Rabu, 09 September 2009

Cintai Aku Hari Ini


Hari ini mungkin akan ada tangis lagi. Walau sampai
habis air mata, tapi tak mengapa. Karena aku mengiba
cinta.

Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat?
Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati
merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya. Namun
kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.

Kemarin, saya melihat seorang anak menangis di
hadapan ibunya. Ia sepupu saya sendiri. Beberapa menit
sebelum tangisannya, si ibu memarahinya. Dan hampir
juga memukuli. Baru kutahu bahwa si ibu telah
meninggalkannya seharian penuh. Entah ke mana. Ia
ditinggal di rumah hanya berdua dengan pembantu.
Seperti biasa setiap kali ibunya pergi. Ibunya berkata, ia
makin hari makin nakal. Baginya, bila ia telah sanggup
menyampaikan rasa, hari itu ia rindu ibu.

Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu
terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi
lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar
tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu
yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah
adanya.


Beberapa waktu lalu, saya pernah berselisih dengan
seorang sahabat yang telah saya kenal semenjak sepuluh
tahun lamanya. Menurut saya, ia telah melakukan
kesalahan, dan saya menegurnya. Menurutnya, ia hanya
mengikuti kata hatinya, dan tak rela atas teguran saya.

Saat itu saya berpikir, kalau hari itu tak saya tegur ia,
maka saya telah berdosa karena telah membiarkannya
larut dalam perasaannya sedang ia tak memperhatikan
lagi batas perilakunya. Saya tak lagi sempat berpikir
bahwa mungkin saja ia telah salah menangkap maksud
saya. Padahal saya hanya ingin memberitahunya sesuatu,
bahwa saya cinta. Semua perkataan saya, adalah cinta
saya kepadanya.

Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan
lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan
itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa,
sedang hati telah terguratkan olehnya.

Ada seorang istri yang marah pada suaminya. Setiap
kalimat yang keluar darinya, tak lain hanyalah cercaan
belaka. Ia berkata, tak lagi ada rasa percaya. Kita yang
mendengarnya, mungkin akan berpikir bahwa ia tak lagi
cinta. Tetapi nyatanya tak seperti itu. Sebab waktu akan
membuktikan bahwa rasa itu tetap ada. Saat suaminya
terlelap lelah dalam tidurnya, ia memperhatikan dan setia
di sampingnya.

Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu
mewakili perasaan yang sebenarnya. Seringkali hati lah
yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup
mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah
terpendam jauh di pelosok kalbu.

Kepada manusia, kita telah melakukan apa saja untuk
mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan
sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat
dengan diri kita.

Kepada Sang Pencipta, apakah kita berlaku hal yang
sama? Andaikan begitu lemah kita menyampaikan rasa,
bagaimana kita meminta kepada-Nya? Bukankah segala
pinta tersampaikan lewat doa?

Walau hanya sebatas satu kalimat yang terlantunkan dari
hati, Ya Allah, cintai aku hari ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar