Senin, 17 Juni 2013
Pengaruh orangtua terhadap perkwmbangan anak
diekspresikan sehingga
menciptakan suasana emosional . Santrock dalam
bukunya Educational Psychology (2011)
menyinggung 4 macam parenting styles, yaitu
authoritative, authoritarian, neglectful , dan
indulgent .
1 . Authoritative Parenting
Orang tua yang authoritative berperilku hangat
namun tegas . Mereka mendorong anaknya
menjadi mandiri dan memiliki kebebasan namun
tetap meberi batas dan kontrol pada anaknya.
Mereka memiliki standard namun juga memberi
harapan yang disesuaikan dengan
perkembangan anak . Mereka menunjukkan kasih
sayang , sabar mendengarkan anaknya,
mendukung keterlibatan anak dalam membuat
keputusan keluarga , dan menanamkan kebiasaan
saling menghargai hak - hak orang tua dan anak .
Hal ini mampu memberi kesempatan kedua
pihak ( orang tua dan anak ) untuk dapat saling
memahami satu sama lain dan menghasilkan
keputusan yang dapat diterima kedua pihak.
Kualitas pengasuhan ini diyakini dapat lebih
memicu keberanian, motivasi , dan kemandirian .
Pola asuh ini juga dapat mendorong tumbuhnya
kemampuan sosial, meningkatkan rasa percaya
diri, dan tanggung jawab sosial. Mereka juga
tumbuh dengan baik , bahagia, penuh semangat ,
dan memiliki kemampuan pengendalian diri
sehingga mereka memiliki kematangan sosial dan
moral , lincah bersosial , adaptif, kreatif , tekun
belajar di sekolah , serta mencapai prestasi
belajar yang tinggi . Pada intinya , orang tua yang
menggunakan pola authoritative dapat
meningkatkan perasaan positif anak , memiliki
kapabilitas untuk bertanggung jawab, dan
mandiri .
2 . Authoritarian Parenting
Orang tua authoritarian menuntut kepatuhan
dan konformitas yang tinggi dari anak -anak .
Mereka lebih banyak menggunakan hukuman,
batasan, kediktatoran , dan kaku. Mereka memiliki
standard yang dibuat sendiri baik dalam aturan ,
keputusan, dan tuntutan yang harus ditaati
anaknya. Bila dibandingkan dengan pola asuh
lainnya , orang tua authoritarian cenderung
kurang hangat , tidak ramah, kurang menerima ,
dan kurang mendukung kemauan anak , bahkan
lebih suka melarang anaknya mendapat otonomi
ataupun terlibat dalam pembuatan keputusan.
Pengasuhan dengan pola ini berpotensi
memunculkan pemberontakan pada saat remaja ,
ketergantungan anak apada orang tua , merasa
cemas dalam pembandingan sosial, gagal dalam
aktivitas kreatif , dan tidak efektif dalam interaksi
sosial. Ia juga cenderung kehilangan
kemampuan bereksplorasi , mengucilkan diri ,
frustasi , tidak berani menghadapi tantangan ,
kurang berkeinginan mengetahi secara
intelektual, kurang percaya diri, serta tidak
bahagia.
3 . Neglect Parenting
Pola pengasuhan ini disebut juga indifferent
parenting. Dalam pola pengasuhan ini, orang
tua hanya menunjukkan sedikit komitmen dalam
mengasuh anak , mereka hanya memiliki sedikit
waktu dan perhatian untuk anaknya. Akibatnya ,
mereka menanggulangi tuntutan anak dengan
memberikan apapun yang barang yang
diinginkan selama dapat diperoleh. Padahal hal
tersebut tidak baik untuk jangka panjang
anaknya, misalnya terkait peran dalam pekerjaan
rumah dan perilaku sosial yang dapat diterima
secara umum . Orang tua pola ini cenderung
tidak tahu banyak tentang aktivitas anaknya .
Mereka jarang berbicang- bincang dan hampir
tidak mempedulikan pendapat anaknya dalam
membuat keputusan.
Orang tua neglect atau indifferent bisa saja
menganiaya anaknya , menerlantarkan anaknya,
dan mengabaikan kebutuhan maupun kesulitan
anaknya. Minimnya kehangatan dan pengawasan
orang tua membuatnya terpisah secara
emosional dengan anaknya sehingga membuat
anak minimal dalam segala aspek , baik kognisi ,
bermain , kemampuan emosional dan sosial
termasuk kedekatan / kelekatan pada orang lain.
Jika terus menerus terjadi , akan membuat anak
berkemampuan rendah dalam menolerir frustasi ,
pengendalian emosi, perilaku, dan prestasi
sekolahnya pun amat buruk . Ia sering kurang
matang , kurang bertanggung jawab, lebih
mudah dihasut dan dibujuk teman sebayanya,
serta kurang mampu menimbang posisinya.
4 . Indulgent Parenting
Orang tua indulgent atu permissive berperilaku
highly involved pada anaknya . Mereka
cenderung menerima , lunak, dan lebih pasif
dalam kedisiplinan . Mereka mengumbar cinta
kasih tetapi menempatkan sangat sedikit
tuntutan terhadap perilaku anak dan memberi
kebebasan tinggi pada anak untuk bertindak
sesuai keinginannya . Terkadang orang tuanya
mengizinkan ia mengambil keputusn meski
belum mampu melakukannya . Orang tua
semacam ini cenderung memanjakan anak , ia
membiarkan anaknya mengganggu orang lain,
melindungi anak secara berlebihan , membiarkan
kesalahan diperbuat anaknya , menjauhkan anak
dari paksaan , keharusan, hukuman, dan enggan
meluruskan penyimpangan perilaku anak .
Baumrind ( dalam Barus , 2003) menemukan
bahwa anak yang menerima pola pengasuhan
ini sangat tidak matang dalam berbagai aspek
psikososial. Mereka impulsive , tidak patuh,
menentang jika diminta sesuatu yang
bertentangan dengan keinginan sesaatnya ,
kurang tenggang rasa , dan kurang toleran dalam
bersosialisasi. Pemanjaan terhadap anak dapat
menyuburkan keinginan ketergantungan dan
melemahkan dorongan untuk berprestasi .
Thornburg (dalam Barus , 2003) mengemukakan
dua alasan mengapa anak yang diasuh dengan
pola seperti ini tidak dapat ditingkatkan perilaku
tanggung jawabnya . Yaitu , (1 ) parents who are
permissive give little guidance or direction to
their adolescents and (2 ) adolescents do not
tend to model the behavior of a parent in the
permissive home .
Berdasarkan penjelasan di atas , dapat dipahami
bahwa pola asuh orang tua begitu berpengaruh
terhadap kondisi perkembangan anak termasuk
dalam prestasinya. Bila anak berada dalam
pengasuhan yang kondusif , maka anak akan
terbantu dalam proses kematangan
perkembangan kognitif , afeksi , dan konasinya .
Anak yang dibesarkan dari keluarga authoritative
lebih mapan secara psikososial dan lebih
berprestasi dibandingkan anak -anak yang
dibesarkan dari keluarga authoritarian, neglect ,
dan indulgent .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar