Sabtu, 15 Juni 2013
Pengorbanan
Seseorang disebut pahlawan karena timbangan
kebaikannya jauh mengalahkan timbangan
keburukannya, karena kekuatannya
mengalahkan sisi kelemahannya.
Jika engkau mencoba menghitung kesalahan dan
kelemahannya, niscaya engkau menemui bahwa
kesalahan dan kelemahan itu "tertelan" oleh
kebaikan dan kekuatannya.
Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk
dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal
yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat
manusia. ltulah sebabnya tidak semua orang baik
dan kuat menjadi pahlawan yang dikenang dalam
ingatan kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut
sejarah. Hanya apabila kebaikan dan kekuatan
menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan,
atau purnama yang merubah malam jadi indah, atau
mata air yang menghilangkan dahaga.
Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita
berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat
yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan
perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw
berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang
paling bermanfaat bagi manusia yang lain."
Demikian kita menobatkan seseorang menjadi
pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia
berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang
pahlawan adalah bahwa ia tidak pemah hidup dan
berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. la telah
melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan
biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah
hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif
masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya
tercurahkan.
Dalam makna inilah pengorbanan menemukan
dirinya sebagai kata kunci kepahlawan seseorang.
Disini ia bertemu dengan pertanggungjawaban,
keberanian, dan kesabaran. Tiga hal terakhir ini
adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan
menemukan makna dan fungsi pahlawanannya
apabila pengorbanan yang mengisi dan
menggerakkannya. Pengorbananlah yang memberi
arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat
pertanggunjawaban, keberanian, dan kesabaran.
Maka keempat makna dan sifat ini - rasa tanggung
jawab keagamaan, semangat pengorbanan,
keberanian jiwa, dan kesabaran - adalah rangkaian
dasar yang seluruhnya terkandung dalam ayat-ayat
jihad. Dorongannya adalah tanggung jawab
keagamaan (semacam semangat penyebaran dan
pembelaan). Hakikat dan tabiatnya adalah
pengorbanan. Perisainya keberanian jiwa. Tapi nafas
panjangnya adalah kesabaran.
Begitulah kemudian menjadi benar apa yang
dikatakan oleh Sayyid Quthb: "Orang yang hidup
bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang
kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang
yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai
orang besar dan mati sebagai orang besar."
Kaidah itu tidak saja berlaku bagi kehidupan individu,
tapi juga merupakan kaidah universal yang berlaku
bagi komunitas manusia. Syakib Arselan, pemikir
Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengapa
Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju,
menjelaskan jawabannya dalam kalimat yang
sederhana, "Karena," kata Syakib Arselan, "orang-
orang Barat lebih banyak berkorban daripada kaum
Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama
mereka ketimbang apa yang diberikan kaum
Muslimin bagi agamanya.”
Sekarang mengertilah kita, "Apakah yang dibutuhkan
untuk menegakkan agama ini dalam realitas
kehidupan?" Yaitu, hadirnya para pahlawan sejati
yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi hidup
bagi orang lain dan agamanya serta mau
mengorbankan semua yang ia miliki bagi agamanya
itu. []Presiden PKS Anis mata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar