Jumat, 27 Januari 2012

kutitipkan dia ya Alloh

suara adzan Isya’ yang terdengar pelan dari salon
komputer sang Ayah membuat Rafi, anak yang masih
berusia dua tahun itu mengingatkan Ayahnya. “Ayah,
waktunya sholat ya...?” dengan polosnya Ia bertanya pada
sang Ayah yang sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah di
depan komputer. “Iya sayang, Ayah mau berwudlu dulu
ya...” jawab sang Ayah dengan tersenyum. “Ayah mau ke
mana?” Tanya sang Anak lagi. “Ayah mau sholat ke masjid”
jawab sang Ayah. “Rafi ikut” jawab sang Anak dengan
mengiba. “Sayang, di luar sangat dingin, mas Rafi di rumah
saja ya sama Bunda,” jawab sang Ayah. “Rafi ikut Ayah...”
jawab sang Anak dengan mata yang berkaca-kaca...
Sang Ayah memandangi anaknya dengan iba, dia berusaha
meyakinkan anaknya yang masih kecil tersebut. Tetapi
semakin diyakinkan, si Anak semakin menangis menjadi,
karena memang hanya satu keinginan sang Anak, yaitu
mengikuti Ayahnya sholat ke masjid. Dilihatnya sang Istri
sudah tertidur sangat nyenyak, mungkin karena pekerjaan
hari ini yang melelahkan dan kebetulan memang sedang
berhalangan untuk sholat.
“Baiklah, mas Rafi ikut Ayah ke masjid, tetapi nanti mas
Rafi ikut sholat dan tidak mengganggu yang lain ya...”
pesan Ayah tersebut kepada anaknya. Rafi kecil
mengangguk, rupanya janji itu telah mengganti kesedihan
yang menyelimutinya, dengan kebahagiaan yang tak
terkira dihatinya nan tulus itu. Kemudian Sang Ayah
menuntun anaknya yang masih kecil untuk berwudlu dan
menggunakan baju Muslim yang kemudian mereka berdua
berangkat ke masjid bersama-sama.
Hawa dingin kota Wollongong menyelimuti perjalanan
mereka. “Mas Rafi kedinginan?” Tanya sang Ayah. Si Rafi
kecil mengangguk. “Sini Ayah gendong biar hangat” kata
sang ayah. Kemudian mereka berdua berjalan memasuki
Omar Mosque yang telah ramai dengan jamaah.
Selagi menanti iqomat berkumandang, Si Rafi kecil tetap
berada di dekapan sang Ayah. Namun tak berapa lama ia
tertidur, mungkin karena lelah ataupun memang sudah
malam bagi dia untuk masih terjaga. Karena sholat Isya di
kota Wollongong NSW saat itu tepat berada di pukul 20:40
PM.
Sang Ayah mulai bingung. Ia gelisah, jangan-jangan si Rafi
kecil nanti terbangun dan menangis di saat sholat sedang
berlangsung, “Apakah saya harus terus mengikuti sholat
berjamaah, atau pulang...” tanyanya dalam hati. Masih
ditengah kebimbangan itu, tiba-tiba Syeh Abdurrahman
memasuki masjid dan berkata, “Brother, why do you bring
your child here!? He is still too young. Its very cold outside.”
Katanya menasehati. Memang Syekh Abdurrahman sangat
ketat sekali terhadap anak kecil yang bisa mengganggu
kekhusyukan sholat. Berkali-kali beliau mengingatkan
untuk tidak membawa anak kecil terutama anak yang
masih sulit untuk diberi pengertian. Sudah banyak jamaah
yang diingatkan karena kejadian anaknya yang
mengganggu sholat.
“Syekh, should I go home now?” Tanya sang Ayah. Syeh
Abdurrahman memandangi si Anak yang sudah terlelap
tidur dipangkuan Ayahnya dengan iba. “If you think that he
will not crying when we are praying, you can pray at the
corner and take it beside you,” jawab Syeh Abdurrahman
yang tak berapa lama Iqomatpun dikumandangkan oleh
Muadzin.
Sang Ayah masih menggendong Rafi kecil di ruangan
masjid bagian belakang. Ia ragu untuk meneruskan sholat
berjamaah, karena malam semakin dingin, Ia takut
anaknya nanti terbangun dan menangis, sehingga akan
mengganggu jamaah yang lain. “Yaa Alloh..., kalau engkau
menghendaki aku pulang dan tidak mengikuti sholat
berjamaah, aku akan pulang sekarang, tetapi, kalau
engkau masih mengizinkan aku untuk mengikuti sholat
berjamaah bersama yang lain, hamba mohon, kuatkan
anak kami sehingga saya bisa mengikuti sholat berjamaah
dengan tenang...” doanya dalam hati.
“Brother, oh your son is sleeping..., its very cold outside...”
kata Ahmad Fathi Salah yang baru tiba dan tiba-tiba
menghampirinya, Ahmad adalah seorang sahabat,
International student yang berasal dari Libya. “I think Its
better for me to pray in my house,” jawab sang Ayah. “No...!,
you can pray together with us,” jawab Ahmad. Ahmad
kemudian melepas jaket kulitnya dan memberikan pada
Ayah Rafi. “Use it to warmer your son.” Jawabnya. “Brother
come here, you can pray here,” katanya kemudian sembari
memberikan sebuah tempat untuk sholat dan tempat
berbaring si Anak.
Mulanya ragu-ragu, tetapi Sang Ayah kemudian
membaringkan si Anak tepat di sebelahnya dan kemudian
menyelimuti dengan jaket kulit milik sahabatnya itu. “Yaa
Alloh kutitipkan dia padaMu, jangan bangunkan dia
sebelum sholat isya’ ini berakhir, Aamiin...” doa sang Ayah
sebelum memulai sholat.
Sholatpun kemudian dimulai dan sang anak tetap terlelap
dalam tidurnya. Dan... Alhamdulillah.., hingga rokaat ke
empat berakhir, tak ada suara dari si Rafi kecil, dan begitu
salam tanda sholat berakhir, Anak kecil itu bergerak-gerak,
ia membuka matanya dan.. “Ayah, di mana kita...?”
tanyanya dengan polos. “Kita di masjid sayang, tuh sholat
barusan selesai,” kata Ayahnya dengan tersenyum.
Terucap syukur dalam hati sang ayah, “Terima kasih Yaa
Alloh... telah Engkau bukakan pintu-pintu RahmatMu
kepada hamba, Engkau beri hamba kesempatan untuk
menikmati indahnya sholat berjamaah di rumahMu.
Alhamdulillah...”
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. At-Taubah [9] : 18)
Subhanalloh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar