Jumat, 12 April 2013
berloba dalam membahagiakan pasangan
Rasulullah bersabda, “Setiap istri yang meninggal, dan
suaminya ridha, maka dia akan masuk surga.” (HR:Tirmidzi).
JIKA ada yang bertanya, siapakah pasangan suami istri paling
bahagia, maka jawabnya adalah Rasulullah Shallallahu Alayhi
Wasallam bersama Sayyidah Khadijah radhiyallahu anha.
Sekalipun Muhammad ketika itu lebih muda, mantan
karyawannya, dan tidak memiliki kekayaan seperti dirinya,
Khadijah tetap memuliakan, menghormati bahkan mentaati
Muhammad sebagai suaminya dengan sepenuh hati.
Khadijah sering sekali meneguhkan pendirian Muhammad,
menghibur dan memuliakannya. “Engkau adalah manusia
yang paling jujur di bumi ini wahai suamiku, engkau tidak
pernah membalas kecuali kebaikan, meskipun engkau
menerima keburukan dan penderitaan. Bahkan, engkau tidak
pernah memutus tali persaudaraan. Sungguh aku yakin,
engkau adalah suamiku yang akan menerangi kehidupan ini,”
demikianlah ungkap Khadijah dalam suatu kesempatan.
Demikian pula Muhammad, sekalipun istrinya jauh lebih tua
dan janda dari beberapa suami, Muhammad sangat-sangat
memuliakan Khadijah sebagai istrinya. Pernah suatu ketika,
Aisyah cemburu tidak suka Nabi menyebut nama Khadijah,
Nabi pun menjelaskan bahwa Khadijah adalah istri yang
paling dimuliakannya.
“Dia menerimaku pada saat orang mendustakanku. Dia yang
memuliakanku pada saat semua orang menghinakanku. Dia
telah menyerahkan seluruh hartanya demi dakwah ini.
Bahkan dia pula yang melahirkan anak-anakku,” demikian
kenang Nabi sebagai bentuk hormat dan kasih yang
mendalam beliau yang mulia kepada istri pertamanya
Khadijah radhiyallahu anha.
Khadijah menemani hidup Nabi selama 25 tahun sampai
dirinya berpulang 3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Meninggalnya Khadijah membuat Nabi berduka sehingga
tahun wafatnyanya dinamai oleh Nabi dengan ‘Am Al-huzni'
(tahun duka cita). Khadijah adalah istri yang paling di cintai
Nabi sehingga sampai sekian lama setelah ketiadaannya Nabi
senantiasa menyebut namanya, hal itu pernah membuat
‘Aisyah cemburu.
Akar Kebahagiaan
Sikap saling memuliakan adalah akar kebahagiaan. Sikap
tersebut tidak akan muncul kecuali suami istri benar-benar
mengamalkan ajaran Islam. Oleh karena itu, sudah
seharusnya, seluruh rumah tangga Muslim bersegera untuk
memperbaiki kondisi keluarganya dengan bersegera untuk
saling memuliakan antara suami dan istri.
Ibn Abbas radhiyallahu anhu adalah sosok sahabat yang
sangat mengerti bagaimana cara memuliakan istrinya. Dia
berkata, “Aku sungguh senang berdandan untuk istriku,
sebagaimana aku senang jika dia berdandan untukku, karena
Allah Ta’ala berfirman;
َّﻦُﻬَﻟَﻭ ُﻞْﺜِﻣ َّﻦِﻬْﻴَﻠَﻋ ﻱِﺬَّﻟﺍ ِﻑﻭُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (QS: al Baqarah
[2]: 228).
Sungguh tak elok, jika seorang suami hanya menuntut
istrinya berdandan, sementara dirinya tidak memperhatikan
dandanannya. Adalah suatu kebaikan suami istri saling
bersikap ramah, lemah lembut, penuh kasih, melayaninya
dengan sebaik-baik pelayanan dan saling memuji serta saling
mendoakan.
Dengan cara seperti itu, Insya Allah istri akan bangga kepada
suami begitu juga sebaliknya. Bahkan jika sang istri menemui
ajal lebih dahulu dari suami, sementara suami ridha dengan
sikap dan perilaku istrinya selama bersamanya, maka surga
sudah siap menjemputnya.
Rasulullah bersabda, “Setiap istri yang meninggal, dan
suaminya ridha, maka dia akan masuk surga.” (HR:Tirmidzi).
Dengan demikian, jika suami istri ingin langgeng
pernikahannya, berhasil mewujudkan keluarga sakinah,
mawaddah wa rahmah, bahkan bisa melahirkan generasi
kebanggaan, maka sudah seharusnya setiap pasangan
menanam dalam-dalam akar kebahagiaan ini, yaitu saling
memuliakan antara istri dan suami.
Seperti itulah yang juga dicontohkan oleh Ashim bin Umar
bin Khaththab ketika menikah dengan gadis miskin penjual
susu. Ashim tidak melihat istrinya dari status sosialnya, tetapi
dari ketakwaannya yang telah mempesona sang ayah,
sehingga memerintahkan Ashim untuk menikah dengannya.
Ashim pun memuliakan istrinya dengan sebaik-baiknya
hingga akhirnya lahirlah putri mereka yang diberi nama Laila
yang kemudian dikenal sebagai Ummu Ashim. Ummu Ashim
pun kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan, sampai
akhirnya lahirlah seorang cucu yang ketika besarnya menjadi
kebanggaan umat Islam, Umar bin Abdul Aziz.
Resep Kebahagiaan
Adalah idaman siapapun, pernikahannya menjadi pernikahan
yang berkah dunia akhirat. Dan, saling memuliakan antara
suami dan istri adalah akar dari terwujudnya dambaan
tersebut.
Atas halitu Asma ibn Kharijah memberi nasehat yang sangat
bagus kepada putrinya pada saat melangsungkan
pernikahannya.
“Wahai anakku, sesungguhnya engkau telah keluar dari
kehidupan yang engkau jalani menuju ke peraduan
yang tidak engkau kenali sebelumnya dan hidup
bersama dengan orang yang sebelumnya tidak engkau
kenal.
Maka jadilah engkau sebagai bumi bagi suami niscaya
dia akan menjadi langit bagimu, jadilah engkau sebagai
tempat tidur baginya niscaya dia menjadi tiang
penyanggamu. Jadilah engkau sebagai seorang hamba
sahaya wanitanya, niscaya dia akan menjadi soerang
hamba sahaya laki-lakimu.
Janganlah engkau menjauh darinya hingga ia akan
melupakanmu, kalau ia memanggilmu, maka dekatilah
ia, jagalah penciuman, pendengaran dan matanya. Ia
tidak akan mencium apapun darimu kecuali yang
indah.”
Jika demikian, tunggu apalagi, mari berlomba-lomba
memuliakan pasangan kita. Insya Allah kebahagiaan akan
menyertai kita, bahkan kehadiran generasi (anak-anak)
penuh iman dan takwa akan mendampingi kehidupan kita
hari ini dan kelak di akhirat. Semoga.*/ Imam Nawawi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar