Rabu, 27 Juni 2012

Orang yang Terakhir Keluar dariNeraka

Abu Hurairah telah menceritakan kepada Atha’ nin Yazid Al-
Laitsi bahwa para sahabat telah bertanya kepada Rasululla
saw., “Apakah engkau akan melihat Tuhan kami kelak pada
hari kiamat?” Maka Rasulullah saw. balik bertanya, “Apakah
kamu sekalian merasa kesulitan melihat bulan pada malam
purnama?” Mereka menjawab, “Tidak.” Selanjutnya
Rasulullah saw, bertanya lagi, “Apakah kalian merasa
kesulitan melihat matahari yang tidak ada awan yang
menghalangi?” Mereka menjawab, “Tidak.”
Mendengar jawaban itu, Rasulullah bersabda, “Seperti itulah
kamu sekalian akan melihat-Nya.” Kemudian Rasulullah saw.
meneruskan perkataaannya, “Pada hari kiamat nanti Allah
akan mengumpulkan seluruh umat manusia, lalu Allah
berfirman kepada mereka, ‘Hendaknya setiap orang
mengikuti sesuatu yang disembahnya selama di dunia.’ Oleh
karena itu, orang yang menyembah matahari mengikuti
matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan,
dan orang yang menyembah berhala mengikuti berhala.
Sedangkan orang-orang munafik dari kalangan umat
Muhammad tetap berdiri di tempat dan tidak bergerak sama
sekali (karena yang disembah oleh mereka tidak jelas).
Kemudian Allah mendatangi kaum muslimin dalam wujud
yang tidak dikenali oleh mereka, seraya Allah berfirman
kepada mereka, ‘Aku ini adalah Tuhanmu.’ Mendengar itu,
mereka berkata, ‘Kami berlindung kepada Allah dari bujuk
rayumu, dan kami akan tetap berdiri di tempat ini sampai
datang kepada kami Tuhan kami yang sebenarnya.’
Kemudian Allah datang kepada mereka dalam wujud yang
mereka kenal, dan Allah berfirman kepada mereka, ‘Aku ini
Tuhanmu yang sebenarnya.’ Pada saat mereka
mendengarnya dan mereka merasa yakin bahwa itu
Tuhannya, maka mereka berkata, ‘Engkaulah Tuhan kami
yang sebenarnya.’ Setelah itu mereka mengikuti-Nya.
Kemudian Allah swt. menciptakan sebuah titian yang
membentang di atas api neraka, maka aku –Rasulullah saw.
—dan umatku menjadi umat yang pertama menyeberangi
titian itu. Pada saat itu tidak ada seorang pun yang dapat
berbicara selain para rasul, dimana ketika itu para rasul
berdoa, ‘Ya Allah, selamatkanlah, ya Allah, selamatkanlah.’
Sementara di dalam neraka Jahanam terdapat besi-besi yang
melengkung bagaikan lengkungan pancing, seperti duri
pohon Sa’dan (nama pohon yang berduri). Kemudian
Rasulullah bertanya kepada sahabat yang hadir, ‘Apakah
kalian pernah melihat duri pohon Sa’dan?’ Mereka
menjawab, ‘Ya.’
Mendengar hal itu, Rasulullah saw. bersabda, ‘Seperti itulah
besi-besi yang melengkung itu, hanya saja besarnya tidak
terkirakan, dan hanya Allah yang mengetahui ukurannya.
Besi-besi inilah yang kelak akan mengait orang-orang yang
sedang meniti titian itu sesuai dengan kadar dosa masing-
masing. Dimana orang yang teguh dengan amalnya akan
selamat dari kaitannya, sementara orang yang berdosa akan
terkait (tersangkut), tetapi akhirnya dilepaskan.
Setelah Allah selesai mengadili hamba-hamba-Nya, dan Dia
berkehendak mengeluarkan penghuni neraka dengan
rahmat-Nya, maka Allah memberikan perintah kepada para
malaikat-Nya untuk mengeluarkan mereka yang patut
mendapat rahmat-Nya, yaitu orang yang tidak pernah
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun selama hidup di
dunia. Di antara orang yang patut mendapatkan rahmat-Nya
adalah orang yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan
(yang patut disembah) selain Allah. Kemudian para malaikat
yang mendapat perintah itu segera mengenali mereka, dan
mereka mengenalinya melalui tanda bekas sujud yang ada
pada kening mereka karena hanya bekas sujudlah bagian
tubuh manusia yang tidak akan hangus dibakar api neraka,
dimana Allah telah mengharamkan api neraka untuk
membakarnya dan menghanguskannya.
Kemudian para malaikat segera mengeluarkan mereka
dalam keadaan yang sudah pada hangus, lalu disirankan ke
tubuh mereka air kehidupan (air pemulihan). Akibat siraman
air kehidupan itulah, akhirnya mereka tumbuh dan pulih
kembali seperti sediakala bagaikan tumbuhnya biji-bijian
setelah terjadi banjir besar (dimana mereka tumbuh dalam
keadaan masih muda dan besar).
Setelah Allah selesai mengadili dan memvonis di antara
hamba-hamba-Nya, tiba-tiba terlihat seseorang (yang masih
tertinggal) yang sedang mengarahkan pandangannya ke arah
neraka, dan dialah orang yang paling terakhir masuk surga.
Kemudian kepada Allah, dia memohon, ‘Wahai Tuhanku,
palingkan mukaku dari neraka karena baunya telah
meracuniku, dan kobaran apinya telah membakarku.’
Permohonan itu diulanginya berulang kali, dan akhirnya
Allah berfirman kepadanya, ‘Seandainya Aku mengabulkan
permintaanmu ini, apakah kiranya kamu tidak akan
mengajukan permohonan yang lain?’ Maka orang itu
menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian dia berjanji dengan sungguh-
sungguh kepada Allah bahwa dia tidak akan mengajukan
permohonan apapun lagi.
Akhirnya permohonan itu dikabulkan Allah, dimana Allah
memalingkan muka orang itu dari neraka. Akantetapi ketika
dia dihadapkan ke arah surga dan dia menyaksikan
kemegahan yang ada di baliknya, maka dia terdiam dalam
beberapa saat, lalu dia memohon kepada Allah, ‘Wahai
Tuhanku, sampaikanlah aku ke dalam pintu surga.’
Mendengan hal itu, Allah berfirman kepadanya, ‘Bukankah
kamu telah berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa kamu
tidak akan memohon lagi kepada-Ku selain permohonanmu
yang telah Aku kabulkan tadi? Celakalah kamu, wahai anak
Adam, kamu telah memungkiri janjimu sendiri, dan Aku tidak
akan mengabulkan permohonanmu ini.’ Akantetapi dia tetap
memohon kepada Allah untuk dikabulkan permohonannya,
sehingga Allah berfirman kepadanya, ‘Seandainya
permohonanmu ini Aku kabulkan, apakah kamu tidak akan
memohon yang lainnya lagi kepada-Ku?’ Orang itu
menjawab, ‘Demi kemuliaan-Mu, sungguh aku tidak akan
mengajukan permohonan lagi.’
Kemudian Allah mengabulkan permohonannya itu. Allah
membawanya ke depan pintu surga. Setibanya dia di depan
pintu surga, Allah membuka pintu surga itu lebar-lebar
sehingga orang itu melihat keindahan dan kebahagiaan yang
ada di dalamnya. Menyaksikan itu, orang itu terdiam
beberapa saat, lalu memohon kepada Allah, ‘Wahai
Tuhanku, masukanlah aku ke dalam surga.’ Mendengar itu,
Allah berfirman kepadanya, ‘Bukankah kamu telah berjanji
bahwa kamu tidak akan mengajukan permohonan lagi
kepada-Ku setelah permohonanmu yang tadi Aku kabulkan?
Celaka kamu, wahai anak Adam, kamu telah memungkiri
janjimu sendiri, dan Aku tidak akan mengabulkan
permintaanmu itu.’
Akantetapi orang itu terus menerus memohon kepada Allah,
‘Wahai Tuhanku, janganlah kiranya hamba-Mu ini menjadi
orang yang paling celaka.’ Kemudian ia mengulang-ulang
permohonannya, sehingga hal itu menyebabkan Allah
tertawa. Allah berfirman kepadanya, ‘Masuklah kamu ke
dalam surga.’ Pada saat orang itu masuk ke dalam surga,
Allah berfirman kepadanya, ‘Sekarang angankanlah segala
keinganmu.’ Kemudian orang itu memohon kepada Allah
dengan mengajukan berbagai macam keinginannya dan
mencita-citakan berbagai macam kenikmatan, sampai Allah
mengingatkannya kepada berbagai menikmatan yang tidak
diketahuinya. Lalu Allah berfirman kepadanya, ‘Nikmatilah
olehmu kemewahan dan kenikmatan yang telah disediakan
ini, bahkan akan ditamabah lagi dengan berbagai kenikmatan
sebanyak itu pula.”
Atha’ bin Yazid berkata, “Ketika Abu Sa’id Al-Kudri
mendengarkan Abu Hurairah menuturkan hadits itu, tidak
ada bagian dari hadits itu yang dipertanyakannya, selain
firman Allah terhadap orang tadi: ‘Nikmatilah olehmu
kemewahan dan kenikmatan yang telah disediakan ini,
bahkan akan ditamabah lagi dengan berbagai kenikmatan
sebanyak itu pula.’
Abu Sa’id Al-Kudri berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, apakah
kenikmatan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat?’
Abu Hurairah menjawab, ‘Aku tidak mengetahuinya selain
aku mendengarnya seperti itu dari Rasulullah saw., dimana
beliau bersabda, ‘ kemewahan dan kenikmatan yang telah
disediakan ini, bahkan akan ditamabah lagi dengan berbagai
kenikmatan sebanyak itu pula.’ Kemudian Abu Sa’id Al-Kudri
berkata, “Aku bersumpah bahwa aku telah mendengar dari
Rasulullah saw. dimana beliau bersabda, ‘Nikmatilah olehmu
kemewahan dan kenikmatan yang telah disediakan ini,
bahkan kenikmatan ini akan dilipatgandakan menjadi
sepuluh kali lipat dengan berbagai kenikmatan sebanyak itu
pula.’” (Hadits shahih, Shahih Muslim nomor 182; Shahih
Bukhari nomor 7437)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar