Kamis, 28 Maret 2013

kematian yang kulupakan. .

Ketika satu per satu sahabatku pergi meninggalkanku… Menuju alam yang belum pernah kuketahui wujudnya. Aku masih juga belum ter sadarkan. Kematian itu datang tak mengetuk pintu. Mencerabut manusia dari orang-orang terkasihnya tak peduli ia miskin atau kaya,tua atau muda,sengsara atau bahagia,siap atau tak siap menyambutnya. Masih saja aku bergeming. Menganggap kematian itu masih jauh dariku. Kematian adalah milik orang lain. Aku? Entah lah..Yang jelas aku yakin ia masih jauh dariku. Lihat saja tubuhku yang bugar,lenganku yang kokoh,pandangan mataku yang tajam,langkah kakiku yang tegap, tak ada satu pun yang menunjukkan bahwa aku pantas dijemput maut. Aku senantiasa menjaga kebugaran tubuhku. Olahraga dan suplemen vitamin menjadi makananku sehari-hari. Pun check up rutin kulakukan setahun sekali. Sungguh,saat ini aku tak yakin kematian akan menghampiriku. Hingga sore tadi tubuhku tiba-tiba menggigil. Bukan,bukan karena sakit,karena seperti kubilang tadi,aku rajin berolahraga,minum vitamin,dan berobat rutin ke dokter. Aku tergetar oleh sebuah pesan singkat yang singgah di selulerku. Seorang sahabat (lagi-lagi) meninggalkanku tanpa pamit. Seorang sahabat yang pagi tadi masih kunikmati tawanya yang berderai-derai,tegap badannya yang gagah,langkah kakinya yang tegap,pandangan matanya yang tajam… Oh kematian…pelajaran apa yang hendak kau bagi kali ini? Bahwa kematian itu datang tiba-tiba? Bahwa kita tak pernah tahu kapan ia menjemput kita? Bahwa kematian tak mungkin menghampiri kita di usia yang masih belia? Benarkah? Bukankah Dia telah mengingatkan kita dalam kitab-Nya yang sempurna bahwa tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati? Bukankah Dia juga mengingatkan melalui lisan utusan-Nya yang mulia bahwa orang yang paling cerdas diantara kita adalah yang paling banyak menyiapkan bekal untuk kehidupan akhiratnya? Bukankah Dia telah ‘memvonis’ saat kepulangan kita seiring Ia hembuskan ruh di jasad kita? Sungguh,berulang kali Dia mengingatkan kita akan satu kepastian ini. Masihkah kita menganggap bahwa kematian itu datang tiba-tiba?

Senin, 25 Maret 2013

Ketika Thomas Malthus mengeluarkan teorinya (1798) bahwa populasi dunia tumbuh secara deret ukur (1,2,4, 8 dst…) sedangkan sumber daya kehidupan tumbuh secara deret hitung (1,2,3,4 dst…), saat itu penduduk dunia belum mencapai 1 Milyar. Gara-gara teori tersebut, timbul pemikiran yang ganjil dari Thomas Malthus ini – bahwa tidak ada gunanya mengentaskan kemiskinan – karena bila si miskin tambah makmur, dia akan menambah anak dan problem kekurangan sumber daya kehidupan akan semakin serius. Pemikiran Thomas Malthus yang ganjil tersebut kemudian menjadi justifikasi bagi Karl Marx, Lenin dan teman- temannya – untuk menentang kapitalisme. Menurut mereka ini justru itu perlunya sumber daya-sumber daya kehidupan yang terbatas tersebut untuk dibagi sama rata dan sama rasa agar cukup bagi semua. Separuh saja dari teorinya Thomas Malthus yang mendekati kebenaran , yaitu bahwa penduduk bumi tumbuh secara deret ukur. Dua tahun setelah teori tersebut penduduk bumi mencapai 1 Milyar pertama (1800), ini adalah hampir 12,000 tahun sejak peradaban manusia mengenal pertanian menetap. Sejak saat itu jumlah penduduk bumi melesat dengan cepat seiring dengan peningkatan kemakmurannya. 130 tahun kemudian penduduk bumi mencapai 2 milyar (1930), 30 tahun kemudian mencapai 3 milyar (1960), 15 tahun kemudian mencapai 4 milyar (1975), 12 tahun kemudian mencapai 5 milyar (1987), 12 tahun kemudian mencapai 6 milyar (1999) dan 12 tahun kemudian mencapai 7 milyar (2011). Lihat kelipatan ini, 12,000 tahun untuk mencapai jumlah 1 milyar dan hanya perlu sekitar 200 tahun kemudian untuk mencapai 7 Milyar !. Dengan pertumbuhan seperti ini penduduk bumi akan mencapai 8 Milyar sebelum tahun 2023 !. Sisi pertumbuhan populasi bumi secara deret ukur tersebut nampaknya akan terbukti tetapi sisi sumber daya kehidupan ternyata juga tetap cukup untuk menopang kehidupan penduduk bumi yang kini sudah lebih dari 7 Milyar dan akan segera mencapai 8 milyar ini. Artinya sisi lain teori Thomas Malthus bahwa penopang kehidupan yang tumbuh secara deret hitung terbukti tidak benar, penduduk bumi secara kumulatif ternyata tidak berkurang kemakmurannya kini dibandingkan dengan ketika teori Malthus tersebut dikeluarkan lebih dari dua abad lalu - ketika penduduk bumi belum mencapai 1 Milyar pertamanya. Tetapi kecukupan penopang kehidupan bukan berarti tanpa masalah. Dengan pola ekonomi yang dikendalikan kapitalisme sekarang, rata-rata penduduk negara maju seperti Amerika menyerap sumber daya kehidupan di bumi 32 kali lebih banyak dari yang diserap rata-rata penduduk negeri miskin seperti Kenya misalnya . Sumber daya kehidupan yang disedot mereka ini meliputi pangan, air, energy, mineral, hasil tambang dlsb. Jadi masalahnya jelas, bukan sumber daya kehidupan di bumi yang tumbuh secara deret hitung sehingga tidak bisa mengejar pertumbuhan populasi yang tumbuh secara deret ukur – tetapi lebih pada masalah distribusi sumber daya tersebut yang tidak dilakukan secara adil. Berbagai system mulai dari keuangan, perdagangan, standar industri, teknologi dlsb. diciptakan untuk mengunggulkan segelintir orang atau kelompok terhadap mayoritas penduduk bumi. Negeri-negeri yang memiliki sumber daya alam melimpah, tidak jaminan bahwa mereka yang paling makmur dan paling cepat pertumbuhannya – mereka justru menjadi target penjajahan jenis baru – penjajahan ekonomi, keuangan, politik dan pemikiran. Lantas apakah yang benar Marxism dan Leininism yang membagi sumber daya kehidupan yang terbatas secara sama rasa dan sama rata ?, tidak juga ! Karena pembagian yang demikian juga tidak mendorong orang untuk berkinerja optimal meng-eksplorasi kekayaan alam di bumi ini. Maka solusinya tinggal umat ini yang seharusnya bisa menghadirkan kemakmuran di bumi itu. Umat inilah yang dikabarkan oleh hadits Nabi berikut yang akan memakmurkan bumi sekali lagi sebelum kiamat datang di bumi ini : " Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki- laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim). Kita bisa optimis bahwa kemakmuran di bumi masih akan datang sekali lagi – berapapun jumlah penduduk bumi saat itu, karena selain hadits tersebut di atas juga adanya janji Allah langsung di sejumlah ayat yang bunyinya senada : “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu .” (QS 15 :21). Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang tidak seimbang seperti ketidak seimbangan antara jumlah penduduk bumi dengan sumber daya kehidupannya – yang diteorikan oleh Thomas Malthus tersebut di atas : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ? ” (QS 67 :3) Bahwa belum semuanya sumber daya kehidupan tersebut kita temukan dan kita kuasai saat ini, karena ke-Maha Tahu-an Allah juga – yang tidak menghendaki kita berlebih- lebihan dalam menggunakannya : “Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba- Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat .” (42:27) Jadi sumber daya di bumi itu cukup untuk semuanya, tidak berlebih dan tidak kurang - tetapi harus terus digali dan dikelola secara adil. Untuk bisa terus menggali dan mengelola sumber daya yang ada di bumi ini secara adil itulah kita diciptakan oleh Allah sebagai khalifahNya – yang memakmurkan bumi ini (QS 11 :61). Bila kapitalism itu memperebutkan sesuatu yang dianggapnya sedikit atau terbatas (scarcity), Marxism membagi yang sedikit itu sama rata sama rasa dan berharap cukup dengan yang sedikit itu. Kita bukan keduanya, kita yakin bahwa sumber-sumber kehidupan itu cukup, hanya perlu terus digali dan dikelola secara adil mengikuti petunjuk-petunjukNya. InsyaAllah.

Sabtu, 02 Maret 2013

nasehat untuk putriku

Nasehat Seorang ulama Suria Syaikh Ali At-Tonthowi ﻪﻤﺣﺭ ﻪﻠﻟﺍ kepada para gadis agar TIDAK TERTIPU LAKI LAKI TUKANG GOMBAL Sebelum nasi menjadi bubur Wahai putriku…aku adalah seorang yang berjalan pada umur 50 tahunan… masa muda telah meninggalkanku, meninggalkan impian-impiannya dan angan-angan kosongnya. Aku pun telah banyak merantau di negeri-negeri, aku telah bertemu dengan berbagai model manusia. Aku memiliki banyak pengalaman tentang orang-orang… maka dengarlah -wahai putriku- sebuah nasehat yang sungguh-sungguh dariku, yang aku ungkapkan berdasarkan umurku dan pengalaman-pengalamanku, engkau tidak akan mendengarkannya dari selainku. Sungguh aku telah banyak menulis…aku telah menyeru…menyeru kepada pembenahan akhlak dan penghilangan kerusakan dan penundukan syahwat… bahkan sampai-sampai pena-penaku telah lelah…lisan- lisan telah bosan…akan tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami tidak berhasil menghilangkan kemungkaran, bahkan kemungkaran-kemungkaran semakin bertambah…kerusakan semakin tersebar…, para wanita semakin membuka wajah-wajah mereka, membuka aurot mereka, bahkan semakin buka- bukaan…semakin bertambah kerusakan, semakin melebar lingkaran kerusakan…, berkembang dari satu negeri ke negeri yang lain…bahkan sampai-sampai tidak ada satu negeri Islampun –menurut persangkaanku- yang selamat dari kerusakan ini. Bahkan negeri Syaam (Suria), yang dahulunya bertebaran jilbab yang menutup sekujur tubuh, yang memiliki sikap keras dalam menjaga kehormatan dan menutup aurot, maka sungguh telah nampak para wanita-wanita Syaam dalam kondisi membuka wajah- wajah mereka, membuka kerudung mereka, menampakan lengan-lengan dan leher-leher mereka…. Ternyata kami –para dai- tidak berhasil, bahkan aku menyangka kami tidak akan pernah berhasil. Tahukah engkau wahai putriku kenapa demikian? Karena hingga hari ini kita belum berhasil menemukan pintu perbaikan, dan kita belum tahu jalan menuju perbaikan. Sesungguhnya pintu perbaikan berada di hadapanmu wahai putriku…kuncinya berada di tanganmu… Jika engkau telah memiliki kuncinya dan engkau memasuki pintu perbaikan tersebut maka kondisi akan berubah… Memang benar bahwasanya lelakilah yang menjalankan langkah awal dalam melakukan dosa…dan bukan seorang wanita yang melangkahkan langkah awal selamanya…akan tetapi kalau bukan karena keridhoanmu tentu sang lelaki tidak akan maju melangkah… Kalau bukan karena kelembutanmu…sang lelaki tidak akan semakin bersemangat. Engkaulah wahai putriku yang telah membukakan pintu baginya…lalu iapun membuka pintu tersebut. Engkaulah wahai putriku yang berkata, "Silahkan masuk wahai pencuri…!". Tatkala ia mencurimu lalu engkaupun berteriak, "Tolonglah aku…wahai manusia, sungguh aku telah dicuri…" Sungguh kalau engkau mengetahui wahai putriku bahwasanya para lelaki seluruhnya adalah serigala, dan engkau adalah seekor domba tentu engkau akan lari sejauh-jauhnya dari mereka sebagaimana larinya seekor domba dari terkaman serigala. Jika engkau tahu mereka para lelaki semuanya para pencuri tentunya engkau akan mengambil penjagaan untuk menjagamu sebagaimana seorang yang pelit menjaga hartanya dari pencuri. Jika serigala tidaklah menghendaki dari seekor domba kecuali dagingnya maka sesungguhnya apa yang diinginkan oleh seorang lelaki darimu (yaitu mahkota keperawananmu-pen) tentu lebih mulia di sisimu dari daging domba, dan lebih buruk pada dirimu kalau engkau hidup dalam kehilangan mahkotamu daripada engkau meninggal. Ia mengingkan dari perkara yang paling berharga pada dirimu, yaitu harga dirimu yang dengannya engkau menjadi mulia…, dengannya engkau bisa berbangga dan bisa menjalani kehidupan. Kehidupan seorang putri yang telah dicuri harga dirinya (mahkota keperawanannya) oleh seorang lelaki, seratus kali lebih berat dari kematian bagi seekor domba yang telah disantap dagingnya oleh seekor serigala…benar demi Allah.. Tidaklah seorang pemuda melihat seorang gadis kecuali sang pemuda dengan khayalannya akan menelanjangi sang gadis dari pakaiannya, lalu ia mengkhayalkan sang gadis tanpa busana sama sekali. Sungguh demi Allah…, aku bersumpah kepada engkau untuk kedua kalinya…, dan jangan sekali-kali kau membenarkan perkataan sebagian pemuda yang menyatakan bahwa mereka tidaklah melihat pada seorang gadis kecuali akhlak dan adabnya…bahwasanya mereka berbicara dengan seorang gadis sebagaimana pembicaraan seorang sahabat, dan mereka mencintainya sebagaimana kecintaan seorang sahabat. Ini adalah kedustaan…demi Allah… Jika seandainya engkau –wahai putriku- mendengar pembicaraan para pemuda tatkala mereka sedang berkumpul sendirian maka engkau tentu akan mendengar hal-hal yang sangat ngeri dan menakutkan. Tidaklah seorang pemuda tersenyum kepadamu…, tidaklah ia lembut kepadamu…, tidaklah ia melayanimu kecuali ini hanya sebagai pembuka untuk mencapai apa yang ia inginkan. Atau paling tidak ia mengesankan pada dirinya bahwasanya itu adalah pembukaan saja. Lantas setelah itu apa? Apa seterusnya wahai putriku?, renungkanlah…kalian berdua bersama-sama akan merasakan kelezatan (zina) yang hanya sesaat, lalu iapun melupakanmu…akhirnya engkau sendirian yang akan merasakan pahitnya. Lelaki itu pergi meninggalkanmu dan mencari mangsa gadis lain yang hendak ia curi kehormatannya. Sementara engkau menanggung beratnya janin yang ada diperutmu, kesedihan yang menyelimuti dirimu, rasa malu dan aib yang tercapkan di keningmu. Masyarakat memaafkan sang lelaki yang zolim, mereka berkata, "Ia lelaki yang tersesatkan, kemudian bertaubat". Sementara engkau tetap menjadi corengan hitam kerendahan, kehinaan meliputimu sepanjang hayatmu, masyarakat tidak akan memaafkanmu. Jika engkau dahulu tatkala bertemu dengannya lantas engkau husungkan dadamu dan engkau palingkan pandanganmu darinya, engkau tunjukkan ketegasan dan sikap berpalingmu…lantas jika ia tidak juga berpaling darimu setelah sikapmu ini dan setelah engkau memakinya dengan lisanmu atau engkau tampar dia dengan tanganmu, lalu engkau lepaskan sendalmu dan kau pukulkan ke kepalanya…, seandainya engkau melakukan ini semua tentu setiap orang yang lewat akan menolongmu untuk mengusirnya. Dan setelah itu tidak akan ada pemuda fajirpun yang akan mengganggu para gadis sholehah. Engkau akan melihat –jika ia pemuda yang sholeh- tentu ia akan datang kepadamu dengan bertaubat dan memohon ampun darimu, dia akan meminta agar bisa menjalin hubungan denganmu dengan cara yang halal, ia akan mendatangimu untuk menikahimu. Ketahuilah…bahwasanya seorang gadis bagaimanapun tinggi kedudukannya, bagaimanapun kayanya dia, betapapun ketenarannya…ia tidak akan menemukan cita-citanya dan kebahagiaannya yang terbesar kecuali pada pernikahan, yaitu ia menjadi seorang istri yang sholihah, menjadi seorang ibu yang dihormati dan ibu rumah tangga. Apakah ia seorang ratu, ataukah putri raja, ataukah artis holiwood yang memiliki kesohoran dan ketenaran yang menipu banyak para wanita. Saya mengetahui dua orang wanita pujangga yang sudah tua di Mesir dan Syaam, mereka berdua benar- benar pujangga. Mereka telah memiliki harta dan puncak keahlian bahasa, akan tetapi keduanya kehilangan suami mereka berdua, jadilah mereka berdua kehilangan akal mereka, dan jadilah mereka berdua orang gila. Tidak usah kau bertanya kepadaku tentang nama mereka berdua !!! kedua wanita ini terkenal. Pernikahan merupakan puncak angan-angan seorang wanita, meskipun ia adalah anggota parlemen atau memiliki kekuasaan. Seorang wanita yang fasiq dan hina pengikut hawa nafsu tidak akan dinikahi oleh seorang lelakipun. Bahkan lelaki yang hobi menggelincirkan gadis yang mulia dengan janji akan menikahinya, jika ia berhasil menggelincirkannya (berhasil menzinahinya) maka iapun akan meninggalkan gadis tersebut setelah menjatuhkannya. Jika ia ingin menikah maka iapun akan mencari wanita yang mulia, karena ia tidak ridho jika istrinya, ibu rumah tangganya, ibu anak-anaknya seorang wanita yang rendahan. Seorang lelaki meskipun ia adalah seorang yang fasik dan suka berzina, jika ia tidak mendapatkan di pasar kelezatan seorang gadis yang rela untuk ditumpahkan mahkotanya dibawah kedua kaki sang lelaki, atau rela untuk menjadi bulan-bulanan sang lelaki, jika lelaki pezina ini tidak menemukan seorang gadis yang fasik, atau gadis yang buruk yang mau untuk dinikahinya dalam agama Iblis (yaitu zina) dan syari'at kucing- kucing jalanan…, maka ia akan mencari wanita yang akan menjadi istrinya sesuai dengan ajaran Islam. Maka kebangkrutan pasar pernikahan yang syar'i disebabkan oleh kalian para wanita, kalau seandainya tidak ada wanita-wanita yang fasiq maka tidak akan sepi pasar pernikahan yang syar'i dan tidak akan ramai pasar perzinahan…lantas kenapa kalian tidak bertindak?? Kenapa kalian tidak bertindak?? Kalian –para wanita- lebih utama untuk bertindak, karena kalian lebih paham tentang bahwasanya wanita -yaitu kalian para wanita yang mulia hendaknya memerangi bencana ini-. Kalian pula yang lebih tahu tentang cara menjelaskan yang terbaik terhadap wanita (yang hendak dikerjain oleh para lelaki rusak-pen). Karena tidak ada yang menjadi korban kerusakan ini kecuali kalian para wanita, yaitu para gadis yang mulia, yang beragama…., betapa banyak wanita yang shalihah di rumah-rumah yang sudah mencapai usia pernikahan akan tetapi tidak menemukan calon suami dikarenakan para lelaki telah mendapatkan para wanita yang siap menjadi pacar dan kekasih mereka sehingga para pemuda tidak membutuhkan para wanita yang sholehah….. Ingatkanlah para wanita agar mereka takut kepada Allah… Jika mereka tidak takut kepada Allah maka sampaikanlah kepada mereka akan bahayanya penyakit yang timbul akibat pergaulan bebas… Jika mereka tidak kawatir dengan penyakit tersebut maka katakanlah kepada mereka, "kalian sekarang adalah wanita muda yang cantik, karenanya para pemuda mendatangi kalian dan berkumpul di sekitar kalian…, akan tetapi…apakah kecantikan dan masa muda kalian akan bertahan?, bagaimana nasib kalian jika kalian telah tua dengan pungguh yang bongkok, wajah yang keriput, maka siapakah yang akan memperhatikan kalian? Siapakah yang akan bertanya- tanya tentang kondis kalian? Tahukah kalian siapakah yang memperhatikan para wanita tua dan menghormati mereka??, putra dan putri merekalah yang akan menghormati dan menghargai mereka…cucu-cucu merekalah…maka tatkala itulah sang wanita tua menjadi seorang ratu yang menyandang mahkota di atas singgasananya. Lain halnya dengan wanita tua yang terjerumus dalam perzinahan…bagaimanakah kondisinya tatkala telah tua renta?? Apakah kalian para wanita rela menghorbankan kebahagiaan kalian di masa tua hanya untuk memperoleh kelezatan perzinahan yang hanya sesaat?

sebuah Pencerahan : guru dan orangtua kita

Sebuah Pencerahan, silahkan dibaca..... Guru dan Orang Tua kita: Al Ustadz Yusuf Supendi, Lc – Hafizhahullah Oleh: Farid Nu’man Hasan Dahulu ... Beliau –Hafizhahullah- adalah salah satu pendiri Partai Keadilan (PK) yang kemudian berganti menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saat ini sudah tidak bersama lagi dengan komunitas yang pernah dia besarkan dan dia pun ikut besar bersamanya. Keberadaannya sebagai orang tua dan guru sangat diakui pada komunitas tersebut, khususnya bagi kader dan produk tarbiyah pada masa-masa 90-an dan awal 2000-an. Bagi kami, Beliau adalah guru dari guru-guru kami, Al Muwajih lil muwajihin. Terasa senang dan terhormat bisa menjadi murid dari murid-muridnya. Bagi seorang pembelajar yang baik tidak ada kata: mantan guru dan mantan orang tua, walaupun guru dan orang tua tersebut tidak disukainya. Namun, betapa cepat siang ditelan oleh gelapnya malam. Beliau yang dahulu begitu dicintai dan hormati ribuan kader dan murid-muridnya, hari ini telah membuka front dengan mereka. Peristiwa pemecatan yang dialaminya beberapa tahun lalu – dan kami tidak akan membahas itu, membuatnya marah kepada sebagian qiyadah, lalu bersikap seakan mereka adalah musuhnya yang harus dimusnahkan. Kritik demi kritik dilontarkannya kepada qiyadah tersebut, hingga taraf menyerang kehidupan pribadi mereka. Lalu disambut oleh media massa yang memang sangat menyukai dan menanti kenyataan bahwa; PKS juga bisa pecah! Kritik itu terus terjadi sampai-sampai nampaknya Beliau -Hafizhahullah- akan terus melakukannya sampai benar-benar puas, yang justru itu membuat jarak antara dirinya dengan kader yang dulunya begitu mencintainya. Benar, beberapa tokoh di komunitas tarbiyah ada yang mengikuti jejaknya baik yang mengundurkan diri (sebelum dipecat) atau dipecat karena masalah perbedaan konsep perjuangan, atau juga karena mereka berlisan tajam menyerang PKS membabi buta dalam berbagai forum. Hasilnya? Ada sebagian kecil kader yang mengikuti mereka, tapi umumnya masih solid bersama jamaah. Lalu media menyebutnya ini adalah perpecahan –lalu lahirlah klaim yang beredar: Faksi Keadilan dan Faksi Sejahtera, ini pula bacaan orang awam terhadap PKS. Sehingga, berhasil sudah bahwa PKS juga bisa berpecah seperti yang lainnya ...... Kini .... Pasca itu, PKS dan kadernya kembali me-recovery keadaan mereka dari kegaduhan dan kebisingan. Mencoba untuk tidak mengoyak lagi luka yang perlahan-lahan mengering, karena memang perselisihan itu buruk kata Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu. Kembali sibuk dengan agenda- agenda kerja dan programnya di semua tingkatan pengurusan, serta tak lagi ambil pusing dengan segala komentar miring kepada mereka. Termasuk dalam menyikapi guru mereka, Al Ustadz Yusuf Supendi –semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada Beliau dan kita semua. Semua berjalan mulai tenang, walau ada gelombang yang sifatnya sporadis mengganggu ketenangan tersebut. Mulai dari kasus Misbakhun, Fahri Hamzah dengan “Bubarkan KPK” dan “Selamat Natal”, Nasir Jamil dengan mengutip Injil, dan sebagainya. Tetapi ini pun bisa dilewati, baik dilewati dengan penjelasan, atau karena dilupakan begitu saja. Hingga akhirnya datang tsunami politik bagi PKS, akhir Januari dan awal Februari 2013 adalah masa paling menyesakkan bagi semua jajaran PKS dari bawah hingga atas, yakni terseretnya Al Ustadz Luthfi Hasan Ishaq Hafizhahullah –sebagai Presiden PKS- dalam tuduhan menerima suap dari PT. Indoguna untuk mendapatkan quota import sapi bagi mereka. Yang jelas, sampai tulisan ini dibuat, proses masih berjalan dan belum ada vonis bersalah untuknya. Tapi, sebagian media, pengamat, dan publik berbondong-bondong terlanjur menghakiminya bersalah begitu pula terhadap partai yang dipimpinnya. Tak ketinggalan Al Ustadz Yusuf Supendi pun ikut ambil bagian, sepertinya media menantikan bahkan memancing agar Beliau ikut menghajar PKS. Sehingga isue tak lagi seputar daging sapi import, tapi memori publik sengaja disegarkan dengan kegaduhan tahun-tahun silam – seperti tudingan penggelapan uang oleh Al Ustadz Anis Matta dan Al Ustadz Hilmi Aminuddin Hafizhahumallah- agar nama baik PKS tidak kunjung pulih. Allah Ta’ala berfirman : ْﺫِﺇ ْﻢُﻛﻭُﺀﺎَﺟ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜِﻗْﻮَﻓ ْﻦِﻣَﻭ َﻞَﻔْﺳَﺃ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ْﺫِﺇَﻭ ِﺖَﻏﺍَﺯ ُﺭﺎَﺼْﺑَﺄْﻟﺍ ِﺖَﻐَﻠَﺑَﻭ ُﺏﻮُﻠُﻘْﻟﺍ َﺮِﺟﺎَﻨَﺤْﻟﺍ َﻥﻮُّﻨُﻈَﺗَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﺎَﻧﻮُﻨُّﻈﻟﺍ َﻚِﻟﺎَﻨُﻫ َﻲِﻠُﺘْﺑﺍ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﺍﻮُﻟِﺰْﻟُﺯَﻭ ﺎًﻟﺍَﺰْﻟِﺯ ﺍًﺪﻳِﺪَﺷ (yaitu) ketika mereka (pasukan Ahzab) datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam- macam purbasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. (QS. Al Ahzab (33): 10-11) Bagi kami, -Anda dan Al Ustadz boleh tidak sepakat dengan kami –barakallahu fiikum, apa yang dilakukan oleh Al Ustadz Yusuf Supendi Hafizhahullah sudah pada tingkatan amarah, bukan lagi nasihat yang qaulan layyina (perkataan yang lembut), dan hujjah balighah (argumentasi yang dalam). Berbagai komentar Beliau, baik dikutip secara sepotong oleh laman berita online di internet, atau secara utuh di televisi, begitu terasa kebencian amarahnya terhadap qiyadah PKS, yang tentunya tidak bisa diterima oleh kader di bawahnya. Walau Beliau merasa yang dilakukannya adalah nahi munkar, pencerahan, dan nasihat untuk PKS. Namun tidak demikian menurut umumnya kader PKS. Petinggi PKS Nampak tidak mempedulikan berbagai komentar Al Ustadz, tetapi komentar datangnya dari kader di bawah dan orang lain. Komentar balasan pun beragam, ada yang mendukungnya namun cukup banyak yang menyerang balik dengan cap dan sebutan yang juga tidak kalah pedasnya, dan tidak layak dilayangkan sesama muslim. Tetapi, inilah harga yang mesti dibayar olehnya dan oleh siapa pun yang bersikap sepertinya. Mereka merasa dianiaya oleh berbagai komentar dari Al Ustadz, akhirnya api itu mengepulkan asap yang balik menyesakkan dirinya ... Ini bisa terjadi di komunitas mana pun, jika Anda menyerang mereka maka bersiaplah mereka akan mempertahankan diri bahkan menyerang balik kepada Anda. Allah Ta’ala berfirman: ﻻ ُّﺐِﺤُﻳ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺮْﻬَﺠْﻟﺍ ِﺀﻮُّﺴﻟﺎِﺑ َﻦِﻣ ِﻝْﻮَﻘْﻟﺍ ﻻِﺇ ْﻦَﻣ َﻢِﻠُﻇ َﻥﺎَﻛَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻌﻴِﻤَﺳ ﺎًﻤﻴِﻠَﻋ Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. An Nisa (4): 148) Dijelaskan dalam Tafsir Al Muyassar: ﻻ ُّﺐِﺤُﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﺮﻬﺠَﻳ ٌﺪﺣﺃ ﻝﻮﻘﺑ ،ﺀﻮﺴﻟﺍ ﻦﻜﻟ ﺡﺎﺒُﻳ ﻡﻮﻠﻈﻤﻠﻟ ﻥﺃ ﺮُﻛﺬَﻳ ﻪﻤﻟﺎﻇ ﺎﻤﺑ ﻪﻴﻓ ﻦﻣ ;ﺀﻮﺴﻟﺍ ﻦِّﻴﺒﻴﻟ ﻪﺘﻤﻠْﻈَﻣ Allah tidak menyukai seorang pun yang terang- terangan mengucapkan perkataan yang buruk, tetapi dibolehkan bagi orang yang dizalimi untuk menyebutkan pihak yang menzaliminya dengan perkataan yang terdapat keburukan dalam rangka menjelaskan kezalimannya itu. (Tafsir Al Muyyasar, 2/146) Bisa saja Al Ustadz Yusuf Supendi merasa dirinya yang dizalimi, maka ayat ini adalah hujjah untuknya. Sebaliknya, kader PKS –padahal mereka adalah murid-muridnya- akan mengatakan bahwa merekalah yang dizalimi oleh berbagai komentar Al Ustadz –Hafizhahullah tentang PKS dan qiyadahnya, maka ayat ini adalah hujjah bagi mereka. Kuatkan bukti sebelum menyebutnya bersalah ... Alangkah baiknya kita semua, termasuk kami dan Al Ustadz Yusuf Supendi Hafizhahullah memperhatikan nasihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini. ِﻦﻋ ِﻦْﺑﺍ ٍﺱﺎَّﺒَﻋ َﻲِﺿَﺭ ُﻪﻠﻟﺍ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ َّﻥَﺃ َﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ :َﻝﺎَﻗ ْﻮَﻟ" ﻰَﻄْﻌُﻳ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ْﻢُﻫﺍَﻮﻋﺪِﺑ ﻰَﻋَّﺩﻻ ٌﻝﺎَﺟِﺭ ﻝﺍَﻮْﻣَﺃ ٍﻡﻮَﻗ ،ْﻢُﻫﺀﺎَﻣِﺩَﻭ ِﻦِﻜَﻟَﻭ ُﺔَﻨﻴَﺒﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ،ﻲِﻋَّﺪُﻤﻟﺍ ُﻦﻴﻤَﻴﻟﺍَﻭ ﻰَﻠَﻋ ﻦَﻣ "ﺮَﻜﻧَﺃ ﺚﻳﺪﺣ ﻦﺴﺣ ﻩﺍﻭﺭ ﻲﻘﻬﻴﺒﻟﺍ ﺍﺬﻜﻫ ﻪﻀﻌﺑ ﻲﻓ ﻦﻴﺤﻴﺤﺼﻟﺍ. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Seandainya semua manusia dipenuhi semua dakwaannya, niscaya akan ada seseorang yang akan menuntut sebuah kaum darah dan hartanya, tetapi orang yang mendakwakan (menuduh) mesti memberikan bukti, dan orang yang mengingkari mesti bersumpah.” (HR. Bukhari No. 1711, Muslim No. 4552, Al Baihaqi dalam As Sunan Ash Shaghir No. 2412, 2413, juga As Sunan Al Kubra No. 10585, 20990, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 11224, 11225, Ad Daruquthni dalam Sunannya, 4/157, Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 5082, 5083. Ini adalah lafaz menurut Imam Al Baihaqi) Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan: ﺍَﺬَﻫَﻭ ﺚﻳِﺪَﺤْﻟﺍ ﺓَﺪِﻋﺎَﻗ ﺓَﺮﻴِﺒَﻛ ْﻦِﻣ ﺪِﻋﺍَﻮَﻗ ﻡﺎَﻜْﺣَﺃ ﻉْﺮَّﺸﻟﺍ ، ِﻪﻴِﻔَﻓ ُﻪَّﻧَﺃ ﺎَﻟ ﻞَﺒْﻘُﻳ ﻝْﻮَﻗ ﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻟﺍ ﺎَﻤﻴِﻓ ﻪﻴِﻋَّﺪَﻳ ِﺩَّﺮَﺠُﻤِﺑ ُﻩﺍَﻮْﻋَﺩ ، ْﻞَﺑ ﺝﺎَﺘْﺤَﻳ ﻰَﻟِﺇ ﺔَﻨِّﻴَﺑ ْﻭَﺃ ﻖﻳِﺪْﺼَﺗ ﻰَﻋَّﺪُﻤْﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ Hadits ini merupakan kaidah besar di antara kaidah dalam hukum-hukum syara’, di dalamnya menunjukkan bahwa laporan manusia tidaklah diterima jika sekedar tuduhan semata, tetapi hendaknya dia mendatangkan bukti atau pembenaran dari orang yang tertuduh. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 12/3) Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Asy Syaikh Hafizhahullah mengatakan: ﺎﻬﻧﺃ ﻢﺳﺍ ﻡﺎﻋ ﻊﻣﺎﺟ ﻞﻜﻟ ﺎﻣ ُﻦﻴِﺒُﻳ ،ﻖﺤﻟﺍ ﻩﺮﻬﻈﻳﻭ Dia (Al Bayyinah) adalah kata benda yang umum yang menghimpun apa saja yang dapat menjelaskan dan menampakkan kebenaran. (Syarh Matn Al Arbain An Nawawiyah, Syarah hadits No. 33) Beliau juga mengatakan: ﻊﻤﺟﺃﻭ ﻞﻫﺃ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻣ ﻝﺩ ﻪﻴﻠﻋ ﺍﺬﻫ :ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﻦﻣ ﻥﺃ ﺔﻨﻴﺒﻟﺍ ﻰﻠﻋ ،ﻲﻋﺪﻤﻟﺍ ﻥﺃﻭ ﻲﻋﺪﻤﻟﺍ ﻻ ﺬﺧﺆﺗ ،ﻩﺍﻮﻋﺩ ﻻﻭ ﺖﻔﺘﻠﻳ ﺎﻬﻟ ﺚﻴﺣ ﻦﻣ ﻪُﺘﺒﻟﺎﻄﻣ ،ﺀﻲﺸﺑ ﻰﺘﺣ ﻲﺗﺄﻳ ﺔﻨﻴﺒﺑ ﺖﺒﺜﺗ ﻪﻟ ﺍﺬﻫ ﻖﺤﻟﺍ . Para ulama telah ijma’ atas apa yang ditunjukkan oleh hadits ini, bahwa bukti mesti disodorkan oleh pihak yang menuduh, dan penuduh tidak akan diambil tuduhannya, dan tidak dianggap tuntutannya itu, sampai dia bisa mendatangkan bukti yang menguatkan kebenaran tuduhannya. (Ibid) Kenapa dibutuhkan bukti? Imam Ash Shan’ani Rahumahullah menjelaskan hikmahnya: ﻝﺎﻗ ﺀﺎﻤﻠﻌﻟﺍ ﺔﻤﻜﺤﻟﺍﻭ ﻲﻓ ﻥﻮﻛ ﺔﻨﻴﺒﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻲﻋﺪﻤﻟﺍ ﻥﺃ ﺐﻧﺎﺟ ﻲﻋﺪﻤﻟﺍ ﻒﻴﻌﺿ ﻪﻧﻷ ﻲﻋﺪﻳ ﻑﻼﺧ ﺮﻫﺎﻈﻟﺍ ﻒﻠﻜﻓ ﺔﺠﺤﻟﺍ ﺔﻳﻮﻘﻟﺍ ﻲﻫﻭ ﺔﻨﻴﺒﻟﺍ ﻯﻮﻘﻴﻓ ﺎﻬﺑ ﻒﻌﺿ ﻲﻋﺪﻤﻟﺍ Berkata para ulama: hikmah tentang keberadaan bukti bagi si pendakwa (penuduh) adalah karena posisi penuduh itu lemah, lantaran dia mendakwakan sesuatu yang berbeda dengan keadaan yang tampak, maka dia dibebani untuk memiliki hujjah yang kuat, dan itu adalah bukti, yang dengannya bisa menguatkan kelemahan si penuduh. (Subulus Salam, 4/132) Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan: ﺐِﻧﺎَﺟَﻭ ﻰَﻋَّﺪُﻤْﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ّﻱِﻮَﻗ َّﻥَﺄِﻟ ﻞْﺻَﺄْﻟﺍ ﻍﺍَﺮَﻓ ﻲِﻓ ﻪﺘَّﻣِﺫ َﻲِﻔُﺘْﻛﺎَﻓ ِﻦﻴِﻤَﻴْﻟﺎِﺑ ُﻪْﻨِﻣ َﻲِﻫَﻭ ﺔَّﺠُﺣ ﺔَﻔﻴِﻌَﺿ Pada sisi pihak tertuduh adalah posisi kuat, karena pada dasarnya dia telah terjamin keadaannya, maka cukup baginya dengan bersumpah, dan itu merupakan hujjah yang lemah. (Fathul Bari, 5/283) Kemudian …. Jika si penuduh berhasil menunjukkan bukti yang kuat, valid, dan autentik, dan sudah diakui kebenarannya oleh para ahli, dan diakui pula oleh hakim, serta saksi yang adil pun menguatkannya, sementara pihak yang tertuduh tidak bisa mengingkari bukti itu, dan juga tidak memiliki bukti dari sisi dirinya sendiri untuk mementahkan tuduhan tersebut, sehingga dia hanya bisa menggunakan sumpah saja padahal sumpah itu merupakan hujjah yang lemah, maka dia bisa dihukumi terbukti bersalah atas perbuatannya itu. Nah, apakah semua ini sudah terlihat pada berbagai tuduhan Al Ustadz kepada sebagian qiyadah PKS? Kita tunggu prosesnya …. Namun, terlanjur berbagai tuduhan itu sudah menimpa PKS, bahkan dalam kasus sapi import ini, Al Ustadz Luthfi telah menjadi tersangka (bukan terdakwa apalagi terpidana) …. Dan bukankah sudah cukup menjadikannya tersangka untuk menjatuhkan PKS? Kalau pun Beliau bebas, dan tidak terbukti, toh publik sudah terlanjur menghakiminya … cukuplah itu membahgiakan mereka walau dia akhirnya bebas, dan bergembiralah para pembenci PKS. Beginilah Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu mengajarkan Sebuah kisah tenar tentangnya. Beliau pernah kehilangan baju perang. Belakangan diketahui bahwa bajunya dicuri oleh seorang Yahudi. Ali Radhiallahu ‘Anhu menuntut untuk dikembalikan tapi si Yahudi menolaknya karena dia mengklaim sebagai miliknya. Akhirnya Ali Radhiallahu ‘Anhu mengadukan hal ini kepada hakim, dalam persidangan Ali Radhiallahu ‘Anhu tidak mampu memberikan bukti yang menguatkan dan meyakinkan hakim bahwa baju itu adalah miliknya, dan si Yahudi telah mencuri darinya. Akhirnya, Hakim memenangkan si Yahudi dan membebaskannya dari semua tuduhan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu. Selesai peristiwa itu, justru si Yahudi mengaku dia mencuri dari Ali, dan dia masuk Islam karena terkagum dengan proses ini, dan betapa pentingnya bukti walau Ali adalah Khalifah dia tetap tidak dimenangkan karena tidak cukup bukti. Apakah Ali marah? Apakah Ali dendam? Apakah Ali mengatakan yang tidak-tidak kepada Hakim atau kepada si Yahudi setelah itu? Tidak! Dia meridhai keputusan itu dan bisa menahan lisannya, betapa pun dia sangat meyakini kebenaran ada pada pihak dirinya dan kesalahan pada pihak si Yahudi, dan begitulah kenyataannya! Belajar dari Ali Radhiallahu ‘Anhu, seandainya semua tudingan kepada qiyadah PKS yang dilaporkan Al Ustadz Yusuf Supendi dianggap lemah dan tidak cukup bukti, maka terimalah kenyataan itu, jika pun tidak mau terima, maka carilah bukti lain yang menguatkan kebenaran tuduhannya bukan mengulang-ulang character assassination (pembunuhan karakter) terhadap sebagian qiyadah itu di Media. Belajar dari Al Ustadz Asy Syaikh Umar At Tilmisani Rahimahullah Ketika Beliau ke London, para wartawan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan tentang pemimpin Mesir. Beliau menolak menjawab, karena bukan akhlak Islam menceritakan keburukan pemimpin sendiri di negara lain. (Lihat 100 Nasihat Pemimpin Ikhwanul Muslimin) Ya, inilah Syaikh Umar At Tilmisani, mursyid ‘am ke-3 gerakan Al Ikhwan. Begitu besar permusuhan pemimpin Mesir kepadanya dan kepada Al Ikhwan. Tetapi, dia tidak mau membalasnya dengan menggunjing pemimpin Mesir di tempat yang bukan seharusnya. Belajar dari Asy Syaikh Muhammad Al Ghazali Rahimahullah Beliau salah satu Syaikhul Ikhwan generasi awal. Menyatakan mundur dari Al Ikhwan, karena perselisihannya dengan Mursyid ‘Am ke-2, Asy Syaikh Hasan Al Hudaibi Rahimahullah. Menurutnya Asy Syaikh Hasan adalah seorang yang lemah yang tidak cocok memimpin organisasi sebesar Al Ikhwan. Namun, hubungan Beliau dengan Mursyid ‘Am baik- baik saja. Tidak menyerang dan menggunjingnya baik di depan atau di belakangnya. Bahkan, Beliau pernah melindungi dan menjaga sepatu Asy Syaikh Hasan Al Hudaibi ketika sedang menghadiri acara yang digagas oleh Al Ikhwan. Perbedaan cara pandang dalam masalah keorganisasian tidak merusak hubungan pribadi di antara keduanya, tidak pula dendam. Semoga Al Ustadz Yusuf Supendi Hafizhahullah, kami, dan pembaca sekalian, mendapatkan pelajaran dari sikap-sikap orang shalih ini. Dan, semoga Allah Ta’ala memberikan kasih sayang dan ampunanNya kepada guru dan orang tua kita, Al Ustadz Yusuf Supendi Hafizhahullah, dan juga kepada kita semua, serta menyatukan hati-hati kaum mu’minin dalam naungan cinta dan da’wahNya. Wallahu A’lam