Kamis, 07 Juni 2012

Doa Memohon Perlindungan AllahDari Empat Keburukan

Ada sebuah doa yang diajarkan Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam. Di dalamnya
terkandung permohonan agar Allah melindungi
kita dari empat keburukan. Doanya berbunyi
sebagai berikut:
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang,
dan dari doa yang tidak dikabulkan.”(HR Muslim
4899)
Setiap muslim tentunya tidak ingin terlibat
dengan keempat macam keburukan yang
disebutkan di dalam doa ini. Pertama, ilmu yang
tidak bermanfaat. Ilmu yang tidak bermanfaat
adalah semua jenis ilmu yang tidak mengantarkan
seseorang kepada penambahan iman. Ilmu yang
tidak bermanfaat justru merongrong iman
seseorang sehingga semakin lama imannya
semakin menipis. Sedangkan ilmu bermanfaat
ialah ilmu yang membuat seseorang menjadi
semakin dekat dengan Allah.
Ilmu bermanfaat akan mengantarkan seseorang
untuk menjadi ingat akan kehidupan sejati kelak
di akhirat. Contohnya ialah para ulul al-bab
(orang-orang yang berakal) yang disebutkan di
dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“…Sungguh terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang
Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada
bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun.” (QS Ali Imran ayat 190-192)
Ulul al-bab merupakan orang-orang yang
menggunakan akal mereka sehingga setelah
melakukan pengamatan terhadap alam sambil
mengingat Allah, lalu mereka segera teringat akan
kehidupan di akhirat. Sehingga mereka segera
berdoa: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Inilah gambaran mereka yang cermat dalam
memilih ilmu untuk diamalkan. Mereka sibuk
dengan ilmu yang bermanfaat. Mereka sangat
peduli untuk memastikan bahwa ilmu apapun
yang dikejar haruslah mengantarkan mereka
menjadi lebih dekat dan tunduk kepada Allah.
Ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang segera
membangkitkan ingatan akan kehidupan akhirat
yang hakiki dan abadi. Mereka sangat waspada
dan curiga terhadap berbagai ilmu yang potensial
mengancam stabilitas iman. Mereka sangat
khawatir terhadap berbagai ilmu yang
menimbulkan keraguan akan kebenaran ajaran
Allah, Din Al-Islam. Mereka waspada menghadapi
ilmu yang membuat mereka lebih cinta kepada
dunia dan melalaikan mereka akan akhirat.
Kedua, hati yang tidak khusyu’. Keburukan
berikutnya adalah memiliki hati yang tidak
khusyu’. Artinya hati yang tidak tunduk kepada
Allah. Hati yang liar dan tidak bersandar kepada
Allah dalam menggapai ketenteraman. Padahal
ciri orang beriman ialah bila mengingat Allah hati
mereka menjadi tenteram.
”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du ayat 28)
Sedemikian pentingnya memiliki hati yang
khusyu’ (tunduk) sehingga Allah sendiri
memperingatkan kita agar waspada terhadap
kekeringan atau kegersangan hati. Hal ini muncul
bila orang beriman terlalu lama mengabaikan
ayat-ayat Allah. Mereka sengaja membuat jarak
dengan ayat-ayat Allah sehingga dengan
berjalannya waktu hati menjadi tidak khusyu’ alias
menjadi keras. Satu-satunya solusi ialah kembali
menghidupkan ingatan dan perhatian terhadap
ayat-ayat Allah. Hidupkan makna ayat-ayat
tersebut di dalam kehidupan nyata.
Ketiga, nafsu yang tidak pernah kenyang. Ini
merupakan keburukan berikutnya. Apalagi kita
sedang menjalani zaman paling kelam dalam
sejarah Islam. Di zaman ini begitu banyak fitnah
yang tersebar, sehingga tawaran untuk menuruti
hawa-nafsu bermunculan di sekeliling kita.
Hampir dalam semua situasi ada peluang untuk
menuruti hawa-nafsu. Maka di zaman seperti ini
sangat diperlukan pengendalian diri. Sangat
diperlukan kemampuan untuk memuaskan nafsu
dengan cara yang sesuai syariat dan proporsional.
Islam tidak datang untuk membunuh nafsu. Islam
datang untuk mengendalikan hawa-nafsu.
Sehingga kebutuhan pemuasan nafsu bukan
dimatikan melainkan diarahkan agar sesuai
dengan aturan syariat Allah. Dan bila hal ini
dilakukan maka bukan saja seseorang terbebas
dari dosa bahkan ia dapat memperoleh pahala
dari Allah atas pemenuhan hawa-nafsu yang
sesuai syariat Allah.
“Sesungguhnya di antara sahabat Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam ada yang berkata:”Ya
Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak
mendapat pahala, mereka mengerjakan sholat
sebagaimana kami mengerjakan sholat, dan
mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa.
Dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta
mereka.” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan
bagimu sesuatu untuk bersedekah? Sesungguhnya
tiap-tiap tasbih adalah sedekah, tiap-tiap tahmid
adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah sedekah,
menyuruh seseorang kepada kebaikan adalah
sedekah, melarangnya dari kemungkaran adalah
sedekah dan bersetubuhnya seorang kamu
dengan istrinya adalah sedekah.” Mereka
bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah jika salah
seorang di antara kami menyalurkan syahwatnya,
apakah ia mendapat pahala?” Rasulullah
menjawab: ”Tidakkah kamu tahu, apabila
seseorang menyalurkan syahwatnya pada yang
haram, dia berdosa? Demikian pula apabila
disalurkannya kepada yang halal, dia mendapat
pahala.” (HR Muslim 1674)
Keempat, doa yang tidak dikabulkan. Ini jelas
merupakan suatu keburukan. Bayangkan, seorang
muslim berdoa kepada Allah namun tidak
dikabulkan. Jelas ini merupakan suatu musibah.
Padahal Allah sendiri menjamin bahwa jika
seseorang memohon sesuatu kepada Allah, pasti
Allah akan kabulkan. Tentu ada syaratnya:
pertama, memohon hanya kepada Allah, tidak
kepada selainNya; kedua, penuhi segenap perintah
Allah dan ketiga, beriman dengan sebenarnya
kepada Allah SWT.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdo`a apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah ayat
186)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar