Sabtu, 16 Oktober 2010

Memelihara Anak Yatim

Anak merupakan anugerah, karunia dan nikmat Allah yang terbesar yang harus dipelihara, sehingga tidak terkontaminasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maka wajib untuk membimbing dan mendidik sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan lingkungan yang bagus dan teman-teman yang istiqâmah. Keluarga adalah lingkungan pertama dan mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk aqidah, mental, spiritual dan kepribadian, serta pola pikir anak. Yang kita tanamkan pada masa-masa tersebut akan terus membekas pada jiwa anak dan tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Adapun bagi seorang pendidik, ia harus menjauhkan anak didiknya dari hal-hal yang membawa kepada kebinasaan dan ketergelinciran, serta mengangkat derajat mereka menjadi derajat manusia yang mempunyai semangat untuk mengemban amanat dan tugas agama. Sebagai pendidik, seseorang harus menjadikan kepribadian Rasul Shallallahu'alaihi Wa Sallam sebagai suri tauladan dalam seluruh aspek kehidupan dan dalam setiap proses pendidikan serta memberi motivasi anak didik agar selalu bersanding dengan ulama dan orang-orang shalih. Seorang pendidik juga harus memahami dampak buruk yang disebabkan oleh keteledoran dalam mendidik anak. Dan ia harus mewaspadai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi proses pendidikan anak, yaitu lingkungan rumah, sekolah, media cetak dan elektronik, teman bergaul, sahabat dll.
Perlakuan orang tua terhadap anaknya sangat dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor harapan dan cita-cita berkeluarga kedua orang tuanya. Cita-cita adalah harapan tertinggi yang sangat ingin diraih yang diupayakan dengan rencana dan segala kemampuan yang paling maksimal. Sebab, membentuk keluarga bukanlah tujuan, tapi sarana untuk mencapai sebuah tujuan. Karena itu, pastikan kita tidak salah dalam menetapkan cita-cita berkeluarga.
Faktor yang kedua adalah kesadaran untuk melaksanakan tugas terpenting dalam berkeluarga. Apakah tugas terpenting dalam berkeluarga itu ? Allah swt. menyebutkan dalam Q.S. 66 : At-Tahrim : 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.”
Jadi, keluarga sukses adalah keluarga yang di dunia berhasil menjalankan misi sebagai pemimpin orang yang bertakwa, dan diakhirat berhasil mencapai visinya terbebas dari neraka. Inilah makna dari doa yang kita pinta: rabbana aatinaa fiid dunya hasanah wa fiil akhirati hasanah wa qinaa „adzaaban naar. Ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di duniah dan kebahagiaan di akhirat; dan jauhkan kami dari api neraka. Allah swt. berfirman,
http://www.percikaniman.org | Majelis Percikan Iman (MPI) 2
“Maka barangsiapa yang telah dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” [Q.S. 3 : Ali Imran : 185]
Untuk meraih kesuksesan dalam berkeluarga, posisi anak menjadi penting. Jadikan anak sebagai aset penting untuk meraih sukses keluarga. Perlakukan dan persiapkan mereka agar mampu menjadi pemimpin umat dan bangsa, perlakukan dan bekali mereka agar mampu menjadi penyelamat orang tua dan keluarganya dari neraka.
Step to step-nya seperti ini. Mulailah dari kedua orang tua, yaitu kita, memperbaiki diri. Lalu, hadirkan untuk anak kita lingkungan terbaik dan hindarkan mereka dari lingkungan yang merusak. Beri mereka makanan yang terjamin gizi dan kehalalannya. Berikan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi keluarga. Setelah itu, bertawakalah kepada Allah swt dan doakan selalu anak kita.
Jika kita sejenak merenungi, faktanya bahwa dalam kehidupan sekarang ini, yang namanya akhlak menjadi suatu persoalan yang sangat riskan sekali. Kita melihat bahwa betapa banyak orang yang mengkonsumsi narkoba. Betapa banyak kita melihat di tayangan televisi terjadi penggerebegan karena mengkonsumsi narkoba dan yang ditangkap itu tiada lain adalah anak-anak muda, anak-anak yang masih remaja yang sesungguhnya mereka adalah harapan bangsa kita semua. Kemudian juga kita pernah mendengar disebuah pemberitaan dalam waktu dekat ini ada anak usia 11 tahun sudah melahirkan, dan juga banyak sekali anak-anak remaja yang nongkrong-nongkrong di jalanan sambil mabuk dan mengkonsumsi barang-barang haram dengan alasan bahwa inilah yang disebut dengan gaul yang modern menurut pandangan mereka, dan masih banyak lagi kasus-kasus yang sangat mengerikan yang terjadi pada era yang disebut globalisasi ini. Jika kita melihat hal ini maka bagaimana peran orang tua didalamnya dalam mendidik anak. Lalu bagaimana dengan pendidikan buat anak-anak yang sudah yatim ?, anak yang sudah tidak memiliki orang tua lagi. Dan bagaimana dalam peran perbaikan akhlak mereka ?.
“………Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S 2 : Al Baqarah : 220)
Jika kita melihat pada zaman ini, kita melihat seorang anak yang memiliki orang tua akan tetapi menjadi “yatim”, bagaimana bisa ? Baik, kita lihat betapa banyak orang tua yang sibuk dengan urusan duniawi sehingga intensitas bertemu dengan anak saja sangat minim, mungkin hanya beberapa menit saja dapat bertemu dengan orang tua, sehingga terkadang baby siter yang harusnya dipanggil tante malah dipanggil “ibu” dan sebaliknya ibunya sendiri disebut “tante”. Ini merupakan hal-hal yang banyak sekali terjadi pada saat ini, sehingga anak tersebut menjadi yatim secara tidak langsung. Bagaimana proses perbaikan akhlak akan terjadi jika intensitas bertemu saja kurang.
Jika hal tersebut terus-menerus terjadi maka kita benar-benar mengalami suatu kerugian yang sangat besar.
http://www.percikaniman.org | Majelis Percikan Iman (MPI) 3
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. 103 : Al’Ashr : 1-3)
Didalam setiap manusia terdapat DNA masing-masing, dimana DNA tersebut merupakan bagian dari sel manusia yang jumlahnya triliunan. Dan betapa besar pengaruh DNA tersebut di dalam kehidupan manusia. Seorang ibu yang menyentuh/memberikan sentuhan secara langsung untuk mengekspresikan cintanya, sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seorang anak. Buktinya jika seorang anak kecil terjatuh dari sepeda dan mengalami luka kecil kemudian datang ke ibunya sambil menangis, merengek karena sakit lantas ibunya memberikan plester atau obat luka dan kemudian mengusap-ngusap kaki si anak, dalam hitungan detik anak tersebut kembali tersenyum dan bermain lagi. Ini terjadi bukan karena si ibu memiliki sulap atau magic, akan tetapi betapa besar pengaruh kasih sayang atau perhatian terhadap anak. Dimana dari hal sekecil itu akan melahirkan anak yang tumbuh dengan kasih sayang sehingga melahirkan pribadi yang baik. Maka alangkah baiknya jika komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak seperti komunikasi lukman dengan anaknya, Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, betapa lembut dan sangat mendidik.
Kesimpulannya adalah, peran kita sebagai orangtua ataupun seorang pendidik adalah menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak kita atau anak-anak didik kita, berikan perhatian dengan sentuhan kasih sayang yang menyejukkan.
Wallahu‟alam bishawab.
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
[Q.S. 14 : Ibrahim : 40-41]
Session Pertanyaan :
1. Apakah kalau makanan haram itu memiliki pengaruh terhadap karakter anak ?
Kita ini hidup di dunia yang abu-abu, tanpa kita sadari mungkin saja kita memberikan makan kepada anak dari cara yang haram atau tanpa kita sadari makanan tersebut haram, misalnya ayam tiren (mati kemarin/bangkai). Tentu saja ini bisa mempengaruhi secara tidak langsung terhadap karakter anak, karena akan mempengaruhi mulai dari pembentukkan sumsum tulang, daging sampai pembentukkan sel di otak.
Saya pernah melakukan riset kecil-kecilan, ada makanan yang haram secara substansial misalnya daging yang tidak disembelih dengan asma Allah, dan bangkai yang dijadikan makanan dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua non substansial yaitu mendapatkan makanan halal dengan cara yang haram. Di dalam tubuh kita terdapat sel-sel yang jumlahnya triliunan dan mereka bertawaf di dalam tubuh, dan jika diberikan makanan (cara dan dzatnya haram) maka tawafnya terganggu, jantung berdetak lebih cepat, darah yang memompa menjadi cepat karena terdapat ketakutan-ketakutan dari makanan haram itu, dan itu akan terasa oleh anak. Oleh karena itu ketika kita berdoa saat mau makan, meskipun makanan itu sangat sederhana tapi karena makanan itu halal dan kita berdoa sebelum makan maka itu akan mengeluarkan sinyal-sinyal positif yang dikirimkan ke otak sehingga memberikan pesan yang baik ke otak dan melancarkan seluruh sel-sel yang ada di tubuh kita.
http://www.percikaniman.org | Majelis Percikan Iman (MPI) 4
2. Gen itu apa ? Kemudian jika sudah banyak tersentuh oleh GEN ibu akan tetapi tetap saja anak tersebut memiliki karakter yang kurang baik ?
Gen adalah bahan genetik yang terkait dengan sifat tertentu, sebagai bahan genetik tentu saja gen terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, yakni sifat turunan yang bisa menurunkan kepada anak keturunannya, baik biologis maupun psikis, tetapi prosentasenya tiap manusia berbeda-beda.
Pada dasarnya semua manusia itu sudah memiliki sifat dasar yang sama, masing-masing memiliki kutub positif dan negatif. Sebagai orangtua memiliki peran yang cukup berpengaruh dalam mengoptimalkan energi positif dan meredam energi negatif anak-anaknya, namun tiap orang tua itu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik anak-anaknya, misalnya setiap orangtua pasti memiliki rasa sayang kepada anaknya, tetapi bentuk kasih sayangnya ada yang memberikan segalanya kepada anak, misalnya Hand Phone, Laptop, Kendaraan dan lain sebagainya. Itu merupakan salah satu cara orang tua dalam mengekspresikan kasih sayangnya, akan tetapi mungkin saja anak tersebut hanya menginginkan bentuk kasih sayang dalam hal shalat berjamaah yang diimami oleh ayahnya, atau hanya menginginkan shaum sunnah ditemani oleh ibunya ketika sahur, sangat sederhana ternyata keinginan si anak. Jadi jika kasih sayang sudah diberikan kepada anak, mungkin bisa jadi caranya yang salah, maka berikanlah kasih sayang yang demokratis. Dan jangan lupa faktor lingkungan tetap sangat dominan dalam membentuk karakter anak, maka berikan lingkungan yang baik untuk anak-anak kita.
3. Anak saya 2 tahun, dia masih suka menghisap jempol dan mengidap autis, sampai saat ini masih memasukkan jempol ke mulutnya, kalau dilarang dia akan menjerit dan menangis, apakah itu tidak apa-apa ? kemudian bagaimana menyikapinya lalu apakah ini ujian untuk saya ?
Kebiasaan anak yang suka menghisap jempol itu tidak ada masalah, perlu waktu dan bertahap dalam menghilangkan kebiasaan tersebut, karena hal tersebut berhubungan dengan kenyamanan dan ketenangan si anak, jika diganggu tanpa pendekatan psikologis maka khawatir agak berdampak pada mental si anak.
Berkaitan dengan perilaku anak yang autis, sesungguhnya psikologi ibu waktu hamil sangat mempengaruhi kandungan anak. Jika seorang suami yang sering memarahi istri yang sedang hamil, maka itu mempengaruhi juga psikologi anak yang berada di dalam kandungan. Kemudian lingkungan juga mempengaruhi psikologi untuk anak dalam rahim, makanan dan susu formula yang dikonsumsi seorang Ibu hamil juga dapat mempengaruhi anak. Tidak semua susu formula bisa diserap oleh anak, tergantung dari kebutuhan si anak. Termasuk juga ketika ngidamnya seorang Ibu hamil yang tidak diikuti akan berpengaruh juga secara tidak langsung kepada anak.
Sekarang, tinggal bagaimana sentuhan seorang ibu terhadap anak tersebut. Berikan kasih sayang yang sangat berarti buat si anak, pelukan-pelukan ibu akan mempengaruhi terhadap anak. Tingkatkan intensitas kasih sayang terhadap anak, dan berikan makanan-makanan yang baik untuk si anak, dan berdoalah kepada Allah, karena anak adalah anugerah dan amanah buat kita.
Sumber : MPI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar