Kamis, 11 April 2013

keluarga bapak bapak

Oleh: Anis Byarwati, Penasihat Rumah Keluarga Indonesia “KENAPA ya, setiap acara pelatihan keluarga pasti yang datang ibu-ibu lagi. Bapak-bapaknya nggak ada. Padahal ibu-ibu kan sudah sering ikut acara ini. Kita- kita sih sudah tahu, sudah ngerti kewajiban-kewajiban kita. Bapak- bapaknya ikut dong, biar seimbang” Kita pernah mendengar komentar seperti di atas. Memang belum pernah dilakukan penelitian secara khusus, tapi dari pengamatan saya, acara-acara tentang pem- binaan keluarga dan pendidikan anak kelihatannya lebih sering ditujukan, diminati dan dihadiri oleh kaum perempuan. Pernah juga ada pihak yang membuat acara serupa dengan membuka peserta untuk umum, baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi, agaknya tidak mendapat cukup respon dari kaum laki-laki sehingga tetap saja mayoritas peserta adalah kalangan perempuan. Untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan materi itu, sasaran pertama yang hendak dicapai dakwah kita adalah binaa’ al-fardi al-muslim (terbentuknya pribadi muslim). Sasaran berikutnya adalah terbentuknya keluarga muslim (binaa’ al usrah al muslimah). Dua sasaran ini saling terkait dalam arti, berhasil atau tidaknya kita membentuk diri menjadi kader yang memiliki kepribadian islami, akan sangat mempengaruhi pencapaian sasaran kedua, yaitu terbentuknya keluarga islami (dengan segala karakteristiknya). Begitu pula, keberhasilan pencapaian sasaran kedua ini akan menentukan keberhasilan pencapaian sasaran ketiga, yaitu binaa’ al mujtama’ al- islami (terbentuknya masyarakat Islam), dan seterusnya. Jadi, jangan mimpi kita akan memiliki ad-daulah islamiyah dan al-khilafah al- islamiyah yang merupakan sasaran keempat dan kelima dari dakwah kita, jika dari sekarang tidak memberi perhatian sasaran-sasaran sebelumnya. Atau dengan kalimat lain, jika kita ingin memiliki daulah dan khilafah islamiyah, jangan pernah ‘meremehkan’ urusan pembinaan keluarga! Dalam manhaj dakwah kita, persoalan pembinaan keluarga dan pendidikan anak adalah persoalan yang sangat serius. Bersyukurlah kita berada dalam sebuah partai dakwah yang menjadikan dan memposisikan persoalan serius ini sebagai salah satu program struktur berskala nasional, yang berarti mengikat seluruh kader di manapun berada. Tetapi persoalan membina keluarga dan mendidik anak tentunya tidak boleh hanya sekedar menjadi program struktur. Yang lebih penting adalah memposisikan dua hal penting ini sebagai salah satu yang menjadi prioritas amal kita. Mengapa? Karena pembinaan keluarga dan pendidikan anak bukanlah semata terkait dengan amal atau target pribadi. Dalam pandangan saya, bagi kita kader dakwah, dua hal ini merupakan sebuah misi mulia yang harus kita laksanakan dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab sebagai bentuk kontribusi langsung dan nyata kita dalam rangka mencapai dan merealisasikan sasaran dakwah! Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengajak kita semua, ikhwan dan akhwat, untuk ‘lebih serius lagi’ menata rumah tangga kita, membina keluarga kita, mendidik anak-anak kita, dengan menambahkan satu semangat: ”Ini adalah bagian penting dari misi, tugas dan kontribusi dakwah kita!” Bagaimana dengan kalangan kita? Se- pertinya tidak jauh berbeda. Jarang sekali acara tentang pembinaan ke- luarga samara (sakinah, mawaddah wa rahmah) penuh sesak oleh bapak-bapak sih yang hadir, tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dan fenomena ini hampir merata terjadi di semua wilayah dakwah. Kita tentu sepakat bahwa persoalan pembinaan keluarga dan tarbiyatul aulad bukan hanya milik akhwat dan ummahat. Terlebih dua persoalan ini merupakan salah satu indikator kesuksesan dakwah kita. Karena suksesnya dakwah bukan hanya ditandai munculnya figur-figur istimewa, tetapi juga keluarga-keluarga yang layak menjadi qudwah. Karena itu, dakwah ini serius melakukan serangkaian kajian-kajian yang berkaitan dengan manhaj pembinaan keluarga dan pendidikan anak. Hasilnya? Serangkaian arahan telah disosialisasikan melalui kegiatan rutin pekanan kita, mulai dari arahan tentang persiapan menikah, tentang pernak-pernik pernikahan dan kehidupan rumah tangga, sampai arahan tentang pendidikan anak. Disamping itu, dakwah kita memiliki sasaran-sasaran yang harus dicapai secara bertahap. Ada lima sasaran yang satu dengan lainnya saling terkait, saling mem- pengaruhi dan saling menentukan. Jika yang pertama gagal dicapai, yang kedua pun akan gagal. Jika sasaran kedua tercapai sangat lambat, maka sasaran ketigapun akan mengalami keterlambatan. Begitu seterusnya. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar