Senin, 25 Maret 2013
Ketika Thomas Malthus mengeluarkan teorinya (1798)
bahwa populasi dunia tumbuh secara deret ukur (1,2,4,
8 dst…) sedangkan sumber daya kehidupan tumbuh
secara deret hitung (1,2,3,4 dst…), saat itu penduduk dunia
belum mencapai 1 Milyar. Gara-gara teori tersebut, timbul
pemikiran yang ganjil dari Thomas Malthus ini – bahwa
tidak ada gunanya mengentaskan kemiskinan – karena bila
si miskin tambah makmur, dia akan menambah anak dan
problem kekurangan sumber daya kehidupan akan semakin
serius.
Pemikiran Thomas Malthus yang ganjil tersebut kemudian
menjadi justifikasi bagi Karl Marx, Lenin dan teman-
temannya – untuk menentang kapitalisme. Menurut
mereka ini justru itu perlunya sumber daya-sumber daya
kehidupan yang terbatas tersebut untuk dibagi sama rata
dan sama rasa agar cukup bagi semua.
Separuh saja dari teorinya Thomas Malthus yang
mendekati kebenaran , yaitu bahwa penduduk bumi
tumbuh secara deret ukur. Dua tahun setelah teori tersebut
penduduk bumi mencapai 1 Milyar pertama (1800), ini
adalah hampir 12,000 tahun sejak peradaban manusia
mengenal pertanian menetap. Sejak saat itu jumlah
penduduk bumi melesat dengan cepat seiring dengan
peningkatan kemakmurannya.
130 tahun kemudian penduduk bumi mencapai 2 milyar
(1930), 30 tahun kemudian mencapai 3 milyar (1960), 15
tahun kemudian mencapai 4 milyar (1975), 12 tahun
kemudian mencapai 5 milyar (1987), 12 tahun kemudian
mencapai 6 milyar (1999) dan 12 tahun kemudian
mencapai 7 milyar (2011). Lihat kelipatan ini, 12,000
tahun untuk mencapai jumlah 1 milyar dan hanya perlu
sekitar 200 tahun kemudian untuk mencapai 7 Milyar !.
Dengan pertumbuhan seperti ini penduduk bumi akan
mencapai 8 Milyar sebelum tahun 2023 !.
Sisi pertumbuhan populasi bumi secara deret ukur tersebut
nampaknya akan terbukti tetapi sisi sumber daya
kehidupan ternyata juga tetap cukup untuk menopang
kehidupan penduduk bumi yang kini sudah lebih dari 7
Milyar dan akan segera mencapai 8 milyar ini. Artinya sisi
lain teori Thomas Malthus bahwa penopang kehidupan
yang tumbuh secara deret hitung terbukti tidak benar,
penduduk bumi secara kumulatif ternyata tidak berkurang
kemakmurannya kini dibandingkan dengan ketika teori
Malthus tersebut dikeluarkan lebih dari dua abad lalu -
ketika penduduk bumi belum mencapai 1 Milyar
pertamanya.
Tetapi kecukupan penopang kehidupan bukan berarti tanpa
masalah. Dengan pola ekonomi yang dikendalikan
kapitalisme sekarang, rata-rata penduduk negara maju
seperti Amerika menyerap sumber daya kehidupan di
bumi 32 kali lebih banyak dari yang diserap rata-rata
penduduk negeri miskin seperti Kenya misalnya . Sumber
daya kehidupan yang disedot mereka ini meliputi pangan,
air, energy, mineral, hasil tambang dlsb.
Jadi masalahnya jelas, bukan sumber daya kehidupan di
bumi yang tumbuh secara deret hitung sehingga tidak bisa
mengejar pertumbuhan populasi yang tumbuh secara deret
ukur – tetapi lebih pada masalah distribusi sumber daya
tersebut yang tidak dilakukan secara adil.
Berbagai system mulai dari keuangan, perdagangan,
standar industri, teknologi dlsb. diciptakan untuk
mengunggulkan segelintir orang atau kelompok terhadap
mayoritas penduduk bumi. Negeri-negeri yang memiliki
sumber daya alam melimpah, tidak jaminan bahwa mereka
yang paling makmur dan paling cepat pertumbuhannya –
mereka justru menjadi target penjajahan jenis baru –
penjajahan ekonomi, keuangan, politik dan pemikiran.
Lantas apakah yang benar Marxism dan Leininism yang
membagi sumber daya kehidupan yang terbatas secara
sama rasa dan sama rata ?, tidak juga ! Karena pembagian
yang demikian juga tidak mendorong orang untuk
berkinerja optimal meng-eksplorasi kekayaan alam di bumi
ini.
Maka solusinya tinggal umat ini yang seharusnya bisa
menghadirkan kemakmuran di bumi itu. Umat inilah yang
dikabarkan oleh hadits Nabi berikut yang akan
memakmurkan bumi sekali lagi sebelum kiamat datang di
bumi ini :
" Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan
telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-
laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta
zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang
bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab
menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang
rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).
Kita bisa optimis bahwa kemakmuran di bumi masih akan
datang sekali lagi – berapapun jumlah penduduk bumi saat
itu, karena selain hadits tersebut di atas juga adanya janji
Allah langsung di sejumlah ayat yang bunyinya senada :
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan
dengan ukuran yang tertentu .” (QS 15 :21).
Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang tidak
seimbang seperti ketidak seimbangan antara jumlah
penduduk bumi dengan sumber daya kehidupannya – yang
diteorikan oleh Thomas Malthus tersebut di atas :
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang ? ” (QS 67 :3)
Bahwa belum semuanya sumber daya kehidupan tersebut
kita temukan dan kita kuasai saat ini, karena ke-Maha
Tahu-an Allah juga – yang tidak menghendaki kita berlebih-
lebihan dalam menggunakannya :
“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-
Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi,
tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya
dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat .” (42:27)
Jadi sumber daya di bumi itu cukup untuk semuanya, tidak
berlebih dan tidak kurang - tetapi harus terus digali dan
dikelola secara adil. Untuk bisa terus menggali dan
mengelola sumber daya yang ada di bumi ini secara adil
itulah kita diciptakan oleh Allah sebagai khalifahNya – yang
memakmurkan bumi ini (QS 11 :61).
Bila kapitalism itu memperebutkan sesuatu yang
dianggapnya sedikit atau terbatas (scarcity), Marxism
membagi yang sedikit itu sama rata sama rasa dan
berharap cukup dengan yang sedikit itu. Kita bukan
keduanya, kita yakin bahwa sumber-sumber kehidupan itu
cukup, hanya perlu terus digali dan dikelola secara adil
mengikuti petunjuk-petunjukNya. InsyaAllah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar