Jumat, 18 Januari 2013
nasihat bisu. . .
Bahasa apa yang paling indah untuk
mengingatkan ujung perjalanan? Bisikan
seperti apa yang paling menggugah untuk menyadarkan
betapa hidup hanyalah suatu penantian?
Sambil menanti jemputan, kita pun merenda waktu dengan
asyik bercanda. Padahal, tanpa mengetuk pintu, utusan
langit pasti datang menjemput tanpa menyapa. Malaikat
maut pemutus kelezatan siap merenggut.
Wahai para penempuh jalan, kitab seperti apa yang akan kau
jadikan petunjuk, sedangkan setiap ayat Alquran adalah
cahaya penerang kebahagiaan.
Nasihat seperti apa lagi yang engkau butuhkan, sedangkan
Rasulullah bersabda, "Nasihati dirimu dengan dua hal.
Nasihat yang berbicara yaitu Alquran dan nasihat yang bisu
yaitu kematian."
Dengarkan dan simaklah dengan rasa haru, betapa Sayidina
Ali memberikan fatwanya yang sangat indah.
Ia berkata, "Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, kamu
sekalian serta segala yang kamu miliki dari dunia ini berada
di jalan orang-orang sebelum kamu yang telah pergi
meninggalkannya.”
“Mereka lebih panjang usianya daripada kamu, lebih
makmur kediamannya dan lebih membekas peninggalannya.
Suara-suara mereka kini redup membisu, kegiatan mereka
tak berbekas, tubuh-tubuh mereka hancur, rumah-rumah
mereka sunyi senyap dan peninggalan mereka kini hanya
reruntuhan.”
"Nama dan panggilan mereka sirna diterkam warna zaman.
Istana yang dilulur manik manikam dan permadani, kini
hanya fosil bebatuan. Tempat-tempatnya berhimpitan,
namun penghuninya berjauhan. Betapa mungkin mereka
saling berkunjung, sedangkan jasad-jasad mereka telah
hancur luluh oleh kerapuhan."
"Kini bayangkanlah seolah-olah kalian sendirian telah
menjadi mereka. Tertahan di atas tempat pembaringan
seperti itu, terkungkung dalam ruangan gelap pengap.
Tubuhmu yang gagah, kini ajang pesta rayap-rayap kecil.”
“Apa kiranya yang akan kalian lakukan apabila telah sampai
akhir perjalanan. Saat gundukan tanah terakhir menutup
lubang kuburan, jawaban apa yang akan engkau berikan
pada saat sidang peradilan? Sedangkan junjungan tercinta
Rasulullah SAW bersabda, ‘Ketahuilah bahwa kubur itu
taman-taman yang ada di surga atau lubang dari segala
lubang di neraka’." (HR Tirmidzi).
“Maka datangilah kuburan. Biarkan setiap nisan bisu itu
menjadi nasihat untuk dirimu. Tataplah dengan penuh rasa
haru. Di hadapanmu ada gundukan tanah yang memeluk
tulang belulang. Di antara mereka ada yang namanya
disanjung atau dipasung."
"Di antara mereka ada yang hidupnya mewah penuh suka
cita gelak tawa. Tetapi, ada pula mereka yang selama
hidupnya didera deru derita penuh duka. Kini tubuh mereka
bernasib sama, bisu beku, mendebu. Tetapi, ruhnya
berbeda-beda. Ada yang memasuki taman surga, ada yang
menjerit memasuki lubang-lubang gelap yang lebih gelap
lagi.”
Orang bijak berkata, "Ketika terlahir engkau menangis dan
semua yang menyambut tertawa. Maka, ketika datang hari
perjumpaan, jadikanlah dirimu tertawa menatap taman
surga dan orang-orang menangis duka kehilangan dirimu."
Karena itu, jadilah anggota rombongan yang tahu ke mana
akhir perjalanan mengarah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar