Senin, 04 Juni 2012

tuhan baru itu Materialisme

Diantara Penyebab dikutuknya Bani Israel oleh Allh SWT
adalah karena diamnya mereka terhadap segala
kemungkaran yang ada dihadapan mereka sebagaimana
dilukiskan dalam surah al-Maidah (5) : ayat 78 -79) :
“Telah dikutuk orang-orang kafir dari keturunan
bani Israel melalui lisan Nabi Daud AS dan Nabi Isa
AS, karena mereka bermaksiat kepada Allah SWT.
Maksiatnya adalah karene mereka diam, tidak
melarang dan mencegah terhadap segala
kemungkaran yang ada dihadapan mereka. Amat
buruklah segala apa yang mereka kerjakan”
Ayat ini akan berlaku kepada siapa saja, bahwa Allah
SWT akan mengutuk orang orang yang pemalas dan
pengecut, mereka diam, bahkan bisa tidur nyenyak
ditengah-tengah kemungkaran yang begitu dahsyat
dihadapan mereka. Mudah-mudahan kita tidak
termasuk golongan mereka.
Hari ini kita melihat ada kemungkaran yang sangat
berbahaya, lebih berbahaya dari tsunami, virus HIV,
bencana alam manapun bahkan lebih bahaya dari
perang dunia pertama dan kedua. Sebagaimana juga
dikhawatirkan oleh para sosiolog dan antropolog.
Bahaya itu adalah tersebar dan menjamurnya nilai-nilai
matrialisme yang akan menggantikan nilai-nilai
kemanusiaan dan spiritual. Dari penguasa sampai
rakyat jelata, dari presiden samapai sinden, hari ini kita
saksikan betapa nilai matrialisme itu sudah begitu deras
dan intensif menyeruak ke hampir seluruh lapisan
masyarakat.
Sering kali nilai matrialisme ini sejalan dengan
keinginan nafsu manusia maka tidak banyak orang yang
menyadarinya, bahkan tidak sedikit yang turut
menikmatinya. Lebih bahaya lagi kalo sipenikmat itu
tokoh agama, maka ia akan sangat mudah untuk
mencari dalil segudang ayat dan hadits untuk dapat
membenarkannya.
Pertama diatandai dengan supermasi nilai-nilai yang
tumbuh ditengah-tengah masyarakat. Manusia
dihormati, dihargai dan dimuliayakan karena materinya,
karena pangkat jabatan dan kedudukannya, karena
kegantengan, kecantikan, keningratannya, darah
merah, darah biru, darah belang dan sebagainya.
Manusia dihormati karena banyaknya harta, wanita,
toyota dan tahtanya. Manusia dihoramati karena koleksi
pakaian dalamnya, kolam renangnya, alat-alat
kecantikannya, koleksi baju pentas panggungnya.
Sehingga beritanyapun bisa sampai 30 menit sendiri.
Sementara berita pembataian manusia cukup hannya
satu menit saja, kalaupun geger bom Bali itu karena
yang mati banyak orang bulenya. Bandingkan kalau
rakyat Irak yang mati sudah hampir 700.000 nyawa.
Jadi harga pakaian dalam artis lebih mahal dari pada
nyawa manusia. Gaji Insinyur lebih mahal dari gaji
guru, dan seterusnya. Padahal, insinyur mengolah
benda mati, sedangkan Guru mengolah jiwa dan
mental manusia.
Manusia diciptakan dari air sperma, kebanyakan orang
jijik melihatnya, masih mending telur ayam kampung,
masih cepat laku dijual. Begitu juga ketika manusia
mati, jadi bangkai, ingin segera dikubur, tidak ingin
berlama lama dengan mayat manusia, sekalipun ia
orang terdekat. Berarti sebenarnya jasad manusia tidak
berharga ketika manusia sudah meinggal.Tentu saja
lebih berharga adalah jiwanya atau ruhaninya.
Tetapi ketika nilai matrialisme terus dipompakan serta
dipaksakan ketengah masyarakat, maka nilai fisik
manusia yang lebih dihargai, ketimbang ruhaninya.
Hari ini kita lihat kebanggaan masyarakat untuk
memamerkan materi yang dia miliki, segala atribut dan
simbolnya. Gaya hidup yang terhormat adalah apabila
kita mampu memiliki barang-barang yang mahal dan
bermerk, apa lagi merk luar negeri.
Persoalanya ketika nilai-nilai matrialisme masuk ke
Indonesia begitu deras, maka kenorak’annya pun
ditandai dengan tekagum-kagumnya dengan materi,
fasilitas sarana kehidupan, kendaraan, gedung, pakaian,
assesoris dan sebagainya. Celakanya lagi hari ini
symbol-simbol kemajuan materi ada di barat, maka
orang-orang yang deso alias norak akan sangat bangga
kalau sudah dekat dengan barat, bergaya barat,
makan, minum, pakaian, pergaulan, cara pandang yang
kebarat-baratan.
Kalau sifat deso ini melanda para da’I dan Aktivis, maka
para Al-Mukarromuun itu dengan sangat mudah
dan lincah mencari segudang ayat dan hadits untuk
dapat membenarkannya, jadilah da’I gaul, ustadz gaul,
aktivis gaul yang dalam tanda petik. Sifat ngekor,
ngikut, nunut, manut, ngintil, ngepe, jiplak barat yang
berasas matrialisme ini kemudian dikemas sedimikian
rupa dengan hiasan ayat dan hadits, sehingga menjadi
begitu memukau dan begitu indah didengarnya.
”Khootibunnaas ’alaa Qudri ’uqulihim..”
Sementara dibarat sendiri, sudah mulai banyak yang
sadar bahwa mereka sedang terpuruk akibat nilai
materialisme, sebagian mereka ada yang lari ke bandul
kanan esktrim yaitu spiritual tanda petik, atau mereka
mengembangkan faham humanis yang juga tanda
petik.
Ketika indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk,
rakyat banyak yang mulai ngamuk, Negara sedang kere,
banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng
dan lain-lain, Maka harga diri kita tidak bisa
diangkat dengan medali emas turnamen olah raga,
atau sewa pemain asing, banyak ceremonial yang
gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek mobil,
proyek mercusuar, gedung tinggi, lapangan golf, ITC,
MALL, TOS, Bar, Discotik Assesoris lux dan super
mewah, Villa, Real Estate, dan seterusnya.
Bangsa ini akan naik harga dirinya kalau hutang
sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi, tidak ada
pengamen dan pengemis, tidak ada lagi wanita
tidak solat (WTS) , angka criminal rendah, korupsi
berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan
global. dan sebagainya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar