Sabtu, 16 Januari 2010

Sifat-sifat Suami yang Tidak Disukai Istri

Para istri atau kaum wanita adalah manusia yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena beberapa sifa-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan merasa benar. Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia benar-benar bisa tampil sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah, pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di surga. Karena itulah perhatikan sifat-sifat berikut yang secara umum sangat tidak disukai oleh para istri atau kaum wanita :
Pertama, Tidak Punya Visi
Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Dalam pembukaan QS. An Nisaa’ ayat 1, Allah swt. Berfirman: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Dalam ayat ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.
Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda: “Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.”
Kedua, Kasar
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah dalam QS. An Nisaa’ ayat 19 memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf (Dan sikapilah para istri itu dengan perlakuan yang ma’ruf). Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan melindungi istri.
Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan. Mentang-mentang badannya lebih kuat, lalu memukul istri seenaknya.
Ingat ! Istri juga manusia. Ia ciptaan Allah yang dilebihkanNya atas makhluq selainnya. Kepada binatang saja kita harus belas kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka hanya karena menyiksa seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.
Ingat ! Istri adalah istri. Ia adalah wanita yang kita (suami) miliki dan Allah halalkan farjinya untuk kita lantaran sebuah akad (ijab-qabul) yang – Nabi SAW gambarkan bobotnya - seorang malaikat angkat bukit sebesar Bukit Uhud di atas kepala kita, saat kita melafadzkannya.
Ingat ! Istri adalah amanah yang Allah Ta’ala kuasakan kepada kita para suami. Amanah keselamatannya di dunia maupun di akhiratnya. Semenjak kita menikahinya, semenjak itulah kita tidak akan bisa aman dari ancaman Neraka sebelum istri kita ‘terbebas’ dari Neraka :
        ••              
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahriim/66 : 6).
Ketiga, Sombong
Sombong (kibir) adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena kibir-nya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34). Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak prerogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qudsi: “Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.”
Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka mempunyai suami sombong.
Sayangnya, dalam keseharian, sering terjadi banyak suami merasa ‘lebih dalam segalanya’. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali. Wahai suami, ingatkah kita bahwa anak-anak kita lahir dan tumbuh besar karena jasa keshabaran para istri : shabar dalam lelah mengandung selama sembilan bulan, shabar dalam nestapa saat melahirkan, shabar dalam kerepotan menyusui selama dua tahun, dst..... ? Wahai suami, insyafkah kita bahwa isteri kita-lah yang menjadi ‘pengganti ibu kita’ yang senantiasa menyiapkan makanan dan meninabobokkan tidur kita Sang Bayi Besar ?
Celakanya, di alam realita, banyak para suami yang menolak kebenaran hanya lantaran seuntai nasihat itu lahir dari lisan seorang istri. Wahai suami, bukankah Baginda Rasulullaah SAW senantiasa meminta nasihat para isterinya ? Wahai suami, tahukah Anda bahwa Amiril Mu’minin Umar Al Faruq ra adalah suami yang mengherankan teman-temannya lantaran kerap dipergoki terdiam menitikkan air mata saat sang istri memarahinya ?
Naifnya, di hadapan kita, betapa banyak para suami yang gengsi meminta maaf dan keridhaan istrinya saat ia bersalah. Hal ini berbanding terbalik dengan bentakan dan cemooh kepada isteri dari suami yang menuntut maaf manakala istrinya berbuat khilaf.
Sungguh banyak para istri yang menderita karena perilaku sombong seorang suami.
Keempat, Tertutup
Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa dizhalimi. Tidak ada seorang dari para istri yang merasa dikesampingkan.
Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja pengeluaran uangnya. Isteri tidak mengatahu isi dompet suaminya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini.
Kelima, Plinplan
Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plinplan. Tetapi pula bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama ia royal bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).
Keenam, Pembohong
Banyak kejadian para istri ternista karena sang suami suka berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah. Dusta adalah sikap yang paling Allah benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin (apakah ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu sendiri.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang poranda berawal dari kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu : ia ingin dihargai, dimuliakan dan dimanusiakan. Kebohongan telah menghancurkan harga diri seorang istri. Karena banyak para istri yang siap dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para suami pembohong.
Ketujuh, Cengeng
Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng. Benar, Abu Bakar Ash Shiddiq ra adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia bukan lelaki cengeng. Sentuhan ayat-ayat Al Qur’an-lah yang mengguncang hatinya yang lembut. Terbukti, dalam keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun ragu mengiringi 300.000 pasukannya untuk menyerbu penduduk Basrah yang enggan bertaubat dari tidak berzakat.
Suami cengeng, cenderung nampak di depan istri serba tidak meyakinkan tetapi terampil mengeluh. Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam arti enerjik, penuh semangat dan vitalitas hidup. Obsesinya selalu ‘menyala’ dan tidak kenal lelah dalam meraihnya. Lebih dari itu, tabah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Kedelapan, Pengecut
Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap pengecut (wa a’uudzubika minal jubni...). Mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan. Ketika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.
Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang. Bodoh dan berani, tidaklah sama.
Kesembilan, Pemalas
Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap malas (Allahumma innii a’uudzubika minal ‘ajzi wal kasl). Kata kasal artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di rumah bagian dari beban masalah. Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya seorang suami.
Kesepuluh, Acuh dan Tidak Peka kepada Anak
Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang anak; ayah-lah yang menghadirkan visi hidup sang anak. Baginda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada anak-anaknya hingga kepada cucunya Hasan-Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main di atas punggungnya.
Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak. Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Rumus utama suami seperti ini : “Pokoknya aku cuma urusan cari duit. Masalah PR sampai ambil buku rapot, urusan kamu ya Bu !”. Sering anak ‘diusir’ ayahnya saat ingin bermain dan bergelayut manja, lantaran tumpukan pekerjaan kantor yang diusung ke rumah. Sikap seperti inilah yang sangat tidak disukai para wanita.
Kesebelas, Menang Sendiri
Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang di depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.
Keduabelas, Jarang Komunikasi
Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri. Entah denga cara mengirim SMS atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.
Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu mengontak sekalipun hanya sekedar menanyakan perihal kabarnya.
Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum
Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan.
Baginda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganggarkan : Perhiasan seorang lelaki adalah tampak wanginya, tetapi tidak tampak warnanya. Sebaliknya, perhiasan seorang wanita adalah tampak warnanya, tetapi tidak tampak wanginya.
Ketika seorang suami rapi dan wangi, istri bangga dan berprestise baik karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu dalam asumsi para istri, kerapian dan keharuman adalah cerminan pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya sembrono dalam penampilannya dan menyebarkan aroma tak sedap.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjadikan kita tidak termasuk ke dalam salah satu contoh buruk suami seperti hal di atas.
Allahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar