Jumat, 18 Januari 2013
tahun politik para pembisik
ahun ini dan tahun depan rakyat kebanyakan negeri ini
akan banyak-banyak dihibur oleh suara-suara lantang
yang menjanjikan kemakmuran dan pengentasan
kemiskinan. Suara-suara lantang yang menghibur rakyat
tersebut kemudian akan menghilang pasca pemilihan.
Setelah terpilih menjadi anggota legislatif ataupun duduk di
eksekutif, mereka tidak lagi bersuara lantang – mereka
rajin berbisik !.
Mengapa berbisik ? karena yang mereka omongkan tidak
untuk kepentingan rakyat banyak, maka hanya dengan
berbisik-bisik di antara merekalah mereka berunding untuk
kepentingan kelompoknya masing-masing.
Mereka berbisik ketika mereka merencanakan plesir studi
banding, berbisik ketika membicarakan anggaran, berbisik
untuk mencantumkan atau menghilangkan ayat-ayat
tertentu dalam perundang-undangan, berbisik ketika
membuat peraturan pemerintah, berbisik ketika mereka
menyusun perda dst.
Mengapa harus berbisik ? karena ada yang mereka
sembunyikan dari masyarakat kebanyakan. Mereka juga
harus berbisik karena banyaknya pembisik-pembisik yang
sibuk menitipkan kepentingannya masing-masing.
Bahwasanya negeri ini dari pusat sampai daerah
dikendalikan oleh bisik-bisik, itu dapat kita lihat dari
beberapa fenomena berikut :
Mengapa rakyat kebanyakan tidak memiliki pasarnya untuk
bisa menaikkan taraf hidup ? Karena para penguasa
mendapatkan bisikan bahwa mal-mal modern nan
mewahlah yang menaikkan gengsi pada kotanya, pasar-
pasar megah yang hanya bisa dijangkau oleh yang punya
uang-lah yang bisa mendatangkan pendapatan daerah
yang besar. Seolah mereka berbisik “ Hanya yang kaya yang
boleh jualan di sini… ”
Rakyat kebanyakan yang ‘mencuri’ kesempatan untuk
berjualan di pinggir-pinggir jalan, di pasar kaget dlsb –
selalu menjadi korban gusuran aparat pemda yang seolah
berbisik “ Orang miskin jangan jualan disini, mengganggu
ketertiban …”.
Ketika banjir besar melanda ibu kota dan sekitarnya seperti
hari-hari ini, pemda dan masyarakat kayanya berbisik
menyalahkan orang miskin. Seolah mereka-mereka yang
tinggal di pinggir kali penyebabnya, mereka yang
membuang sampah di kali penyebabnya. Logikanya karena
orang-orang kaya tidak tinggal di pinggir kali, mereka tidak
membuang sampah di pinggir kali. Lalu merekapun seolah
berbisik “…orang miskin jangan tinggal di sini…”.
Yang tidak kalah menyakitkan lagi, hari-hari ini ada salah
satu pemda dari kota penyangga ibu kota yang membuat
aturan hanya rumah-rumah besar yang boleh dibangun
oleh developer di kotanya. Alasannya adalah agar kotanya
tidak menjadi kumuh, maka mereka-pun seolah berbisik
“…orang miskin jangan tinggal di kota ini…”
Di rumah-rumah sakit orang miskin tidak dilayani
semestinya, seolah mereka bicara “…orang miskin yang
sakit jangan dibawa ke sini...”. Di sekolah-sekolah yang
mahal, bahkan ada anak guru yang tidak bisa masuk
sekolah dimana orang tuanya mengajar, mereka seolah
bicara “…orang miskin jangan sekolah disini… ”.
Barangkali inilah yang membuat negeri ini tidak kunjung
makmur setelah 67 tahun merdeka, negeri ini melalaikan
kepentingan orang miskin ini di hampir setiap kebijakan
publik yang dibuatnya. Negeri ini berjalan melalui bisik-
bisik dan melalaikan peringatan Allah antara lain melalui
ayat berikut :
“Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan. "Pada hari
ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam
kebunmu". Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan
niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka
mampu (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu,
mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-
orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari
memperoleh hasilnya)" ” (QS 68 : 23-27)
Padahal ada janji pertolongan dan rezeki dariNya melalui
keberadaan (do’a) orang-orang miskin ini :
“Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan
karena adanya orang-orang yang lemah diantara
kalian” (HR. Bukhari).
Maka berangkat dari fenomena yang ada di masyarakat kita
yang tidak kunjung makmur, berbekal dengan ayat-ayat
dan hadits yang sahih di atas, insyaAllah negeri ini bisa
makmur justru ketika setiap membuat kebijakan publik –
mendahulukan kepentingan orang miskin yang lemah di
negeri ini.
Negeri ini bisa makmur ketika para pengambil keputusan
tidak lagi berbisik, mereka bisa bersuara lantang lantaran
tidak lagi ada yang mereka sembunyikan. InsyaAllah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar