ﻰﺗﺃ ﻥﺎﻤﺜﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻨﻋ ﻰﺑﺄﻓ ﻥﺃ ﻞﺒﻘﻳ ﻪﻨﻣ ﻢﺛ ﺕﺎﻣ ﺔﺒﻠﻌﺛ ﻲﻓ ﺔﻓﻼﺧ ﻥﺎﻤﺜﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ Telah bercerita kepada kami Abu Yazid Al Qarathisy, bercerita kepada kami Asad bin Musa, bercerita kepada kami Al Walid bin Muslim, bercerita kepada kami Mu’aan bin Rifa’ah, dari Ali bin Yazid, dari Al Qasim, dari Abu Umamah, bahwa Tsa’labah bin Hathib Al Anshari mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku diberikan harta.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda: “Celaka engkau wahai Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.” Kemudian Tsa’labah kembali kepadanya, dan berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar saya diberikan harta.” Nabi bersabda: “Apakah engkau tidak suka menjadi seperti Nabi Allah? Demi yang diriku di tangan- Nya, seandainya aku mau gunung-gunung mengalirkan perak dan emas, niscaya akan mengalir untukku. ” Kemudian ia (Tsa’labah) berkata: “Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, seandainya engkau meminta kepada Allah agar aku dikaruniai harta (yang banyak) sungguh aku akan memberikan haknya kepada yang berhak menerimanya.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a: “Ya Allah, berikankanlah harta kepada Tsa’labah.” Kemudian ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambing itu tumbuh beranak, sebagaimana tumbuhnya ulat. Kota Madinah terasa sempit baginya. Sesudah itu, Tsa’labah menjauh dari Madinah dan tinggal di satu lembah. Karena kesibukannya, ia hanya berjama’ah pada shalat zhuhur dan ‘ashar saja, dan tidak pada shalat-shalat lainnya. Kemudian kambing itu semakin banyak, maka mulailah ia meninggalkan shalat berjama’ah sampai shalat Jum’at juga ia tinggalkan. Suatu saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada para Shahabat: “Apa yang dilakukan Tsa’labah?” Mereka menjawab: “Ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambingnya bertambah banyak sehingga kota Madinah terasa sempit baginya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam mengutus dua orang untuk mengambil zakatnya seraya bersabda: “Pergilah kalian ke tempat Tsa’labah dan tempat fulan dari Bani Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua.” Lalu keduanya pergi mendatangi Tsa’labah untuk meminta zakatnya. Sesampainya disana dibacakan surat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan serta merta Tsa’labah berkata: “Apakah yang kalian minta dari saya ini, pajak atau semisalnya? Aku mengerti apa sebenarnya yang kalian minta ini!” Lalu keduanya pulang dan menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tatkala beliau melihat kedua- nya (pulang tidak membawa hasil), sebelum mereka berbicara, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celaka engkau, wahai Tsa’labah! Lalu turun ayat: “Dan di antara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah: ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.’ Maka, setelah Allah mem-berikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. At Taubah (9): 75-76) Setelah ayat ini turun, Tsa’labah datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia mohon agar diterima zakatnya. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam langsung menjawab: “Allah telah melarangku menerima zakatmu.” Hingga Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, beliau tidak mau menerima sedikit pun dari zakatnya. Dan Abu Bakar, ‘Umar, serta ‘Utsman pun tidak menerima zakatnya di masa kekhilafahan mereka. Tsa’labah wafat pada masa kekhilafahan Utsman bin ‘Affan. * * * * * Kisah ini diriwayatkan oleh: - Imam Abu Nu’aim dalam Ma’rifatush Shahabah No. 1310 - Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 4357 - Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 7873 - Imam Abu Bakar Asy Syaibani dalam Al Aahad wal Matsani No. 687 - Imam Ibnu Jarir Ath Thabari dalam Jami’ul Bayan, No. 16987 - Imam Ibnu Abi Hatim Ar Razi dalam Tafsirnya No. 10638 - Imam Al Qurthubi dalam Al Jami’ Li Ahkam Al Quran, 8/208 - Imam Al Baghawi dalam Ma’alim At Tanzil, 4/76 - Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/183-184 - Imam Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 11/207-208 - Imam Abul Husein Abdul Baqi bin Qani’, Mu’jam Ash Shahabah, No. 127 - Dan lainnya. Kisah ini tidak sah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab diriwayatkan oleh beberapa rawi yang dhaif, yakni: 1. Mu’aan bin Rifa’ah As Sulami Mayoritas imam jarh wa ta’dil mendhaifkannya. Yahya mengatakan: dhaif. Ar Razi dan As Sa’di mengatakan: laisa bihujjah (bukan hujjah). Ibnu Hibban mengatakan: “haditsnya tidak serupa dengan hadits-hadits yang kuat maka mesti ditinggalkan.” Al Azdi mengatakan: “haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah.” (Imam Ibnul Jauzi, Adh Dhu’afa wal Matrukin, No. 3353. Lihat juga Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 3/36) Al Jauzajaani mengatakan: bukan hujjah. Ya’qub bin Sufyan mengatakan: layyinul hadits – lemah haditsnya. Imam Ibnu Hibban mengatakan: munkarul hadits. Ibnu ‘Adi mengatakan: “kebanyakan hadits darinya tidak bisa diikuti.” (Imam Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 10/182) Imam Ibnu Hajar mengatakan: “Saya telah membaca tulisan Adz Dzahabi, bahwa Mu’aan wafat sekitar bersamaan dengan Al Auza’i, dan dia (Mu’aan) adalah pemilik hadits yang tidak teliti (mutqin).” (Ibid. Lihat juga Imam Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, No. 8619) Abu Hatim mengatakan: haditsnya boleh ditulis tapi tidak bisa dijadikan hujjah. Yahya mengatakan: dhaif. (Imam Adz Dzahabi, Al Kasyif No. 5513) Hanya sedikit yang mentsiqahkan, Duhaim mengatakan: tsiqah. (Ibid), begitu pula Ali bin Al Madini. (Imam Adz Dzahabi, Al Mughni fi Adh Dhuafa, No. 6309), Imam Ahmad mengatakan: laa ba’sa bihi – tidak apa-apa. (Imam Ibnu Al Mubarrad, Bahr Ad Dam, Hal. 152), Muhammad bin ‘Auf dan Abu Daud mengatakan: tidak apa- apa. (Imam Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahzib, 10/182) Lalu bagaimana menilai Mu’aan bin Rifa’ah ini? Di tengah badai kritikan baginya namun ada pula yang memujinya. Kaidahnya adalah: jarh mufassar muqaddamun ‘ala ta’dilil ‘aam – kritikan yang terperinci lebih diutamakan dibanding pujian yang masih umum. Maka, dia tetap seorang perawi yang dhaif, sebab kritikan (jarh) yang diterimanya telah dirinci sebagaimana rincian Ibnu Hibban,ada pun pujiannya (ta’dil) masih bersifat umum. Wallahu A’lam 2. Ali bin Yazid Abu Abdul Malik Imam An Nasa’i mengatakan: matrul hadits – haditsnya ditinggalkan. Imam Bukhari mengatakan: munkarul hadits – haditsnya munkar. (Imam Al Muqrizi, Al Mukhtashar Al Kamil fi Adh Dhuafa, No. 1338, Lihat juga Al ‘Uqaili dalam Adh Dhuafa, No. 1259) Imam Ad Daruquthni memasukannya dalam kitabnya Adh Dhuafa wa Matrukin. (No. 408), selain itu beliau juga didhaifkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Hatim, dan Imam Abu Zur’ah. (Imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wa At Ta’dil, No. 1142) Imam Ibnu Hazm mengatakan: “Mu’aan bin Rifa’ah, Al Qasim bin Abdurrahman, dan Ali bin Yazid, semuanya adalah dhaif.” (Al Muhalla, 11/208) Oleh karena itu, segenap para ulama pun telah mendhaifkan hadits ini. Imam Ibnu Hazm mengatakan: “Hadza Baathil, li anna tsa’labah badriy ma’ruuf- hadits ini batil, karena Tsa’labah adalah dikenal sebagai Ahli Badar. ” (Lihat Al Muhalla, 11/208) Imam Ibnu Hajar mengatakan: “Dhaif jiddan – lemah sekali.” (Takhrij Ahadits Al Kasyaaf, Hal. 77), juga didhaifkan oleh Imam As Suyuthi. (Asbabun Nuzul, Hal. 121), Imam Al ‘Iraqi. (Takhrij Ahadits Al Ihya’, 3/338), Imam Al Qurthubi. (Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 8/210) Syaikh Ali Hasyisy mengatakan dhaif jiddan. (Lihat Silsilah Al Ahadits Al Wahiyah, Hal. 248, No. 158), Syaikh Al Albani juga mengatakan: dhaif jiddan. (As Silsilah Adh Dhaifah No. 1607) Catatan: Hadits ini selain dhaif riwayatnya, tapi juga buruk secara makna, yakni telah menjadikan salah satu sahabat nabi yang mulia, bernama Tsa’labah bin Haathib seorang Ahli Badar dan golongan Anshar, sebagai sosok yang durhaka. Hal ini merupakan tuduhan yang berat kepadanya, dan dusta terhadapnya. Padahal Ahli Badar telah Allah Ta’ala maafkan dan diampuni dosa-dosanya, dan dijamin masuk surga, sebagaimana diriwayatkan oleh hadits-hadits shahih. Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ْﻦَﻟ َﻞُﺧْﺪَﻳ َﺭﺎَّﻨﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭ َﺪِﻬَﺷ ﺍًﺭْﺪَﺑ َﺔَﻴِﺒْﻳَﺪُﺤْﻟﺍَﻭ Tidak akan pernah masuk ke neraka seorang yang ikut perang Badar dan Hudaibiyah. (HR. Ahmad No. 15297, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: hasan. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No. 15297. Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 33894, Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 2160) Dahulu ada sahabat nabi, Hatib bin Abi Baltha’ah Radhiallahu ‘Anhu dan dia seorang Ahli Badar, yang telah membocorkan rahasia negara ketika menjelang penaklukan kota Mekkah (Fathul Makkah). Beliau mengirim utusan seorang wanita untuk membawa surat ke Mekkah kepada sanak familinya perihal penaklukan itu. Namun Rasulullah mengetahui rencana Hatib ini, Beliau mengutus Ali, Az Zubeir, dan Miqdad untuk mengejar utusan tersebut, dan akhirnya terkejar. Para sahabat pun marah kepada Hatib bin Abi Baltha’ah, bahkan Umar mengatakan: “Ya Rasulullah, Da’ni adhribu ‘unuqa haadzal munaafiq – Ya Rasulullah, biarkan saya memenggal leher si munafiq ini.” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ُﻪَّﻧِﺇ ْﺪَﻗ ﺍًﺭْﺪَﺑ َﺪِﻬَﺷ ﺎَﻣَﻭ َﻚﻳِﺭْﺪُﻳ َّﻞَﻌَﻟ َﻪَّﻠﻟﺍ ْﻥَﺃ َﻥﻮُﻜَﻳ ْﺪَﻗ َﻊَﻠَّﻃﺍ ﻰَﻠَﻋ ِﻞْﻫَﺃ ٍﺭْﺪَﺑ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺍﻮُﻠَﻤْﻋﺍ ﺎَﻣ ْﻢُﺘْﺌِﺷ ْﺪَﻘَﻓ ُﺕْﺮَﻔَﻏ Dia telah ikut perang Badar, apakah engkau tidak tahu bahwa barang kali Allah Ta’ala telah memandang Ahli Badar, lalu Dia berkata: lakukan apa yang kalian mau, kalian telah Aku ampuni. (HR. Bukhari No. 3007 dan Muslim No. 2494) Demikian mulia kedudukan Ahli Badar, dan Tsa’labah bin Haathib juga termasuk Ahli Badar. Selain itu, kisah dalam riwayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menolak amal shalih dan maaf hambaNya. Ini juga bertentangan dengan sifat Allah Ta’ala sebagai Al Ghafur (Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Maha Penyayang). Kemudian riwayat ini juga mengandung makna bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memaafkan Tsa’labah sampai dirinya wafat. Ini jelas bertentangan dengan akhlak Beliau yang asyidda’u ‘alal kuffar wa ruhama’u bainahum – keras terhadap orang kafir dan berkasih sayang terhadap mereka (orang-orang mukmin/para sahabatnya). Maka, hendaknya kita –khususnya para penceramah- hati-hati menyebarkan kisah ini, sebab akan membawa dampak pembunuhan karakter terhadap sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan itu pun menjadi dusta atas nama sahabat nabi dan merupakan celaan terhadap mereka. Dan, mencela sahabat nabi tidaklah sama dengan mencela manusia kebanyakan. Wal ‘Iyadzu billah. Wallahu A’lam

Kisah anak Durhaka Alqomah, benarkah?

Kisah ini sering kita dengar disampaikan oleh guru-guru agama di surau dan di sekolah, untuk mendidik anak-anak agar mereka tidak berdurhaka kepada kedua orang tua. Demikian ini bunyi haditsnya: ﻦﻋﻭ ﺪﺒﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﺑ ﻲﺑﺃ ﻰﻓﻭﺃ ، ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻨﻋ ، ﻝﺎﻗ : ﺎﻨﻛ ﺪﻨﻋ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ ﻩﺎﺗﺄﻓ ﺕﺁ ، ﻝﺎﻘﻓ : ﺏﺎﺷ ﺩﻮﺠﻳ ﻪﺴﻔﻨﺑ ، ﻞﻴﻗ ﻪﻟ : ﻞﻗ : ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ .ﻪّﻠﻟﺍ ﻢﻠﻓ .ﻊﻄﺘﺴﻳ ﻝﺎﻘﻓ : ﻥﺎﻛ ﻲﻠﺼﻳ ؟ ﻝﺎﻗ : .ﻢﻌﻧ ﺾﻬﻨﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ ﺎﻨﻀﻬﻧﻭ ﻞﺧﺪﻓ ﻪﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﺏﺎﺸﻟﺍ ، ﻝﺎﻘﻓ ﻪﻟ : ﻞﻗ : ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪّﻠﻟﺍ , ﻝﺎﻘﻓ : ﻻ ﻊﻴﻄﺘﺳﺃ ، ﻝﺎﻗ : ﻢﻟ ؟ ﻝﺎﻗ : ﻥﺎﻛ ﻖﻌﻳ .ﻪﺗﺪﻟﺍﻭ ﻝﺎﻘﻓ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ : ﺔﻴﺣﺃ ﻪﺗﺪﻟﺍﻭ ؟ ﺍﻮﻟﺎﻗ : ﻢﻌﻧ ، ﻝﺎﻗ : ﺎﻫﻮﻋﺩﺍ , ﺕﺀﺎﺠﻓ ، ﻝﺎﻘﻓ : ﺍﺬﻫ ﻚﻨﺑﺍ ؟ ﻝﺎﻘﻓ : ﻢﻌﻧ , ﻝﺎﻘﻓ ﺎﻬﻟ : ﺖﻳﺃﺭﺃ ﻮﻟ ﺭﺎﻧ ﺖﺠﺟﺃ ﺔﻤﺨﺿ ، ﻞﻴﻘﻓ ﻚﻟ : ﻥﺇ ﺖﻌﻔﺷ ﻪﻟ ﺎﻨﻴﻠﺧ ﻪﻨﻋ ﻻﺇﻭ ﻩﺎﻨﻗﺮﺣ ﻩﺬﻬﺑ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﺖﻨﻛﺃ ﻦﻴﻌﻔﺸﺗ ﻪﻟ ؟ ﻝﺎﻗ : ﺎﻳ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ ، ﺍًﺫﺇ ﻊﻔﺷﺃ ، ﻝﺎﻗ : ﻱﺪﻬﺷﺄﻓ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﻨﻳﺪﻬﺷﺃﻭ ﻚﻧﺃ ﺪﻗ ﺖﻴﺿﺭ ﻪﻨﻋ ، ﻝﺎﻗ : ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻲﻧﺇ ﻙﺪﻬﺷﺃ ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻚﻟﻮﺳﺭ ﻲﻧﺃ ﺪﻗ ﺖﻴﺿﺭ ﻦﻋ ﻲﻨﺑﺍ , ﻝﺎﻘﻓ ﻪﻟ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴَﻠَﻋ ﻢَّﻠَﺳﻭ : ﺎﻳ ﻡﻼﻏ ، ﻞﻗ : ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻩﺪﺣﻭ ﻻ ﻚﻳﺮﺷ ﻪﻟ ، ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻥﺃ ﺍًﺪﻤﺤﻣ ﻩﺪﺒﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ , ﺎﻬﻟﺎﻘﻓ ، ﻝﺎﻘﻓ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠَﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻢَّﻠَﺳﻭ ﻪﻴَﻠَﻋ : ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻪّﻠﻟ ﺎﻤﻳﺬﻟﺍ ﻩﺬﻘﻧﺃ ﻲﺑ ﻦﻣ ﺭﺎﻨﻟﺍ . Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata: Kami pernah berada bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu datanglah seseorang, ia berkata, "Ada seorang pemuda yang nafasnya hampir putus, lalu dikatakan kepadanya, ucapkanlah Laa ilaaha illallah,akan tetapi ia tidak sanggup mengucapkannya." Beliau bertanya kepada orang itu," Apakah anak muda itu masih menjalankan shalat?" Jawab orang itu,"Ya." Lalu Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bangkit berdiri dan kami pun berdiri besama beliau, kemudian beliau masuk menemui anak muda itu, beliau bersabda kepadanya,"Ucapkan Laa ilaaha illallah." Anak muda itu menjawab, "Saya tidak sanggup." Beliau bertanya, "Kenapa?" Dijawab oleh orang lain, "Dia telah durhaka kepada ibunya." Lalu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, "Apakah ibunya masih hidup?" Mereka menjawab, "Ya". Beliau bersabda, "Panggillah ibunya kemari," Lalu datanglah ibunya, maka belaiu bersabda, "Ini anakmu?" Jawabnya, "Ya." Beliau bersabda lagi kepadanya, "Bagaimana pandanganmu kalau sekiranya dibuat api unggun yang besar lalu dikatakan kepadamu: Jika engkau memberikan syafa'atmu (yaitu memaafkannya, pen) kepadanya niscaya akan kami lepaskan dia, dan jika tidak pasti kami akan membakarnya dengan api, apakah engkau mau memberikan syafa'at kepadanya?" Perempuan itu menjawab, "Kalau begitu, aku akan memberikan syafa'at kepadanya." Beliau bersabda," Maka Jadikanlah Allah sebagai saksinya dan jadikanlah aku sebagai saksinya sesungguhnya engkau telah meridhai anakmu." Perempuan itu berkata, "Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai saksi dan aku menjadikan RasulMu sebagai saksi sesungguhnya aku telah meridhai anakku". Kemudia Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada anak muda itu, "Wahai anak muda ucapkanlah Laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna muhammada 'abduhu wa rasuluhu." Lalu anak muda itupun dapat mengucapkannya. Maka bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka, lantaran diriku.” Imam Al Bushiri Rahimahullah mengomentari hadits ini: ﻩﺍﻭﺭ ﺪﻤﺣﺃ ﻦﺑ ﻊﻴﻨﻣ ، ﻲﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍﻭ ﻆﻔﻠﻟﺍﻭ ﻪﻟ ، ﺪﺒﻋﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﺑ ﺪﻤﺣﺃ ﻦﺑ ﻞﺒﻨﺣ ، ﻝﺎﻗﻭ : ﻢﻟ ﺙﺪﺤﻳ ﻲﺑﺃ ﺍﺬﻬﺑ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ، ﺏﺮﺿ ﻪﻴﻠﻋ ﻦﻣ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﻪﻧﻷ ﻢﻟ ﺽﺮﻳ ﺚﻳﺪﺣ ﺪﺋﺎﻓ ﻦﺑ ﺪﺒﻋ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ، ﻥﺎﻛﻭ ﻩﺪﻨﻋ ﻙﻭﺮﺘﻣ .ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ُﺖﻠﻗ : ﻪﻔﻌﺿﻭ ﻦﺑﺍ ﻦﻴﻌﻣ ﻮﺑﺃﻭ ﻢﺗﺎﺣ ، ﻮﺑﺃﻭ ﺔﻋﺭﺯ ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍﻭ ، ﻮﺑﺃﻭ ﺩﻭﺍﺩ ﻲﺋﺎﺴﻨﻟﺍﻭ ، ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍﻭ ﻢﻫﺮﻴﻏﻭ ، ﻝﺎﻗﻭ ﻢﻛﺎﺤﻟﺍ : ﻯﻭﺭ ﻦﻋ ﻦﺑﺍ ﻲﺑﺃ ﻰﻓﻭﺃ ﺚﻳﺩﺎﺣﺃ ﺔﻋﻮﺿﻮﻣ . Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, Ath Thabarani –dan ini adalah lafaz miliknya-, dan Abdullah bin Ahmad bin Hambal, dia berkata: “Ayahku (Imam Ahmad) belum pernah membicarakan hadits ini, Beliau menghilangkannya dari kitabnya, karena beliau tidak ridha dengan hadits Faaid bin Abdurrahman. Menurutnya (Imam Ahmad), Faaid adalah matrukul hadits – haditsnya ditinggalkan. Aku (Al Bushiri) berkata: “Dia didhaifkan oleh Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Al Bukhari, Abu Daud, An Nasa’i, At Tirmidzi, dan selain mereka. Al Hakim berkata: diriwayatkan dari Ibnu Abi ‘Aufa hadits-hadits palsu.” (Imam Al Bushiri, Az Zawaid, No. 5039) Imam Al Haitsami juga mengatakan demikian: ﻩﺍﻭﺭ ﻲﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ ﺪﻤﺣﺃﻭ ﺭﺎﺼﺘﺧﺄﺑ ﺮﻴﺜﻛ ﻪﻴﻓﻭ ﺪﺋﺎﻓ ﻮﺑﺃ ﺀﺎﻗﺭﻮﻟﺍ ﻮﻫﻭ ﻙﻭﺮﺘﻣ Diriwayatkan oleh Ath Thabarani dan Ahmad dengan banyak diringkas, dan di dalam sanadnya terdapat Faaid bin Abdurrahman Abu Al Waraqa’, dan dia adalah matruk. (Majma’ Az Zawaid, 8/148) Syaikh Al Albani mengatakan tentang hadits ini: dhaif jiddan. (Dhaif Targhib wat Tarhib, No. 1487) Imam Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa hadits ini tidak sah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam sanadnya terdapat Faaid. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan: matrukul hadits. Yahya mengatakan: “Bukan apa-apa.” Ibnu Hibban mengatakan: “tidak boleh berhujjah dengannya.” Al ‘Uqaili mengatakan: “Tidak ada yang menjadi mutaba’ah (penguat) hadits ini, kecuali dari orang yang seperti dia juga.” Dalam sanadnya juga terdapat Daud bin Ibrahim. Imam Abu Hatim mengatakan: Dia berdusta. (Lihat Al Maudhu’at, 3/87) Maka jelaslah bahwa hadits ini tidak sah disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagaimana yang diterangkan para imam muhadditsin. Catatan: Al Qamah adalah sahabat Nabi, dan belum pernah ada riwayat shahih yang menunjukkan bahwa sahabat nabi durhaka kepada orang tuanya, apalagi terhadap ibu mereka. Hadits ini pun juga menjadi pembunuhan karakter terhadap kepribadian sahabat nabi. Selain itu, masih banyak cara untuk mendidik manusia untuk berbakti kepada orang tua mereka, yaitu dengan ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits yang shahih. Maka, cukupkanlah diri kita dengan keduanya, bukan kisah-kisah yang tidak jelas kebenarannya. Sekian. Wallahu A’lam Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi ajmain Farid Numan Hasan

Menghadapi Para Pendengki

Menghadapi Para Pendengki Oleh: Farid Nu’man Hasan Menyeru manusia kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, ibarat perdagangan. Seorang yang berdagang pasti memiliki pesaing. Ada pesaing yang sehat dan ada pula yang hasud (dengki). Si pendengki akan melakukan upaya apa saja untuk menggembosi pedagang lain yang lebih laku. Ia katakan kepada manusia: hati-hati dengan pedagang itu, barang dagangannya syubhat, tidak berkualitas, tidak orisinil, dan lain-lain, dengan tujuan pelanggan beralih kepadanya. Begitu pula segala macam bentuk fitnah, tuhmah (tuduhan), tha’nah (tikaman), yang dialami jamaah da’wah dan tokoh-tokohnya. Sayangnya semua itu bukan hanya datang dari kaum sekuler yang anti agama, tetapi juga sesama pejuang Islam yang memiliki bendera dan seruan yang sama. Lalu bagaimana para da’i menyikapinya? Berikut akan kami kutip nasihat Syaikh Dr. ’Aidh Abdullah Al Qarny hafizhahullah dari buku Silakan Terpesona, hal. 187. Cet.3, Penerbit Sahara Publishers. Jakarta, Juni 2005. Beliau menulis: Bagaimanapun Anda berbuat baik kepada orang yang hasud, misalnya membawakan makanan dan minuman kepadanya, memakaikan pakaiannya, membawakan air wudhunya, menyikatkan permadaninya, membersihkan rumahnya, dan lain-lain, Anda akan tetap dianggapnya sebagai musuh. Mengapa demikian? Sebab, hal-hal yang menjadi pemicu permusuhan dengannya itu masih melekat pada diri Anda, yaitu keutamaan, ilmu pengetahuan, tata krama, harta, atau jabatan Anda. Bagaimana pun Anda tidak akan dapat berdamai dengannya selama Anda belum menanggalkan karunia- karunia tersebut dari diri Anda. Orang yang iri hati akan selalu menunggu-nunggu saat Anda terpeleset, menanti-nanti kapan Anda terjatuh, dan berangan-angan suatu saat Anda tergelincir. Hari terbaik baginya adalah hari Anda jatuh sakit, malam terindah baginya adalah malam Anda jatuh miskin, dan saat-saat paling membahagiakan baginya adalah hari Anda tertimpa bencana, dan waktu yang paling disukainya adalah hari Dia melihat Anda gelisah, resah, sedih, dan rapuh. Momen yang paling menyiksanya adalah ketika ia melihat Anda menjadi kaya raya. Berita paling menyedihkannya adalah ketika Anda meraih keberuntungan dan menjadi orang terhormat. Dan bencana paling besar baginya adalah ketika Anda mendapat promosi. Tawa Anda adalah tangisnya, pesta Anda adalah upacara kematiannya, dan keberhasilan Anda adalah kegagalannya. Dia akan melupakan segala-galanya tentang diri Anda, kecuali kesalahan-kesalahan Anda. Dia tidak memandang apa pun kepada diri Anda, kecuali pada kekurangan-kekurangan Anda. Kesalahan Anda yang kecil, baginya lebih besar daripada gunung Uhud. Dosa Anda yang sepele, menurutnya lebih berat daripada gunung Tsahlan. Meskipun Anda lebih fasih daripada Sahban, baginya Anda lebih gagap daripada Baqil. Meskipun Anda lebih dermawan daripada Hatim, baginya Anda lebih kikir darpada Madir. Meskipun Anda lebih cerdas daripada Asy Syafi’i, dia memandang Anda lebih bodoh dari pada Habnaqah. Orang yang memuji Anda di hadapannya dianggapnya pendusta. Orang yang menyanjung Anda di dekatnya dianggapnya orang munafik. Orang yang memuji Anda di majelisnya dianggapnya orang rendah yang tak tahu etika. Sebaliknya, dia mempercayai orang yang mencela Anda, menyukai orang yang membenci Anda, mendekati orang yang memusuhi Anda, menolong orang yang tidak menyukai dan tidak akrab dengan Anda. Warna putih menurut pandangan mata Anda, terlihat hitam baginya. Siang dalam penglihatan Anda, malam dalam pandangannya. Maka dari itu, janganlah Anda menjadikannya sebagai hakim dalam perkara Anda dengan orang lain, karena dia telah memvonis Anda bersalah sebelum mendengar tuntutan dan melihat bukti-bukti. Janganlah Anda membocorkan rahasia kepadanya, karena dia sangat bersemangat menyebarkan dan menyiarkannya. Ia menyimpan kekeliruan Anda sampai hari ia membutuhkannya dan mencatat kesalahan Anda sampai hari ia memerlukannya. Cara menghadapinya hanyalah menghindari dan meninggalkannya, menghilang dari pandangannya, menjauhi rumahnya, dan menyingkir dari tempatnya. Sebab, dia sebenarnya adalah sang penindas yang berpenampilan orang yang tertindas. Tak usah Anda membalasnya, sudah cukup baginya kepahitan di kerongkongannya, duka nestapa yang dialaminya, kesedihan yang merundungnya, dan kecelakaan yang dirasakannya. Andalah yang membuatnya sakit dan menderita; andalah yang membuatnya tidak bisa tidur dan gundah gulana; andalah yang mendatangkan kegelisahan, kesedihan, kelelahan, dan keletihan padanya. Aku berhasil, maka sujudlah orang yang dulu mencela diriku Dia tidak kucela, itulah pemaafan dan penghinaanku baginya Itu juga yang kualami di antara keluarga dan orang sebangsaku Sebab, barang yang berharga memang aneh di mana saja berada Orang yang iri pada kebaikanku, berdusta di belakangku Berghibah sembunyi-sembunyi, memuji-muji di depan mata Demikian nasihat dari Syaikh Dr. ’Aidh al Qarny hafizhahullah Sungguh, kedengkian adalah penyakit mematikan bagi pengidapnya. Hatinya sempit, jiwanya bergoncang, pikiran pun buram, karena semua telah diliputi rasa khawatir terhadap kemuliaan dan kemajuan orang lain, lalu sedih terhadap kebahagian orang lain, dan marah terhadap pujian yang diterima mereka. Ia menolak dan membantah ketika ada ulama atau tokoh yang memberi kesaksian positif terhadap aktivis da’wah lain. Ia cari-cari alasan agar kesaksian itu menjadi mentah dan tidak berharga. Sungguh betapa lelah dan payahnya orang seperti itu. Orang-orang yang disebutnya ahli bid’ah, ternyata disebut Ahlus Sunnah oleh para ulama, tokoh yang disebutnya sebagai teroris dan khawarij, ternyata disebut mujahid yang syahid oleh para ulama. Akhirnya, ia hidup hingga matinya diliputi kebencian, angkara murka, dan tanpa kasih sayang sesama muslim, kecuali yang dirahmati oleh Allah ’Azza wa Jalla untuk berubah. Di mana saja berada, orang-orang seperti ini menjadi kerikil dalam sepatu bagi saudaranya sesama muslim. Kecil tetapi mengganggu, atau seperti kutil, kecil tetapi merusak pemandangan. Kritik yang dilakukan bukan didasari cinta dan ilmu, tetapi amarah, dendam, dan pelampiasan hawa nafsu. Semua akan dilakukan, semua menjadi sarana, semua yang menjadi musuh pada masa lalu menjadi kawan masa kini, .... karena satu tujuan, satu target dan sasaran, kehancuran da’wah dan tokoh-tokohnya. Dengki tidaklah memandang usia dan tempat, ia bisa diidap siapa saja dan hidup di mana saja. Orang yang menjadi korban juga tidak memandang usia dan posisi, siapa saja pernah menjadi sasaran kedengkian. Baik itu jamaah, ulama, da’i, politisi, tokoh negara, guru, pedagang, dan sebagainya. Maka carilah ridha Allah ’Azza wa Jalla dalam berda’wah, jangan hiraukan ucapan yang melemahkan, tuduhan yang menggoncangkan, dan fitnah yang membingungkan, karena ketika Anda menjadikan Allah ’Azza wa Jalla sebagai satu- satunya tujuan dan tempat bersandar, maka musuh-musuhmu akan tidak bisa berbuat apa- apa kecuali celaka bagi dirinya sendiri. Wallahu A’lam wa Lillahil ’Izzah (Farid Nu’man, April 2007, dengan beberapa editan. Pernah dimuat majalah Tatsqif 2007)

Senin, 17 Juni 2013

Pengaruh orangtua terhadap perkwmbangan anak

diekspresikan sehingga menciptakan suasana emosional . Santrock dalam bukunya Educational Psychology (2011) menyinggung 4 macam parenting styles, yaitu authoritative, authoritarian, neglectful , dan indulgent . 1 . Authoritative Parenting Orang tua yang authoritative berperilku hangat namun tegas . Mereka mendorong anaknya menjadi mandiri dan memiliki kebebasan namun tetap meberi batas dan kontrol pada anaknya. Mereka memiliki standard namun juga memberi harapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak . Mereka menunjukkan kasih sayang , sabar mendengarkan anaknya, mendukung keterlibatan anak dalam membuat keputusan keluarga , dan menanamkan kebiasaan saling menghargai hak - hak orang tua dan anak . Hal ini mampu memberi kesempatan kedua pihak ( orang tua dan anak ) untuk dapat saling memahami satu sama lain dan menghasilkan keputusan yang dapat diterima kedua pihak. Kualitas pengasuhan ini diyakini dapat lebih memicu keberanian, motivasi , dan kemandirian . Pola asuh ini juga dapat mendorong tumbuhnya kemampuan sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab sosial. Mereka juga tumbuh dengan baik , bahagia, penuh semangat , dan memiliki kemampuan pengendalian diri sehingga mereka memiliki kematangan sosial dan moral , lincah bersosial , adaptif, kreatif , tekun belajar di sekolah , serta mencapai prestasi belajar yang tinggi . Pada intinya , orang tua yang menggunakan pola authoritative dapat meningkatkan perasaan positif anak , memiliki kapabilitas untuk bertanggung jawab, dan mandiri . 2 . Authoritarian Parenting Orang tua authoritarian menuntut kepatuhan dan konformitas yang tinggi dari anak -anak . Mereka lebih banyak menggunakan hukuman, batasan, kediktatoran , dan kaku. Mereka memiliki standard yang dibuat sendiri baik dalam aturan , keputusan, dan tuntutan yang harus ditaati anaknya. Bila dibandingkan dengan pola asuh lainnya , orang tua authoritarian cenderung kurang hangat , tidak ramah, kurang menerima , dan kurang mendukung kemauan anak , bahkan lebih suka melarang anaknya mendapat otonomi ataupun terlibat dalam pembuatan keputusan. Pengasuhan dengan pola ini berpotensi memunculkan pemberontakan pada saat remaja , ketergantungan anak apada orang tua , merasa cemas dalam pembandingan sosial, gagal dalam aktivitas kreatif , dan tidak efektif dalam interaksi sosial. Ia juga cenderung kehilangan kemampuan bereksplorasi , mengucilkan diri , frustasi , tidak berani menghadapi tantangan , kurang berkeinginan mengetahi secara intelektual, kurang percaya diri, serta tidak bahagia. 3 . Neglect Parenting Pola pengasuhan ini disebut juga indifferent parenting. Dalam pola pengasuhan ini, orang tua hanya menunjukkan sedikit komitmen dalam mengasuh anak , mereka hanya memiliki sedikit waktu dan perhatian untuk anaknya. Akibatnya , mereka menanggulangi tuntutan anak dengan memberikan apapun yang barang yang diinginkan selama dapat diperoleh. Padahal hal tersebut tidak baik untuk jangka panjang anaknya, misalnya terkait peran dalam pekerjaan rumah dan perilaku sosial yang dapat diterima secara umum . Orang tua pola ini cenderung tidak tahu banyak tentang aktivitas anaknya . Mereka jarang berbicang- bincang dan hampir tidak mempedulikan pendapat anaknya dalam membuat keputusan. Orang tua neglect atau indifferent bisa saja menganiaya anaknya , menerlantarkan anaknya, dan mengabaikan kebutuhan maupun kesulitan anaknya. Minimnya kehangatan dan pengawasan orang tua membuatnya terpisah secara emosional dengan anaknya sehingga membuat anak minimal dalam segala aspek , baik kognisi , bermain , kemampuan emosional dan sosial termasuk kedekatan / kelekatan pada orang lain. Jika terus menerus terjadi , akan membuat anak berkemampuan rendah dalam menolerir frustasi , pengendalian emosi, perilaku, dan prestasi sekolahnya pun amat buruk . Ia sering kurang matang , kurang bertanggung jawab, lebih mudah dihasut dan dibujuk teman sebayanya, serta kurang mampu menimbang posisinya. 4 . Indulgent Parenting Orang tua indulgent atu permissive berperilaku highly involved pada anaknya . Mereka cenderung menerima , lunak, dan lebih pasif dalam kedisiplinan . Mereka mengumbar cinta kasih tetapi menempatkan sangat sedikit tuntutan terhadap perilaku anak dan memberi kebebasan tinggi pada anak untuk bertindak sesuai keinginannya . Terkadang orang tuanya mengizinkan ia mengambil keputusn meski belum mampu melakukannya . Orang tua semacam ini cenderung memanjakan anak , ia membiarkan anaknya mengganggu orang lain, melindungi anak secara berlebihan , membiarkan kesalahan diperbuat anaknya , menjauhkan anak dari paksaan , keharusan, hukuman, dan enggan meluruskan penyimpangan perilaku anak . Baumrind ( dalam Barus , 2003) menemukan bahwa anak yang menerima pola pengasuhan ini sangat tidak matang dalam berbagai aspek psikososial. Mereka impulsive , tidak patuh, menentang jika diminta sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sesaatnya , kurang tenggang rasa , dan kurang toleran dalam bersosialisasi. Pemanjaan terhadap anak dapat menyuburkan keinginan ketergantungan dan melemahkan dorongan untuk berprestasi . Thornburg (dalam Barus , 2003) mengemukakan dua alasan mengapa anak yang diasuh dengan pola seperti ini tidak dapat ditingkatkan perilaku tanggung jawabnya . Yaitu , (1 ) parents who are permissive give little guidance or direction to their adolescents and (2 ) adolescents do not tend to model the behavior of a parent in the permissive home . Berdasarkan penjelasan di atas , dapat dipahami bahwa pola asuh orang tua begitu berpengaruh terhadap kondisi perkembangan anak termasuk dalam prestasinya. Bila anak berada dalam pengasuhan yang kondusif , maka anak akan terbantu dalam proses kematangan perkembangan kognitif , afeksi , dan konasinya . Anak yang dibesarkan dari keluarga authoritative lebih mapan secara psikososial dan lebih berprestasi dibandingkan anak -anak yang dibesarkan dari keluarga authoritarian, neglect , dan indulgent .

Panduan amal dibulan sya ban

Kita tengah berada di bulan Sya ’ ban setelah melepaskan bulan Rajab yang penuh dengan kenangan - kenangan heroisme sejarah kaum Muslimin . Bulan Sya ’ ban termasuk bulan- bulan tahun Hijriyah. Secara bahasa bisa berarti menyebar dan berpencar . Konon , dinamakan bulan itu karena orang -orang Arab kuno di bulan ini berpencaran untuk mencari air . Atau mereka berpencar dalam serangan kepada musuh. Ada pula yang mengatakan sya ’ aba berarti muncul, sebab ia muncul diantara bulan Rajab dan Ramadhan . Dengan kasih sayang - Nya Allah memberi kesempatakan kepada kita untuk beramal di bulan ini, sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan yang sarat dengan kebaikan yang memicu seorang muslim untuk mengerahkan segenap potensinya demi kesuksesan mendapatkan kasih sayang , ampunan, dan dijauhkan dari jilatan api neraka . Maka , bulan Ramdhan layak untuk ditunggu kehadirannya bahkan layak untuk disambut dengan gegap gempita, dengan kesiapan mental dan spiritual. Sya ’ ban adalah bulan pemanasan dan bulan penyiapan. Dan hanya orang yang memiliki kesiapan yang akan sukses meraih kebaikan bulan Ramadhan . Rasul dan para Salafus -Shalih pun menjadikannya sebagai landasan pacu untuk terbangkan diri ke angkasa ampunan dan keberkahan bulan yang padanya terdapat satu malam senilai seribu bulan kebaikan . Kendatipun terdapat fakta lain tentang bulan ini seperti yang diungkapkan oleh Nabi yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya, bahwa ia adalah bulan yang terlupakan , karena diapit oleh dua bulan ‘ besar ’ . Yakni bulan Haram (Ashurul Hurum ), Rajab dan bulan Ramadhan . Usamah bin Zaid menuturkan kisahnya bersama Rasulullah, ُﺖْﻠُﻗ ﺎَﻳ َﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ ْﻢَﻟ ِﻙَﺭَﺃ ُﻡْﻮُﺼَﺗ ْﻦِﻣ ٍﺮْﻬَﺷ َﻦِﻣ ِﺭْﻮُﻬُّﺸﻟﺍ ﺎَﻣ ُﻡْﻮُﺼَﺗ ْﻦِﻣ َﻥﺎَﺒْﻌَﺷ ، َﻝﺎَﻘَﻓ : “َﻙﺍَﺫ ٌﺮْﻬَﺷ َﻞَّﻔَﻐَﺗ ﺱُﺎَّﻨﻟﺍ ِﻪْﻴِﻓ ُﻪْﻨَﻋ ، َﻦْﻴَﺑ ٍﺐَﺟَﺭ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭَﻭ ، َﻮُﻫَﻭ ُﺮْﻬَﺷ ُﻊَﻓْﺮُﺗ ِﻪْﻴِﻓ ُﻝﺎَﻤْﻋَﻷﺍ ﻰَﻟِﺇ ِّﺏَﺭ َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟﺍ ، ُّﺐِﺣُﺃَﻭ ْﻥَﺃ َﻊَﻓْﺮُﻳ ﻲِﻠَﻤَﻋ ﺎَﻧَﺃَﻭ ٌﻢِﺋﺎَﺻ “ Aku bertanya , ‘ Ya Rasulullah , aku tidak melihatmu berpuasa diantara bulan- bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya ’ ban . ’ Beliau menjawab , ‘ Dia adalah bulan dimana manusia melupakannya , ( karena berada ) diantara Rajab dan Ramadhan . Dan dia adalah bulan dimana segala amal diangkat kepada Tuhan semesta alam. Aku ingin agar amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa. ” ( Nasa ’ i dan Abu Dawud ) Berikut ini merupakan contoh aktifitas ibadah dan amal yang bisa dijadikan sarana persiapan muslim menyiapkan dirinya memasuki bulan suci Ramadhan . Dan dengan kebersihan niat mengharap ridha Allah seseorang mendapatkan taufiq Allah hingga memiliki kesiapan maksimal: 1. Puasa Nabi Muhammad saw . sendiri menjadikan ibadah puasa ini sebagai pembeda antara bulan Sya ’ ban dengan bulan -bulan lain selain Ramadhan dengan seringnya beliau berpuasa. Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah , Ummul Mukminin , ra. bahwa ia menuturkan , َﻥﺎَﻛ ُﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ ُﻡْﻮُﺼَﻳ ﻰَّﺘَﺣ َﻝْﻮُﻘَﻧ َﻻ ُﺮِﻄْﻔُﻳ ُﺮِﻄْﻔُﻳَﻭ ﻰَّﺘَﺣ َﻝْﻮُﻘَﻧ َﻻ ُﻡْﻮُﺼَﻳ ﺎَﻣَﻭ ُﺖْﻳَﺃَﺭ َﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ َﻞَﻤْﻜَﺘْﺳﺍ َﻡﺎَﻴِﺻ ٍﺮْﻬَﺷ َّﻻِﺇ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎَﻣَﻭ ُﻪُﺘْﻳَﺃَﺭ َﺮَﺜْﻛَﺃ ﺎﻣﺎَﻴِﺻ ُﻪْﻨِﻣ ﻲِﻓ َﻥﺎَﺒْﻌَﺷ “ “ Adalah Rasulullah saw . saat berpuasa sampai kami mengira beliau tidak akan berbuka dan saat beliau berbuka kami mengatakan beliau tidak akan berpuasa . Aku tidak pernah melihat Rasulullah menuntaskan puasa sebulan penuh kecuali Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya ’ ban . ” ( Bukhari Muslim ) Para ulama , diantara mereka Abdullah bin Mubarak seapakat bahwa beliau memang tidak puasa penuh di bulan Sya ’ ban , namun paling sering berpuasa di bulan ini. Riwayat lain dari Aisyah menguatkan hal ini. ﺎَﻣ ُﻪُﺘْﻳَﺃَﺭ َﻡﺎَﺻ ﺍًﺮْﻬَﺷ ًﻼِﻣﺎَﻛ ُﺬْﻨُﻣ َﻡِﺪَﻗ َﺔَﻨْﻳِﺪَﻤْﻟﺍ َّﻻِﺇ ْﻥَﺃ َﻥْﻮُﻜَﻳ َﻥَﺎﻀَﻣَﺭ “ Aku tidak pernah melihat beliau - sejak pertama kali datang ke Madinah - berpuasa sebulan penuh selain Ramadhan . ” (Bukhari dan Muslim ) ibnu Rajab berkata , “ Puasa di bulan Sya ’ ban lebih biak daripada puasa di bulan -bulan yang diharamkan ( Asyhurul - hurum ) dan sebaik -baik perbuatan sunnah adalah yang dekat dengan Ramadhan , sebelum atau sesudahnya . ” Ini bisa kita terjemahkan dengan melakukan puasa - puasa sunnah semisal puasa Senin dan Kamis , puasa Ayyamul-bidh (tanggal 13 , 14, dan 15 kalender Hijriyah) dan puasa Dawud , yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka. Atau bahkan puasa wajib seperti puasa nazar dan puasa qadha. Apabila sudah sampai menjelang akhir bulan. Rasulullah melarang berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan . Itu yang dikenal dengan Yaumus Syakk ( hari yang meragukan ) 1. Evaluasi , Qadha Puasa, dan bekal Ilmu Yakni seorang mengevaluasi perjalannya pada bulan- bulan sebelumnnya dan di bulan ini, seperti yang diberitakan Rasulullah sebagai bulan dimana amal perbuatan diangkat lalu beliau ingin mempersembahkan amal terbaik saat itu . Para Salafus -Shalih pun melakukan hal sama di saat seperti ini, mereka mengevaluasi amal mereka. Sebagaimana yang dilakukan Ibrahim An- Nakha’ i , ia menangisi istrinya di hari Kamis dan sebaliknya , istrinya pun menangisinya . Dia berkata , “ Hari ini amal perbuatan kita diangkat. ” Demikian pula Adh - Dhahhak, ia menangis di sore hari seraya berkata , “ Aku tidak tahu amal perbuatanku yang mana yang diangkat . ” Bagi yang memiliki tanggungan puasa bulan Ramdhan tahun kemarin, ini saatnya melakukan qadha atas puasa yang ditinggalkan itu . Sebab setelah bulan ini tidak ada lagi kesempatan untuk meng -qadhanya . Ummul Mukminin , Aisyah suka meng - qadha puasa Ramadhan di bulan Sya ’ ban ini. Termasuk yang dievaluasi adalah yang terkait dengan pemahaman seputar Ramadhan , hukum berupuasa atau seputar fiqih Ramadhan . 1. Shalat Berjamaah Terutama bagi kaum laki- laki. Menyiapkan diri dengan shalat berjamaah di awal waktu dan di masjid adalah sebagik- baik amal ketaatan dan taqarrub kepada Allah . Ia juga merupakan sebaik -baik bekal seseorang dalam hidupnya bahkan bukti keimanannya kepada Allah . Ramadhan nanti merupakan momen dimana kaum Muslimin memakmurkan rumah - rumah Allah dengan ibadah . 1. Interaksi dengan Al -Qur’ an Sebagai bulan dimana Al - Qur’ an diturunkan, maka Ramadhan menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas interaksi seorang Muslim dengan Al -Qur’ an . Orang -orang shalih menjadikan bulan Ramadhan sebagai ajang berdekatan dengan Al -Qur ’ an . Dan tentu akan lebih optimal manakala seseorang telah terlebih dahulu menyiapkan dirinya berinteraksi secara baik dengannya; membacanya , menghapalnya , mengamalkannya , dan mengajarkannya. Menyibukkan diri dengan kalamullah akan membimbing seseorang untuk menngendalikan lisannya mengatakan yang haq dan menjauhi perkataan yang tidak terpuji bahkan yang terlarang dalam agama . Jika seseorang bisa berjam - jam berkomunikasi dengan manusia, mengapa tidak bisa meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan Tuhan- nya manusia melalui firman -Nya , yang tidak ada kebohongan dan kebatilan padanya? 1. Qiyamul- Lail dan Shalat Sunnah Meningkatkan frekuensi shalat malam dan shalat- shalat Sunnah lainnya adalah bekal utama memasuki bulan Ramadhan , sebab bulan Ramadhan nanti tidak hanya sebagai bulan shiyam, namun juga bulan qiyam (qiyamul - lail ). Melakukan shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari, yang dengan demikian seseorang telah mempersembahkan seluruh watunya untuk taat kepada Allah . Selain sebagai bekal muslim , Rasul menjanjikan surga bagi yang senantiasa melakukannya, beliau bersabda, ﺎَﻳ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ : ﺍْﻮُﺸْﻓَﺃ َﻡَﻼَّﺴﻟﺍ ، ﺍْﻮُﻤِﻌْﻃَﺃَﻭ َﻡﺎَﻌَّﻄﻟﺍ، ﺍﻮُﻠِﺻَﻭ َﻡﺎَﺣْﺭَﻷﺍ ، ﺍْﻮُّﻠَﺻَﻭ ِﻞْﻴﻠَّﻟﺎِﺑ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍَﻭ ٌﻡﺎَﻴِﻧ، ﺍْﻮُﻠُﺧْﺪَﺗ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ٍﻡَﻼَﺴِﺑ “ Hai sekalian manusia, ucapkanlah salam , beri makan (kepada orang lain ), silatur- rahim, dan qiyamul -laillah kalian dikala orang -orang tidur , niscaya kalian masuk sruga dengan selamat. ” (Ahmad , Tirmidzi , dan Hakim) 1. Infaq dan Shadaqah Tidak diragukan lagi bahwa pada Ramadhan terdapat anjuran untuk melakukan ibadatul -mal (ibadah dengan harta ). Diantaranya anjuran dan motivasi untuk memberi makanan berbuka kepada orang puasa , dimana pahalanya seperti orang yang mengerjakan puasa itu sendiri, kewajiban mengeluarkan shadaqatul- fithri (zakat fitrah ), juga semangat kaum Muslimin untuk mengeluarkan zakat dan infak di bulan Ramadhan . Mengeluarkan harta untuk zakat dan infak sangatlah berat dirasakan jiwa kecuali yang diringankan Allah . Sebab dia merasakan beratnya bekerja mengais rezki . Untuk itu perlu melatih jiwa untuk berinfak agar ia tidak terikat kepada harta dan dunia , lalu terasa ringan olehnya saat mengeluarkan sebagiannya yang nobene bukan miliknya , ia hanya titipan sementara dari Si Empunya yang sejati, Pemiliki semua khazanah langit dan bumi , Allah Arrazzaq . 1. Muamalah Terciptanya suasana yang kondusif untuk beribadah sangat dipengaruhi oleh lingkungan , baik keluarga maupun lingkungan tempat tinggal. Jika seseorang sedang dirundung berbagai persoalan terkait dengan keluarga, masyarakat, teman , dan kolega, sedikit banyak akan mempengaruhi konsentrasi dalam beribadah. Menyiapkan lingkungan keluarga dan masyarakat dengan cara memperbaiki pola hubungan dan komunikasi dengan mereka menjadi sebuah keniscayaan demi menciptakan suasana yang kondusip dan jauh dari hal- hal yang mengganggu knsentrasi serta pikiran dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan . Di lingkungan keluarga , anak - anak bisa dikondisikan agar mendukung aktifitas ibadah keluarga di bulan Ramadhan . Perlu disosialisasikan kepada mereka seputar Ramadhan . Bahkan mereka perlu dilibatkan dalam penyambutannya , misalnya agar mereka membuat kata - kata sambutan atas kedatangan Ramadhan lalu menempelnya di dinding atau pintu rumah . Juga terkait target - target ibadah di bulan Ramadhan nanti. Tidak ada salahnya manakala orang tua menjanjikan reward bagi siapa yang memenuhi targetnya . Pola hubungan suami -istri juga perlu diperbaiki agar keduanya lebih optimal dalam bekerja sama menciptakan suasana ibadah yang kondusif . Terhadap tetangga perlu ditingkatkan hubunguannya agar tercipta suasana saling menghormati dan menjaga hingga tercipta suasana harmoni bahkan bisa bekerja sama dalam kebaikan . Dan terhadap kerabat serta handai tolan bisa dilakukan dengan saling mengunjungi dan saling memaafkan , menyelesaikan masalah diantara mereka jika ada . 1. Mengurangi Hal- hal yang Tidak Bermanfaat Tentu tidak sempurna persiapan dan bekal kebaikan tanpa diiringi dengan upaya meninggalkan perbuatan yang tidak berguna , baik untuk dunia maupun akhirat , apatah lagi perbuatan yang diharamkan oleh Islam . Sebab keshalihan itu adalah melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan . Bebagai kebiasaan negatif dan tidak produktif hendaknya mulai dikurangi bahkan dijauhi di bulan ini. Sebab jika tidak, sia -sia di bulan Ramadhan nanti saat orang melakukan kebikan namun keburukan tidak ditinggalkan . Ia membaca Al - Qur’ an dan berzikir, namun ia juga menggunjing dan membicarakan keburukan orang . Termasuk kebiasaan yang mesti dikurangi adalah nonton TV yang tidak bermanfaat , apatah lagi dengan acara yang penuh maksiat, membuka aurat, atau membuka aib orang , berselancar di dunia maya yang sudah menjadi kebiasaan yang menyibukkan orang -orang modern , hingga menghabiskan waktu berjam -jam untuk berada di depan TV, komputer , dan sarana komunikasi lain untuk hal-hal yang kurang manfaatnya . Segala kegiatan yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadah bulan Ramadhan bisa dilakukan di bulan ini, seperti membeli pakaian untuk keperluan lebaran, memperbaiki dan merapikan rumah , menyiapkan segala keperluan Ramadhan , serta berbagai kegiatan pribadi , keluarga, tugas , jika bisa dilakukan bulan ini, sebaiknya dilakukan. Tentu masih banyak amal perbuatan yang bisa dilakukan seseorang di bulan ini, masing - masing melakukan sesuai dengan kemudahan yang diberikan Allah kepadanya . Jika niat dan tekad telah ditancapkan , Allah akan memudahkan seseorang untuk melakukannya, semoa Allah memberkahi kita di bulan ini dan menyampaikan kita di bulan Ramadhan nanti . Wallahu A’ lam .

Presiden PKS ajak berbaur dg masyarakat

dakwatuna. com – Banda Aceh. Presiden Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) , H . Muhammad Anis Matta, Lc tampil membius ribuan kader PKS dengan orasi politiknya di Anjong Mon Mata, Banda Aceh (16 / 6 / 2013). Kata -katanya yang membakar dan meneduhkan sanggup membuat kader PKS yang tidak kebagaian tempat duduk terus berdiri sampai pidatonya usai . Dalam pidatonya yang berapi - api tersebut , Anis Matta mengupas panjang lebar tentang sejarah Nabi Yusuf As dan Nabi Musa As yang diabadikan dalam Al - quran dan korelasi nya dengan prahara yang dihadapi oleh partai dakwah tersebut . Dikatakan Anis Matta, sejarah Nabi Yusuf As saat para saudaranya berkonspirasi membunuhnya harus menjadi pelajaran berharga bagi para kader PKS . Bahwa Nabi Yusuf tidak dendam kepada para saudaranya yang membuangnya ke sumur meskipun Nabi Yusuf telah menjadi Raja di Mesir , mereka semua dimaafkan atas dasar cinta. “ Yang harus Antum ketahui adalah , bahwa setiap cobaan pasti ada hikmah dibaliknya , sebagai peristiwa Nabi Yusuf As . Apa yang dihadapi PKS saat ini juga mengandung hikmah yang sangat besar di sisi Allah . Saat kita telah berada di istana, kita akan menceritakan kembali kepada mereka yang berkonspirasi menghancurkan kita mengenai peristiwa yang menimpa PKS hari ini dengan penuh cinta” , papar Anis Matta . Dalam pidatonya ini, Anis Matta juga mengutip kata - kata Umar bin Khatab, bahwa liqaaul ikhwan jalaul hazan , berjumpa ikhwah akan menghilangkan kesedihan , terang Anis Matta yang disambut tepukan penuh keharuan ribuan kader PKS . Anis Matta juga memompa semangat kadernya , kegembiraan jangan hilang dari hati kita apapun peristiwa yang terjadi. Karena menurut Anis Matta, kegembiraan dan senyum adalah pertanda energi kita masih menyala . “ Benteng terakhir pertahanan hidup kita adalah saat kita masih tetap bisa tersenyum. Menurut Anis Matta, semua orang punya masalah, kalau akar dari hati kita penuh dengan kegalauan dan kegundahan, maka pertahanan jiwa kita akan lumpuh. Kita bisa mati saat masih hidup” , jelas Anis Matta. Dikatakan Anis Matta, rombongannya dari DPP PKS datang ke Aceh untuk menggembirakan kader . “ Kalau hari ini setiap kali Antum nonton Tv, baca berita , dengar radio yang Antum dengar adalah hujatan-hujatan dan fitnah -fitnah kepada PKS , maka itulah tabiat jalan dakwah ” , kata Anis Matta lagi . Tapi tegas Anis Matta lagi , semua yang Anda lakukan terhadap kami maka itu tidak akan menghilangkan senyum kami , kebahagiaan kami . Menurut Anis Matta, tantangan besar pada faktanya tapi kecil dalam pikiran kita maka tantangan itu akan jadi kecil , begitu juga sebaliknya , kalau tantangan kecil namun besar dalam pikiran kita , maka tantangan itu akan besar. Anis Matta juga mengatakan bahwa PKS didirikan atas dasar iman. Maka , pekerjaan dengan iman akan tumbuh tanpa henti , maka tidak akan ada yang bisa menghentikan kiprah dakwah PKS . Anis Matta juga mengajak para kader PKS untuk tawakkal kepada Allah Swt . menurutnya , PKS akan bisa terus berjalan kalau kita bertawakal kepada Allah Swt . Ajak kader PKS ke warkop Di akhir pidatonya , Anis Matta mengajak para kader PKS agar membaur dengan masyarakat. Bergaul lah dengan mereka maka Antum akan melihat hasilnya yang luar biasa , terang Anis Matta. Anis Matta menganjurkan agar kader PKS rajin - rajin duduk di warung kopi dan pusat- pusat keramaian masyarakat lainnya , karena menurut Anis Matta, hari ini masyarakat mengenal kader - kader PKS sebagai orang - orang yang shalih- shalihah , tapi jarang bergaul dengan masyarakat. “ Nah , ini yang haru Antum benahi ” , desak Anis Matta. Antum harus bergaul dengan masyarakat , tataplah mata mereka agar mereka mengenal Antum sebagai orang - orang yang baik . Dengan cara seperti ini masyarakat akan mengenal partai ini, terangnya. Pada sesi jumpa pers, Anis Matta mengatakan bahwa partainya akan konsisten menolak kenaikan harga BBM dan menyerahkan sepenuhnya urusan menteri dari PKS kepada Presiden SBY. Saat ditanyai seorang wartawan apakah Anis Matta siap dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia, Anis Matta menjawab bahwa fokus nya saat ini adalah membawa PKS berada di posisi 3 besar . (safnegari)

Sabtu, 15 Juni 2013

Pengorbanan

Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan keburukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Jika engkau mencoba menghitung kesalahan dan kelemahannya, niscaya engkau menemui bahwa kesalahan dan kelemahan itu "tertelan" oleh kebaikan dan kekuatannya. Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia. ltulah sebabnya tidak semua orang baik dan kuat menjadi pahlawan yang dikenang dalam ingatan kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut sejarah. Hanya apabila kebaikan dan kekuatan menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan, atau purnama yang merubah malam jadi indah, atau mata air yang menghilangkan dahaga. Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pemah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. la telah melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan. Dalam makna inilah pengorbanan menemukan dirinya sebagai kata kunci kepahlawan seseorang. Disini ia bertemu dengan pertanggungjawaban, keberanian, dan kesabaran. Tiga hal terakhir ini adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan menemukan makna dan fungsi pahlawanannya apabila pengorbanan yang mengisi dan menggerakkannya. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat pertanggunjawaban, keberanian, dan kesabaran. Maka keempat makna dan sifat ini - rasa tanggung jawab keagamaan, semangat pengorbanan, keberanian jiwa, dan kesabaran - adalah rangkaian dasar yang seluruhnya terkandung dalam ayat-ayat jihad. Dorongannya adalah tanggung jawab keagamaan (semacam semangat penyebaran dan pembelaan). Hakikat dan tabiatnya adalah pengorbanan. Perisainya keberanian jiwa. Tapi nafas panjangnya adalah kesabaran. Begitulah kemudian menjadi benar apa yang dikatakan oleh Sayyid Quthb: "Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar." Kaidah itu tidak saja berlaku bagi kehidupan individu, tapi juga merupakan kaidah universal yang berlaku bagi komunitas manusia. Syakib Arselan, pemikir Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju, menjelaskan jawabannya dalam kalimat yang sederhana, "Karena," kata Syakib Arselan, "orang- orang Barat lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya.” Sekarang mengertilah kita, "Apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan agama ini dalam realitas kehidupan?" Yaitu, hadirnya para pahlawan sejati yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi hidup bagi orang lain dan agamanya serta mau mengorbankan semua yang ia miliki bagi agamanya itu. []Presiden PKS Anis mata

Jumat, 14 Juni 2013

Renungan keluarga dari negeri Surga

"Renungan Keluarga dari Negeri Surga" Kita berharap merealisasikan Indonesia sebagai Sepenggal Firdaus bagi Dunia... Sudahkah kita berupaya menjadikan Rumah kita sebagai Surga Dunia? Seorang Istri yang shalihah akan menjadikan Rumah tentram dan menyenangkan... Seorang Suami yang shalih akan menjadikan Rumah aman dan nyaman... Anak-anak yang shalih-shalihah akan menjadi permata penghias nan menyejukkan... Bagaimana dengan Rumah Kita? Bagaimana dengan Suami Kita? Bagaimana dengan Istri Kita? Bagaimana dengan Anak-anak kita? Sudahkah kita hadirkan Surga yang menentramkan di "Rumah" kita? Ataukah kita lebih nyaman menghiasinya dengan gemerincing harta tanpa makna? Jadikan momentum pagi ini... ...sebagai tonggak baru menghidupkan rumah kita... ...sebagai tonggak baru menyinari rumah kita... Saling hidupkan Tarbiyah Dzatiyah dan Ruhiyah dalam Usrah Muslimah... Saling menjaga tilawah dan mengingatkan untuk Shalat berjama'ah... Saling menguatkan hafalan dan membiasakan shadaqah... Saling mendukung aktifitas dakwah dan menghidupkan nuansa harakiyyah... Kita berharap merealisasikan Indonesia sebagai Sepenggal Firdaus bagi Dunia... Sadarlah bahwa semua berawal dari Rumah setiap kader dakwah yang ada... Sudahkah Rumah kita menjadi syurga bagi jiwa- jiwa fana? Semoga Allah Azza wa Jalla memberkahi ikhtiar kita... Menjadikan Indonesia sepenggal Firdaus bagi masyarakat dunia... Diawali dengan menjadikan Rumah kita sebagai Surga bagi penghuninya... Rumah yang berfungsi sebagai Busur Panah yang kokoh dan perkasa... Ladang Penyemaian yang kelak menghasilkan anak-anak panah peradaban... Anak panah yang berjiwa ksatria... Penghulu Gerak dan Kerja Dakwah... Yang siap dilepaskan mengoyak sendi-sendi kemungkaran dunia... Rumah kita...Keluarga kita...Inspirasi Keluarga Penghulu Surga... Wallahua'lam Barakallahu fiik...

Senin, 10 Juni 2013

KENDARI - Presiden Partai Keadilan Sejahtera H.M. Anis Matta menginstrusikan pengurus dan kader partainya mengubah paradigma berpolitik. Salah satunya yakni menemui rakyat agar mencintai PKS. "Pendekatan kepada rakyat Indonesia tidak samata- mata dengan memberi bantuan. Temui mereka, mengenal mereka sehingga timbul rasa cinta dan sehati dengan PKS," kata Anis Matta pada acara temu relawan dan kader di Kendari, Sabtu (8/6) Anis menjelaskan PKS mengusung target tiga besar pada pemilihan umum 2014. Untuk itu semua pengurus dan kader partai dituntut membangun komunikasi dengan segenap lapisan masyarakat tanpa pilih merk. "Saya baru saja menerima laporan pelantikan pengurus partai yang dipimpin oleh figur non muslim. Tidak ada masalah karena memang di daerah tersebut 97 persen pemeluk agamanya non muslim," tegasnya. Anis menyadari upaya mencapai tiga besar pada pemilihan umum 2014 menghadapi tantangan. Tapi Anis optimis pengurus dan kadernya mampu keluar dari cengkraman masalah tersebut. “Tantangan yang dihadapi PKS hari ini adalah serangan bertubi-tubi dari luar dan merosotnya kepercayaan rakyat kepada partai politik. Badai pasti berlalu. Kesampingkan masalah. Mari kita bertawakal karena sesungguhnya semua skenario yang dialami menjadi rahasia Allah," pungkasnya. *http://www.berita99.com/berita/8139/anis-matta- pks-harus-ubah-paradigma-berpolitik