Jumat, 27 Januari 2012

sahabat rasul: Saad bin abi waqas

Aku adalah orang ketiga yang
memeluk Islam, dan orang pertama yang
melepaskan anak panah di jalan Allah,”
Demikianlah Sa’ad bin Abi Waqqash mengenalkan dirinya.
Ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang
pertama yang melepaskan anak panah dari busurnya di
jalan Allah.
Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf hidup di
tengah-tengah Bani Zahrah yang merupakan paman
Rasulullah SAW. Wuhaib adalah kakek Sa’ad dan paman
Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah.
Sa’ad dikenal orang karena ia adalah paman Rasulullah
SAW. Dan beliau sangat bangga dengan keberanian dan
kekuatan, serta ketulusan iman Sa'ad. Nabi bersabda, “Ini
adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!”
Keislamannya termasuk cepat, karena ia mengenal baik
pribadi Rasulullah SAW. Mengenal kejujuran dan sifat
amanah beliau. Ia sudah sering bertemu Rasulullah
sebelum beliau diutus menjadi nabi. Rasulullah juga
mengenal Sa’ad dengan baik. Hobinya berperang dan
orangnya pemberani. Sa’ad sangat jago memanah, dan
selalu berlatih sendiri.
Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi
orang ketiga dalam deretan orang-orang yang pertama
masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.
Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat
kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada
ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang
ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa,
dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah
adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan
Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun.
Disamping itu, Hamnah juga seorang wanita yang
terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh.
Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya;
penyembah berhala.
Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad
di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit
tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah.
Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang
telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar
mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid
bin Haritsah.
Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui
Rasulullah SAW, untuk mengucapkan dua kalimat
syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya
baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan
lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.
Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda
dengan kisah keislaman para sahabat lainnya. Ibunya
sangat marah dengan keislaman Sa'ad. “Wahai Sa’ad,
apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama
bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah,
aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau
meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.
Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan
meninggalkan agamaku!”
Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa
Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad
akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan
sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok
makan.
Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai
Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa
dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau
meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad.
Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin
kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung
kesedihan dan kebencian.
Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad
dalam ayat Al-Qur’an, “Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk
bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit
seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah
kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang
akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk
surga."
Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat
menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk
melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang
menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah
laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi
Waqqash.
Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada
orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena
keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah.
Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang
kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang
pertama melepaskan anak panah dalam membela agama
Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak
panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap
pertempuran.
Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh
Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau.
Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah,
wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."
Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang
sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda,
“Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”
Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi
Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam
keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya
agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam
Perang Badar—perang kemenangan pertama untuk kaum
Muslimin.
Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang
terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan
indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di
pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.
Red:republika online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar