Rabu, 07 November 2012

aat ini sekitar separuh pendududuk dunia tinggal di sekitar 3 % daratan bumi yang disebut kota. Ketika anak-anak kita yang masih bayi sekarang mencapai usia paruh baya pada tahun 2050, diperkirakan 70 % dari 9 milyar penduduk bumi akan tinggal di perkotaan. Sejumlah pertanyaan harus bisa dijawab atau dipersiapkan jawabannya dalam waktu kurang dari setengah abad kedepan, bila kita ingin menyiapkan generasi anak kita memimpin dunia saat itu. Kota menjadi tempat strategis bukan hanya karena mayoritas penduduk dunia akan tinggal di perkotaan, tetapi juga karena intensitas interaksi para penduduknya yang jauh lebih tinggi – membuat kota menjadi sumber lahirnya peradaban di setiap jaman. Peradaban Islam lahir dan berkembang di Makkah, Madinah, Bagdad, Damascus, Cordoba, Basra, Istambul dlsb. Selain Makkah dan Madinah, dimana kota-kota Islam tersebut kini ? Bagdad yang dahulu menjadi pusat ilmu dan peradaban Islam, kini menjadi perlambang kekalahan dan keterpurukan. Damascus yang dahulu menjadi kotanya para ulama, kini identik dengan tirani yang mendzalimi rakyatnya secara luar biasa. Cordoba dan Basra sudah tinggal nama, sementara Istambul pasca keruntuhan kekhalifahan Utsmani menjadi perlambang sekulerisme dan bahkan masjid kebanggaan umat-pun menjadi sekedar objek wisata. Tinggallah Makkah dan Madinah yang tetap menjadi perlambang eksistensi Islam itu hingga kini. Makkah dan Madinah akan tetap ada sampai akhir jaman karena ini sudah dijanjikan Allah – yang kabarnya sampai ke kita melalui hadits shahih : “Tidak ada suatu negri pun kecuali dajjal akan memasukinya kecuali Makkah dan Madinah; di keduanya tidak terdapat satu tempat pun kecuali akan ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian madinah akan menggoncangkan penduduknya sebanyak tiga kali, lalu Allah mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik”. (HR bukhari) Karena kita tidak tinggal di Makkah ataupun Madinah, maka tidak ada para malaikat yang berbaris menjaga kota kita dari fitnah dajjal dalam berbagai bentuknya. System dajjal bisa masuk dalam perekonomian, politik, budaya, keamanan, pendidikan, gaya hidup, system hidup dlsb. yang secara ringkas terangkum dalam apa yang disebut peradaban atau civilization . Darimana kita tahu kehadiran dajjal dalam peradaban kita ini ?, ketika kita melihat yang baik adalah buruk, dan yang buruk terlihat baik – disitulah dajjal berada. ‘ Rule of thumb ’ untuk mendeteksi adanya dajjal di sekitar kita ini berdasarkan peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits shahihnya: “ Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu hal mengenai dajjal ? suatu yang belum pernah dikabarkan oleh seorang nabipun kepada kaumnya : Sesungguhnya dajjal itu buta sebelah matanya, ia datang dengan sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dikatakannya surga berarti itu adalah neraka. Dan sungguh aku memperingatkannya atas kalian sebagaimana Nabi Nuh mengingatkannya atas kaumnya” (HR. Muslim) Karena dajjal bisa masuk melalui berbagai pintu ke ‘kota’ kita, maka yang perlu dibangun adalah pertahanan yang kokoh di setiap gerbang dari ‘kota’ kita tersebut. Pintu- pintu ekonomi, politik, budaya, pendidikan, keamanan, gaya hidup dlsb. yang secara keseluruhan kita sebut pintu peradaban inilah yang kita harus bentengi dari masuknya peradaban dajjal itu. Bila saat ini di dunia ada sekitar 455 kota di seluruh dunia yang penduduknya lebih dari 1 juta orang, dan sulit bagi kita untuk menyebutkan mana di antara kota-kota tersebut yang ber-peradaban Islam – akan kah kita tinggal diam dan menerima apa adanya sampai ke anak cucu kita ?. Ketika 70 % penduduk dunia tinggal di perkotaan empat dasawarsa dari sekarang, diantaranya adalah anak cucu kita - Relakah kita membiarkan mereka tinggal di kotta dajjal yang bisa jadi lebih buruk dari apa yang kita hadapi kini ?. Tidakkah kita ingin menyiapkan kota dengan peradaban Islam – yang mampu menyiapkan penduduknya untuk terhindar dari fitnah dajjal yang semakin memburuk ?. Mungkin tidak banyak yang bisa kita lakukan kini, tetapi setidaknya bila kita mulai satu demi satu membangun pertahanan yang kokoh dari setiap pintu masuknya system dajjal ke dalam peradaban anak cucu kita mendatang – maka insyaallah kita bisa membendung pengaruh dajjal itu pada masing-masing jamannya. Langkah kecil membangun kota peradaban yang kondusif untuk kembalinya Islam itu harus bisa kita mulai, meskipun itu baru satu langkah dari ribuan langkah yang harus kita tempuh – tetapi tetap harus bisa kita mulai. Ini agar do’a kita yang ingin menjadikan anak keturunan kita pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa itu tidak berhenti hanya sekedar do’a, agar do’a itu benar-benar diiringi oleh ikhtiar – karena salah satu sebab terkabulnya do’a adalah do’a orang-orang yang benar-benar terjun ke lapangan dan berusaha – bukan do’anya orang yang duduk-duduk saja. Rintisan awal dari kota peradaban Islam itu akan segera kita mulai, bentuknya mirip Rumah Hikmah yang dulu ada di Bagdad di masa kejayaannya – di mana saat itu seluruh sumber ilmu pengetahuan yang ada pada jamannya diterjemahkan, diserap dan disebarluaskan. Karena masalah penterjemahan dan penyebarluasan ilmu itu sekarang tidak menjadi kendala, maka fokus kita adalah bagaimana mengintegrasikan sejumlah ilmu – multi disiplin untuk menjawab seluruh persoalan umat ini sekarang dan masa depan. Rumah Hikmah yang tidak tidak berafiliasi dengan partai, golongan, organisasi masa atau apapun namanya – diharapkan juga dapat menjadi sarana pemersatu umat. Berawal dari Rumah Hikmah inilah diharapkan kota peradaban Islam itu akan kembali hadir untuk anak cucu kita kelak. Insyaallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar