Minggu, 15 November 2009

Fluoride...

Fluoride
Zat kimia ini secara umum dipersepsikan orang sebagai zat ampuh untuk memperkuat tulang gigi. Sebab itu, zat ini banyak disisipkan di dalam pasta gigi. Bahkan 66% cadangan air minum warga AS telah dicampuri zat ini secara sengaja. Benarkah fluoride berguna?
Jawaban yang ada mungkin akan mengejutkan kita semua. Fluoride telah diteliti banyak pakar kesehatan dan ternyata ditegaskan mengandung bahan berbahaya bagi tubuh. Antara lain bisa menyebabkan kanker tulang, oestoporosis, masalah persendian, turunnya kadar testoteron dan estrogen, dan sanggup mengkorosi lapisan enamel gigi. Bahkan dikatakan jika fluoride lebih merusak gigi ketimbang garam.
Sekarang, pergilah ke toko atau super market yang ada. Carilah racun tikus. Dan lihatlah, apa bahan utama pembuat racun tikus? Yakni Sodium Fluoride. Ini adalah zat kimia ionik yang paling beracun setelah Potasium Dikromat. Saat ini, perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bisnis air minum dalam kemasan diketahui telah memasukkan fluoride ke dalam produk air minum dalam kemasan mereka. Hal ini dilakukan tanpa membubuhkan keterangan sedikit pun dalam label kemasannya.
Dunia medis juga telah mengetahui jika fluoride juga digunakan sebagai obat anti depresan, yang menghilangkan agresifitas dan motivasi manusia, termasuk menurunkan hasrat untuk berkembang-biak. “Fluoride memang tidak memiliki faktor yang menguntungkan secara biologis, ” tegas Dr. Rima Laibaow dari Natural Solutions Foundation
Penggunaan Fluoride hanyalah salah satu bagian dari banyak sekali contoh betapa bahan berbahaya disusupkan ke dalam bahan-bahan yang dipergunakan manusia dan bisa masuk ke dalam tubuhnya. Selain Fluoride, kita tentu juga akrab dengan aspartame atau aspartamin, tanpa kita sadari. Untuk yang satu ini, mungkin kita masih merasa asing dengan namanya, tapi kami yakin jika bahan kimia tersebut sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Aspartame atau aspartamin merupakan bahan kimia yang secara populer disebut sebagai bahan pemanis buatan pengganti gula. Gula memang tidak baik bagi kesehatan manusia, namun zat penggantinya ini ternyata menyimpan potensi kejahatan yang jauh lebih mengerikan. Ironisnya, sejak pertengahan tahun 1995, penggunaan aspartame dari AS telah meluas ke seluruh dunia.
Bahan kontroversial ini sekarang telah disusupkan ke dalam puluhan ribu produk makanan, suplemen vitamin, dan minuman ringan. Padahal banyak penelitian menyebutkan jika bahan ini bisa menyebbakan sakit kepala, tumor otak, dan limpoma. Pada tahun 2004, sebuah film dokumenter berjudul “Sweet Misery: A Poisoned World” dengan jelas memperlihatkan bahayanya zat kimia tersebut.
Jika Anda masuk ke supermarket, daftar bahan pemanis buatan ini dengan muah akan Anda dapati di bagian komposisi suatu makanan atau minuman manis, seperti halnya penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) yang juga berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa penelitian menyebutkan aspartame sama berbahayanya dengan racun sianida atau pun arsenik yang secara langsung menyerang jaringan saraf manusia, yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Hanya saja aspartame bereaksi lebih lama dari suanida maupun arsenik. Nama arsenik sendiri di Indonesia belakangan kembali popuelr seiring tragedi kematian aktivis HAM Munir yang diracun oleh seseorang dengan penggunaan arsenik.
Di Amerika Serikat, negara besar dengan masalah kesehatan serius salah satunya adalah masalah obesitas (kegemukan), bahkan kota Houston disebut sebagai kota orang-orang gemuk AS, berbagai laporan mengenai aspartame cukup mengerikan. Salah satunya adalah grafik kasus kanker payudara yang menunjukkan peningkatan yang selaras dengan peningkatan penggunaan aspartame dalam produk makanan jadi. Hal ini kian memperkuat mengapa pemanis buatan ini harus dicurigai.
Sebelumnya, pemanis buatan berasal dari Saccharin. Zat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1879. Pemanis buatan yang kurang dikenal ini tiba-tiba saja menjadi bahan pokok warga sipil ketika semua gula yang ada hjabis karena dikirim ke medan perang untuk konsumsi para tentara pada Perang Dunia I. Namun saat meletus Perang Teluk tahun 1991, sakarin tidak lagi digunakan melainkan diganti oleh aspartame. Zat inilah yang dikirim ke Teluk untuk para tentara dalam bentuk bermacam-macam, antara lain dalam kemasan softdrink diet soda. Panasnya terik matahari wilayah Teluk mengkatalisasi proses kimia yang memecah aspartame menjadi komponen-komponen mautnya. Banyak kalangan curiga jika aspartame adalah biang keladi Gulf War Syndrome, penyakit yang menggerogoti veteran Perang Teluk dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, gangguan pernafasan, dan rasa lelah yang berlebihan.
Pakar nutrisi Dr. Rita Laibow dalam acara yang sama (lihat tulisan bagian sebelumnya) dan dalam banyak makalahnya menyatakan jika penggunaan aspartame merupakan salah satu bagian dari strategi pengurangan populasi dunia, seperti halnya penggunaan Fluoride dan MSG.
reff:Indodakwah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar