Jumat, 12 April 2013
Hancurkan wanita
Sistem Kapitalisme sejatinya telah menghancurkan
kehidupan manusia, termasuk kaum hawa
(perempuan). Dalam kungkungan sistem Kapitalisme
saat ini kaum perempuan dalam posisi serba salah. Di
satu sisi mereka memikul amanah mulia menjadi
benteng keluarga; menjaga anak-anak dari lingkungan
yang merusak sekaligus mengurus rumah-tangga. Di
sisi lain mereka pun harus ikut bertanggung jawab
‘menyelamatkan’ kondisi ekonomi keluarga dengan cara
ikut bekerja mencari nafkah tambahan, atau bahkan
harus ‘menggantikan’ posisi sang suami yang—karena
imbas krisis ekonomi—terpaksa dirumahkan oleh
perusahaan tempatnya semula bekerja.
Akibat himpitan ekonomi tidak sedikit perempuan lebih
rela meninggalkan suami dan anaknya untuk menjadi
TKW, misalnya, meskipun nyawa taruhannya. Ribuan
kasus kekerasan terhadap mereka terjadi. Mereka
disiksa oleh majikan hingga pulang dalam keadaan
cacat badan, bahkan di antaranya ada yang akhirnya
menemui ajal di negeri orang. Masih lekat dalam
ingatan, bagaimana derita seorang TKW asal Palu,
Susanti (24 tahun), yang kini tak bisa lagi berjalan
karena disiksa majikannya ( Liputan6.com , 9/3/2010).
Kapitalisme pula yang telah menorehkan kisah pilu bagi
para ibu, yang harus merelakan bayinya di sandera
pihak rumah sakit karena tak mampu membayar biaya
persalinan. Kemiskinan sistemik telah merampas hak
seorang ibu untuk dekat dengan anaknya. Fenomena
ibu yang membunuh anaknya karena himpitan
ekonomi pun kerap terjadi. Pada 15/1/2010 lalu,
seorang ibu muda di Jakarta bernama Amanda (25
tahun), misalnya, membunuh anak kandungnya sendiri
yang masih berusia 2,6 tahun di rumahnya
( Vivanews.com , 16/1/2010).
Depresi kerap menjadi alasan seorang ibu tega
melakukan tindakan nekad seperti ini. Bahkan ada yang
berani mengakhiri hidupnya karena sudah tak sanggup
lagi menanggung derita dalam rumah tangga dan
persoalan hidup yang kian menghimpit. Di Selakau,
seorang ibu muda bernama Syarifah (23 tahun) tewas
gantung diri karena depresi ( Pontianakpost.com ,
15/3/2010). Lagi-lagi motifnya karena kemiskinan yang
telah diciptakan oleh sistem Kapitalisme ini.
Maraknya perdagangan perempuan dan anak-anak
( trafficking ) tak kurang riuhnya. Pada Desember 2009
ditemukan 1.300 kasus perdagangan manusia dan
pengiriman tenaga kerja ilegal dari Nusa Tenggara
Timur ( Vivanews.com , 15/12/2009). Sekitar 10.484
wanita yang berada di Kota Tasikmalaya Jawa Barat
rawan dijadikan korban trafficking . Pasalnya, mayoritas
di antara mereka berstatus janda serta berasal dari
kalangan yang rawan sosial dengan tarap ekonomi
rendah ( Seputar-indonesia.com , 1/4/2010). Di
Kabupaten Cianjur Jawa Barat kasus trafficking dan
KDRT tercatat 548 kasus. Tidak sedikit dari mereka
menjadi korban dan dipekerjakan sebagai pekerja seks
komersil (PSK) ( Pikiranrakyat.com , 23/3/2010).
Kondisi ini diperparah dengan munculnya gagasan
gender equality (kesetaraan jender) , yakni upaya
menyetarakan perempuan dan laki-laki dari beban-
beban yang menghambat kemandirian. Beban itu
antara lain peran perempuan sebagai ibu: hamil,
menyusui, mendidik anak dan mengatur urusan rumah
tangga. Lalu berbondong-bondonglah kaum perempuan
meninggalkan kodratnya. Mereka berlomba
mensejajarkan diri dengan laki-laki. Namun apa daya,
begitu mereka memasuki ranah publik, ekploitasi habis-
habisan atas diri merekalah yang terjadi. Mereka
menjadi obyek eksploitasi sistem Kapitalisme yang
memandang materi adalah segalanya. Model, sales
promotion girl , public relation hingga profesi pelobi
hampir senantiasa berada di pundak kaum perempuan.
Mereka menjadi umpan dalam mendatangkan pundi-
pundi rupiah.
Akar Masalah
Setidaknya ada dua faktor penyebab mengapa kondisi di
atas bisa terjadi. Pertama : faktor internal umat Islam
yang lemah secara akidah sehingga tidak memiliki visi-
misi hidup yang jelas. Hal ini diperparah dengan
lemahnya pemahaman mereka terhadap aturan-aturan
Islam, termasuk tentang konsep pernikahan dan
keluarga, fungsi dan aturan main di dalamnya. Kedua:
faktor eksternal berupa konspirasi asing untuk
menghancurkan umat Islam dan keluarga Muslim
melalui serangan berbagai pemikiran dan budaya
sekular yang rusak dan merusak, terutama paham
liberalisme yang menawarkan kebebasan individu.
Paham ini secara langsung telah menyingkirkan peran
agama dalam pengaturan kehidupan manusia, sekaligus
menjadikan manusia bebas menentukan arah dan cara
hidupnya, termasuk yang terkait dengan hubungan
antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
keluarga.
Nyatalah apa yang difirmankan Allah SWT:
] ْﻦَﻣَﻭ َﺽَﺮْﻋَﺃ ْﻦَﻋ ﻱِﺮْﻛِﺫ َّﻥِﺈَﻓ ُﻪَﻟ ًﺔَﺸﻴِﻌَﻣ ﺎًﻜْﻨَﺿ ُﻩُﺮُﺸْﺤَﻧَﻭ َﻡْﻮَﻳ
ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ ﻰَﻤْﻋَﺃ [
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku,
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari
Kiamat dalam Keadaan buta (QS Thaha [20]: 124)
Umat ini memang telah berpaling dari peringatan
(hukum-hukum) Allah. Tak sedikit umat Islam
mencampakkan hukum Islam karena merasa malu atas
tuduhan yang dialamatkan oleh musuh-musuh Islam.
Mereka secara sengaja mempropagandakan hukum
Islam sebagai ‘kolot’, ‘anti kemajuan’, ‘ekslusif’, ‘bias
jender’ dan gambaran-gambaran buruk lainnya. Sebagai
gantinya, umat Islam justru didorong untuk
menerapkan berbagai aturan yang menjamin
kebebasan individu, sekalipun mereka tahu, bahwa
aturan-aturan itu bertentangan dengan syariah agama
mereka.
Tuduhan-tuduhan konyol (bodoh) ini secara konsisten
terus dialamatkan pada Islam melalui peranan
lembaga-lembaga internasional, terutama PBB yang
hakikatnya merupakan alat penjajahan Barat. Di
antaranya memakai modus "perang melawan
terorisme", yang hakikatnya adalah perang melawan
Islam.
PBB di bawah ketiak kendali negara-negara Barat
kapitalis sangat giat mengeluarkan berbagai konvensi
dan kesepakatan internasional terkait dengan isu HAM,
kesetaraan gender, dll. Di antaranya Deklarasi Universal
HAM, Konvensi tentang Penghapusan Kekerasan
Terhadap Perempuan, Konvensi Internasional tentang
hak-hak sipil dan politik, MDGs, dan semisalnya. Pada
dasarnya semua itu memiliki semangat perjuangan dan
target yang sama, yaitu tuntutan kebebasan
(liberalisasi) dalam segala hal, termasuk kebebasan dan
kesetaraan laki-laki dan perempuan.
Islam Mengancam Peradaban Barat
Konspirasi Barat ini dilakukan tidak lain karena Islam
dan umat Islam memiliki potensi ancaman terhadap
dominasi peradaban Barat (Kapitalisme global). Selain
potensi SDM yang sangat besar berikut SDA-nya yang
melimpah, Islam dan umat Islam juga memiliki potensi
ideologis yang jika semua potensi ini disatukan akan
mampu mengubur sistem Kapitalisme global.
Di samping itu, keluarga Muslim saat ini masih
berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir, yang
menjaga sisa-sisa hukum Islam terkait keluarga dan
individu, setelah hukum-hukum Islam lainnya
menyangkut aspek sosial dan kenegaraan berhasil
mereka hancurkan. Terpeliharanya sisa-sisa hukum-
hukum Islam oleh keluarga-keluarga Muslim ini pun
masih menyimpan potensi besar dalam melahirkan
generasi-generasi pejuang yang menjadi harapan umat
di masa depan. Inilah yang mereka takutkan. Dari
keluarga-keluarga Muslim ini akan lahir sosok Muslim
militan yang siap menghancurkan dominasi mereka
atas dunia.
Itulah mengapa mereka berupaya dengan sungguh-
sungguh menghancurkan keluarga Muslim dengan
berbagai cara. Di antaranya dengan menjauhkan para
Muslimah dari cita-cita menjadi ibu atau dari
penyempurnaan peran ibu. Secara sistemik,
diciptakanlah kemiskinan struktural melalui penerapan
sistem ekonomi kapitalis yang memaksa para ibu
bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarga dan
karenanya peran ibu tidak bisa optimal.
Selain itu, mereka meracuni benak para Muslimah
dengan berbagai pemikiran yang merusak, semisal ide
emansipasi, keadilan dan kesetaraan jender serta
kebebasan. Akibatnya, para Muslimah lebih tertarik
beraktivitas di ranah publik (luar rumah) dan malah
merasa rendah diri jika sekadar berperan sebagai ibu
rumah tangga. Dampak lanjutannya, lahirlah generasi
tanpa bimbingan dan pengasuhan optimal para ibu.
Apa yang menjadi tujuan semua konspirasi Barat kafir
sesungguhnya sangat jelas, yakni merusak identitas
keislaman kaum Muslim, menghapus militansi ideologis
mereka dan melemahkan daya juang umat Islam.
Dengan cara ini, target besar mereka akan terwujud,
yakni menghambat gerakan mengembalikan Khilafah
Islamiyah yang memang sudah menggejala di seluruh
dunia. Apalagi sebagaimana prediksi RAND Corporation
(lembaga intelejen AS), ada kemungkinan pada tahun
2020 peta politik global disemarakkan dengan
bangkitnya Kekhilafahan baru. Karenanya, AS sebagai
motor Kapitalisme global sedini mungkin berupaya
memperkecil kemungkinan tersebut dengan berbagai
cara.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jelas, upaya liberalisasi berlangsung sangat sistematis;
melibatkan berbagai pihak, mulai dari pihak negara-
negara kapitalis sebagai konspiratornya, para kapitalis
sebagai penyandang dananya, serta LSM liberal/gender
dan pemerintah bertindak sebagai EO-nya. Karena itu,
upaya strategis yang harus dilakukan untuk
menghadapi berbagai konspirasi asing dalam
penghancuran keluarga Muslim adalah mengajak umat
untuk bersegera meninggalkan sistem liberal sekular
ini, dengan cara melakukan pencerdasan umat dengan
Islam kâffah . Targetnya adalah agar tercipta profil
Muslim dan Muslimah tangguh yang siap berjuang
melakukan perubahan sistem menuju tegaknya syariah
Allah SWT dalam naungan Khilafah. Lebih khusus lagi,
agar kaum Muslimah menyadari betapa besar investasi
yang disiapkan jika mampu secara maksimal
menjalankan fungsi utamanya sebagai “umm[un] wa
rabbah al-bayt” (ibu dan manajer rumah tangga) .
Fungsi utama ini akan menjadi hulu bagi lahirnya
generasi utama yang akan mengguncang sekaligus
meruntuhkan dominasi kafir Barat dengan peradaban
sampahnya. Ingatlah firman Allah SWT:
] ْﻞُﻗ ﺎَﻳ ِﻡْﻮَﻗ ﺍﻮُﻠَﻤْﻋﺍ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻜِﺘَﻧﺎَﻜَﻣ ﻲِّﻧِﺇ ٌﻞِﻣﺎَﻋ َﻑْﻮَﺴَﻓ
َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ ْﻦَﻣ ُﻥﻮُﻜَﺗ ُﻪَﻟ ُﺔَﺒِﻗﺎَﻋ ِﺭﺍَّﺪﻟﺍ ُﻪَّﻧِﺇ ﻻ ُﺢِﻠْﻔُﻳ َﻥﻮُﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ [
Katakanlah, "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh
kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat.
Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara
kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari
dunia ini. Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak
akan mendapat keberuntungan." (QS al-An’am
[6]: 135).
Sesungguhnya kewajiban memperjuangkan Islam
adalah konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT.
Kita semua tak akan bisa menghindar dari misi mulia
ini, kecuali jika kita siap menghadap-Nya tanpa hujjah.
Semoga kita semua termasuk yang bisa kembali ke
haribaan-Nya dengan membawa hujjah yang nyata.
Dengan begitu, di akhirat nanti, kita layak bersanding
dengan Rasulullah saw. tercinta dan barisan para
pejuang radhiyallâhu ‘anhum. Wallâhu a’lam. []
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar