Senin, 04 Juni 2012

Ciri usahawan sejati

1.Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki
minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu
motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede
Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif
berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan
pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya
adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang
dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori
motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan
kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya,
yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan
akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri
(esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri
(self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg,
ada dua faktor motivasi, yaitu:
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk
tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan
lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang
memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-
persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk
melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh
perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara
seimbang (fiftyfifty).
Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka
wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu
menghindari tantangan yang paling sulit yang
memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat
rendah.
Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin “movere”
yang berarti to move atau menggerakkan, (Steers and
Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92)
berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat,
atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi
berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan
berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif
menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan
menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif
sama dengan drive.
Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris,
menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan
yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa
dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner
(Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang
berhasil atau berprestasi.
Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan,
(2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti
kelelahan dan kesehatan.
Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya
tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3)
pertolongan orang lain.
Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1)
mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan
kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang
berguna dan mengharapkan akan keberhasilan
(McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada
dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu
mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya
ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi),
yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila
dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada
tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu:
kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan).
Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi
dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan
atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari
kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi
belajar yang diharapkan.
2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang
mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis.
Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha
memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan.
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang
yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan.
Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka
ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya
(Suryana, 2003 : 23).
Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi,
seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam
mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa
depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat
wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya
yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya
dengan mencari suatu peluang.
3 Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan
untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit,
kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking
new thing), oleh karena itu enurutnya kewirausahaan
adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau
berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.
Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana
(2003 : 24) dengan judul buku “Entrepreneurship And
The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa
ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha
melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang
baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah
menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada
(generating something from nothing).
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-
persolan dan peluang untuk meningkatkan dan
memperkaya kehidupan (inovation isthe ability to apply
creative solutions to those problems ang opportunities
to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes
creativity involves generating something from nothing.
However, creativity is more likely to result in
colaborating on the present, in putting old things
together in the new ways, or in taking something away
to create something simpler or better”.
Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian,
yaitu :
1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya
tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa
lalu dengan cara baru.
3. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih
sederhana dan lebih baik.
Menurut Zimmerer(1996:7), “creativity ideas often arise
when entrepreuneurs look at something old and think
something new or different”. Ide-ide kreativitas sering
muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama
dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu
kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang
asalnya tidak ada (generating something from nothing).
Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai
tambah barang dan jasa terletak pada penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan
meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying
creativity and inovation to solve the problems and to
exploit opportunities that people face every day).
Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu
perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan
kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi.
Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir
kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap 1: Persiapan (Preparation)
Tahap 2: Penyelidikan (Investigation)
Tahap 3: Transformasi (Transpormation)
Tahap 4: Penetasan (Incubation)
Tahap 5: Penerangan (Illumination)
Tahap 6: Pengujian (Verification)
Tahap 7: Implementasi (Implementation)
4. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena
setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut
Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang terjun
ke bisnis sejak berusia 18 tahun,
ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di
bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan);
kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life
(imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau).
Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu
adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak
alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang
memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya
harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang
mendorong manusia normal untuk bekerja dan
berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu
potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif.
Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk
ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya
imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk
berpikir.
Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari
jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
penting seperti: Dari manakah aku berasal? Dimanakah
aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta
apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini?
Dalam buku Berwirausaha Dari Nol telah dapat
disampaikan bahwa mereka:
1. digerakkan oleh ide dan impian,
2. lebih mengandalkan kreativitas,
3. menunjukkan keberanian,
4. lebih percaya pada usaha nyata, dari pada hoki
5. melihat masalah sebagai peluang,
6. memilih usaha sesuai hobi dan minat,
7. mulai dengan modal seadanya,
8. senang mencoba hal baru,
9. selalu bangkit dari kegagalan, dan
10. tak mengandalkan gelar akademis.
Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak
memerlukan orang-orang yang luar biasa. Orang
dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat
(belajar) melakukannya.
5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos
Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen
dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam
mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang
akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut
Seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad
yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat
tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak
setengah-setengah dalam berusaha, berani
menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut
menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa
usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang
digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti
menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena
itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit
terhadap usaha dan pekerjaannya.
6. Mandiri atau Tidak Ketergantuangan
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu
kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan
berbeda (create new and different) melaui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka
seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan
kreatif didalam mengembangkangkan ide dan pikiranya
terutama didalam menciptakan peluang usaha didalam
dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang
digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain,
seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu
menciptakan hal yang baru dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber yang ada
disekitarnya, mengembangkan teknologi baru,
menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru
untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang
lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah
ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan
kepada konsumen.
7. Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan
istilahentrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan
bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung
risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan
hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan
perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko
terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan.
Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil
risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak
terlalu tinggi dantidak terlalu rendah.
Keberanian menghadapi risiko yang didukung
komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk
terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh
hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan
merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15).
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko
merupakan salah satu nilai utama dalam
kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.
Menurut Angelita S.Bajaro, “seorang wirausaha yang
berani menanggung risiko adalah orang yang selalu
ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara
yang baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 :
21).
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-
usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai
kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang
menyukai risiko yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan
adalah pengambilan risiko yang penuh dengan
perhitungan dan realistis.
Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam
melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.
Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah
karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko
yang tinggi karena ingin berhasil.
8. Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif
terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan
untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik
pada pelanggan dan masyarakat, cara yang
etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap
mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif
tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha
yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis
serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang
mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/
masyarakat.
9. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu
ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol.
Debgan menggunakan kemampuan kreativitas dan
inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa
yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera
berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-
jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor
yang baik dalam proses produksi maupun prmasaran. Ia
selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang
menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang
yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber
pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin
bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan
peluang.
Leadership Ability adalah kemampuan dalam
kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki
kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa
kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki
taktik mediator dan
negotiator daripada diktaktor.
Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha
tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu
wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu:
Wirausaha andal, Wirausaha tangguh, Wirausaha
unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya
lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan
dana, serta mentransformasikannya menjadi output
dan memasarkannya secara efisien lazim disebut
Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha
yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam
kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan
menghadapi resiko lazim disebut Innovative
Entrepreneur.
10. Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki
seorang wirausaha adalah kemampuan untuk
memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang
wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan
usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha,
mengelola usaha dan sumber daya manusia,
mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintergrasikan operasi perusahaanya yang
kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan
managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha,
tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang
diperoleh tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh.
11. Memiliki Kerampilan Personal Wirausahawan
Andal .
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri
dan cara-cara sebagai berikut:
Pertama Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk
mencari
penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang
dilaksanakannya.
Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap
peluang yang
menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan tekun
untuk menghasilkan
barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.
Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar
menawar dan
musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada
pembeli.
Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha
dengan terencana,
jujur, hemat, dan disiplin.
Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan
perusahaannya secara
lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam
melindunginnya.
Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri
sendiri dan
kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan
memotivasi orang lain
(leadership/ managerialship) serta melakukan perluasan
dan
pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45)
ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha
gagal dalam menjalankan usaha
barunya:
1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten
atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan
mengelola
usaha merupakan faktor penyebab utama yang
membuat perusahaan kurang berhasil.

2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan
mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber
daya
manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan
operasi perusahaan.

3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar
perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang
paling utama
dalam keuangan adalah memelihara aliran kas.
Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.
Kekeliruan
dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan
tidak
lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan
titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan
maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang
strategis merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan
usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat
mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena
kurang efisien.

6. kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat
kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat
tidak efisien dan tidak efektif.

7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam
berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap
usaha akan
mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil
dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan
gagal
menjadi besar.

8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan
kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap
menghadapi dan
melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha
yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya
bisa
diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan
mampu membuat peralihan setiap waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar