Selasa, 27 September 2011

episode sakit dan cinta


Beberapa hari ini aku sakit. Penyakit yang sama dengan ibuku. Pencernaan. Aku juga demam dan batuk. Sungguh menyiksa. Kepala berat luar biasa. Tak mau makan. Tak enak tidur. Badanku panas sekali rasanya. Entahlah, apa karena pola makanku yang tak teratur lagi usai puasa Ramadhan. Segalanya mau dimakan. Hampir tak ada jeda untuk istirahat bagi pencernaanku. Dan puncaknya penyebabnya adalah aku makan pedas. Sambal. Sudah tahu pedas adalah musuhku. Tetapi diriku, selalu zalim pada diri sendiri. Aku menyesal.

Maka pantaslah diriku mendapat akibatnya. Sakit dan menderita. Makan sedikit sudah mual-mual. Apalagi minum air putih, benar-benar mau dimuntahkan. Periksa ke dokter sudah. Minum obat pun sudah. Namun perubahannya sedikit saja. Belum bisa makan agak banyak dan minum. Aku kekurangan cairan. Semuanya jadi kacau.

Memang sih terkesan biasa. Tapi buatku yang menjalani sungguh tak enak. Kemudian aku melihat di sisi lain, bahwa sakitku bukan suatu yang sia-sia atau tanda kemarahan dan hukuman Allah padaku. Aku mencoba berprasangka baik. Bahwa sakitku adalah penggugur dosaku. “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim). Jadi aku meyakini, bahwa sakitku memang rencana Allah. agar sebagian dosaku terhapus.

Aku juga selalu beristigfar, berdzikir dan sholat. Selalu memohon kepada Allah. karena sungguh, pemilik diri ini adalah Allah. Hanya Allah yang dapat menjadikan tubuh ini sakit dan hanya Dia pula yang dapat membuatku sembuh. Maka kepercayaanku kepada Allah semakin kuat. Ikhtiar, doa dan tawakal. Juga sabar dan syukur. Karena diluar sana masih banyak yang lebih parah sakitnya daripada aku.

Lalu pikiran positifku semakin berkembang. Bahwa aku tengah dicinta Allah. Allah tengah tunjukkan cintaNya kepadaku. Atau sedang menguji kadar cintaku. Seberapa lama mampu bertahan dalam keadaan sakit. Seberapa besar mampu berprasangka baik kepada Allah. maka aku akan buktikan bahwa cintaku pun sudah lebih besar dari sebelumnya. Tiap sakit itu menjalar, aku selalu berkata, “Allah sayang aku, aku sayang Allah” berulang sampai aku tertidur. Juga doa dan ayat kursi yang kubaca dalam hati.

Aku selalu menanamkan kuat-kuat bahwa Allah ada dalam prasangka hambaNya. Maka aku berprasangka bahwa Allah sangat saaayaaang aku. Allah tengah mencintaiku. Juga membisikan kata cinta padaku, agar aku mendekat kepadaNya. Karena sebelumnya aku memang jauh dari Allah. Allah sungguh-sungguh sayang padaku dengan membuatku kembali mendekat kepadaNya. Jadi kenapa aku menjadi susah dan menderita ketika Allah tengah menyayangiku? Menunjukkan satu diantara ribuan atau jutaan kasih dan sayang Allah padaku.

Tak ada kenikmatan yang lebih indah dari hati yang semakin yakin kepada Allah. semakin cinta kepada Allah. Maka aku bersyukur. Alhamdulillah... Dan entah keajaiban atau kekuatan pikiran positif, ketika aku mual-mual saat makan lalu berkata bahwa Allah cinta aku, aku cinta Allah, berulang-ulang, makanan dan minuman serta obat itu dengan mudahnya masuk tanpa mual. Jadi, penawar sakitku memang Allah. Hanya Allah. Cinta Allah dan cinta kepada Allah. inilah episode cintaku...

Tuhan, baru kusadar indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur, kini kuharapkan cintaMu
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalir berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini Ya Illahi
Muhasabah cintaku...
(Edcoustic-Muhasabah Cinta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar