Kamis, 07 Juni 2012

Melihat Surga didepan mata

Surga adalah suatu pembalasan
yang agung dan pahala tertinggi bagi para hamba
Allah yang taat. Surga merupakan suatu
kenikmatan sempurna. Tak ada sedikit pun
kekurangannya. Tak ada kemuraman di dalamnya.
Penggambaran surga yang difirmankan oleh Allah
swt. dan disabdakan oleh Nabi saw., memang
hampir tak mampu kita gambarkan dengan otak
dan imajinasi kita yang terbatas ini. Betapa sulit
membayangkan kenikmatan yang demikian besar.
Sungguh kemampuan imajinasi kita akan
terbentur pada keterbatasannya.
Kita coba untuk memvisualisasikan dalam angan
hadits Qudsi yang menceritakan tentang
gambaran surga berikut ini,
ﺕﺩﺪﻋﺃ ﻱﺩﺎﺒﻌﻟ ﻦﻴﺤﻟﺎﺼﻟﺍ ﺎﻣ ﻻ ﻦﻴﻋ ﺕﺃﺭ ﻻﻭ ﻥﺫﺃ ﺖﻌﻤﺳ
ﻻﻭ ﺮﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﺮﺸﺑ ﺐﻠﻗ
“Kami sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih
sesuatu, yang tak pernah terlihat oleh mata, tak
pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah
terlintas oleh hati manusia…”
“Seorang pun tak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu
(bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan
pandangan mata sebagai balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan. (As-sajdah 17)
Allah swt. menentukan hari masuknya ke surga
pada waktu tertentu dan memutuskan jatah hidup
di dunia pada batas waktu tertentu serta
menyiapkan di dalam surga berbagai kenikmatan
yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar
oleh telinga, dan terlintas dalam hati. Dia
memperlihatkan dengan jelas surga kepada
mereka agar dapat melihatnya dengan mata
hatinya karena penglihatan mata hati lebih tajam
daripada pandangan mata kepala.
“Sesungguhnya jika salah seorang dari kalian
meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan
kepadanya setiap pagi dan petang. Jika ia
penghuni surga, maka ia adalah penghuni surga.
Jika ia penghuni neraka, maka ia adalah penghuni
neraka. Kemudian dikatakan, Inilah kursimu
hingga Allah Ta’ala membangkitkanmu pada hari
kiamat nanti.” Bukhari-Muslim
Sungguh Nabi Muhammad saw. telah melihat di
dekatnya terdapat surga tempat tinggal
sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari
dan Shahih Muslim hadits dari Anas dalam kisah
Isra’ dan Mi’raj. Pada akhir hadits tersebut
dijelaskan,
“Jibril berjalan terus hingga tiba di Sidratul
Muntaha dan ternyata Sidratul Muntaha ditutup
dengan warna yang tidak aku ketahui.” kata
Rasulullah saw. lebih lanjut, “Kemudian aku
masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya
terdapat kubah dari mutiara dan tanahnya
beraroma kesturi. Bukhari-Muslim
Simaklah sebuah puisi tentang surga:
Wahai penghuni surga, kalian di surga ini
Tetap dalam kenikmatan dan tak pernah terputus
Hidup terus dan tidak akan mati
Kalian berdomisili di sini terus dan tak akan
pindah tempat
Dan kalian muda terus serta tidak tua
“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya
dibawa ke dalam surga berombong-rombongan.
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu
sedang pintu-pintunya telah terbuka dan
berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya,
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atas kalian,
berbahagialah kalian! Maka masukilah surga ini,
sedang kalian kekal di dalamnya.” Az-Zumar 39:73
Cobalah renungkan ketika kelompok di atas
digiring menuju tempatnya di surga secara
berkelompok. Kelompok yang bahagia bersama
dengan saudara-saudaranya. Mereka beriringan
dan bersatu padu. Masing-masing dari mereka
terlibat dalam amal perbuatan dan saling
kerjasama dengan kelompoknya serta memberi
kabar gembira kepada orang-orang yang hatinya
kuat sebagaimana di dunia pada saat mereka
bersatu dalam kebaikan. Selain itu, setiap orang
dari saling canda antar sesamanya.
“(Yaitu) Surga Aden yang pintu-pintunya terbuka
bagi mereka. Di
dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan)
sambil meminta buah-buahan yang banyak dan
minuman di surga tersebut.” Shaad: 50-51
Anda perhatikan bahwa ada makna indah pada
ayat di atas ketika mereka telah masuk ke dalam
surga, maka pintu-pintu itu tidak tertutup bagi
mereka dan dibiarkan terbuka lebar untuk
mereka. Sedangkan neraka, jika para penghuninya
telah masuk ke dalamnya, maka pintu-pintu
langsung ditutup rapat bagi mereka.
“Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.”
Al-Humazah:8
Dibiarkannya pintu-pintu surga terbuka untuk
para penghuninya adalah isyarat bahwa mereka
dapat bergerak secara leluasa bagi mereka. Serta
masuknya para malaikat masuk setiap waktu
kepada mereka dengan membawa hadiah-hadiah
dan rizki untuk mereka dari Rabb mereka serta
apa saja yang menggembirakan mereka dalam
setiap waktu.
“Di surga terdapat delapan pintu. Ada pintu yang
namanya Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh
orang-orang yang puasa.” Bukhari dan Muslim
“Barang Siapa yang berinfak dengan sepasang
unta atau kuda atau lainnya di jalan Allah swt.,
maka ia dipanggil dari pintu-pintu surga. “Wahai
hamba Allah, pintu ini lebih baik. Barang Siapa
yang rajin shalat, maka ia dipanggil di pintu
shalat. Barang Siapa berjihad, maka ia dipanggil di
pintu jihad. Barang Siapa rajin bershadaqah, maka
ia masuk dari pintu shadaqah. Dan barang siapa
puasa, maka ia dipanggil dari Ar-rayyan.”Abu
Bakar berkata,”Wahai Rasulullah, apakah setiap
orang dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Adakah
orang dipanggil dari semua pintu tersebut?
Rasulullah saw. menjawab,”Ya, dan aku berharap
engkau termasuk dari mereka.”
“Siapa di antara kalian yang berwudhu kemudian
menyempurnakan wudhunya lalu membaca
Asyhadu an laa ilaaha illallahu wahdahulaa
syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan
abduhu warasuluhu, maka dibukakan baginya
pintu-pintu surga yang berjumlah delapan dan ia
masuk dari mana saja yang ia sukai.” Imam
Muslim
“Jika seorang muslim mempunyai tiga orang anak
yang belum baligh kemudian meninggal dunia,
maka mereka menjumpainya di pintu-pintu surga
yang delapan dan ia bebas masuk dari pintu mana
saja yang ia sukai.” k
“Demi Muhammad yang jiwanya ada di Tangan-
Nya, jarak antara dua daun pintu surga adalah
seperti Makkah dan Hajar atau Hajar dan
Makkah.” Imam Bukhari
Dalam redaksi lain,
“Antara Makkah dan Hajar atau Makkah dengan
Bushra.” (Hadits ini keshahihannya disepakati
pakar hadits).
“Kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat.
Kalian adalah umat yang terbaik dan termulia di
sisi Allah. Jarak di antara dua daun pintu surga
adalah empat puluh tahun. Pada suatu hari ia
akan penuh sesak.” Imam Ahmad
“Pintu yang dimasuki oleh penghuni surga
jaraknya adalah sejauh perjalanan pengembara
dunia yang ahli, tiga kali lipat. Kemudian
penghuni surga memenuhinya hingga pundak
mereka nyaris lengkap.” Abu Nu’aim
“Allah Azza wajalla menciptakan Adam mirip
dengan wajah-Nya. Postur tubuh Adam adalah
enam puluh hasta. Usai menciptakan Adam Allah
berfirman, “Pergilah dan ucapkan salam kepada
sekumpulan tersebut. Mereka adalah para
malaikat yang sedang duduk-duduk dan
mendengarkan salam yang mereka sampaikan
kepadamu, karena salam tersebut adalah
salammu dan salam anak keturunanmu.”
Kata Rasulullah saw., “Lalu Adam pergi ke tempat
mereka dan berkata, “Salam sejahtera atas kalian.”
Mereka menjawab, “Salam sejahtera juga atasmu
dan begitu juga rahmat Allah.” Kata Rasulullah
saw. lebih lanjut, “Maka setiap orang yang masuk
ke dalam surga wajahnya seperti wajah Adam dan
postur tubuhnya adalah enam puluh hasta.
Setelah Adam, manusia mengecil hingga
sekarang.” Ahmad, Bukhari dan Muslim
“Penghuni surga masuk ke dalam surga dengan
rambut pendek, belum berjenggot, matanya
bercelak dan usianya tiga puluh tiga tahun.”
Imam Tirmidzi
“Jika penghuni surga meninggal dunia, baik pada
saat kecil atau tua, maka mereka dikembalikan
dengan usia tiga puluh tahun di surga dan
usianya tidak bertambah selama-lamanya. Begitu
juga penghuni neraka.” Imam Tirmidzi
“Penghuni surga masuk surga dengan ketinggian
Adam, enam puluh hasta dengan ukuran orang
besar, dengan wajah tampan setampan Nabi
Yusuf, Seusia Nabi Isa, tiga puluh tiga tahun,
lidahnya fasih sefasih Nabi Muhammad, belum
berjenggot dan berambut pendek.” Ibnu Abu
Dunya
Dalam riwayat yang lain, “Sesungguhnya derajat
penghuni surga yang paling rendah yang berada
di tingkat keenam dan ketujuh. Disediakan
baginya tiga ratus pelayan yang setiap pagi dan
sore melayaninya dengan memberikan tiga ratus
piring. Yang saya ketahui piring tersebut terbuat
dari emas.”
“Setiap piring mempunyai warna tersendiri yang
tidak dimiliki oleh piring yang lain. Ia menikmati
dari piring yang pertama hingga piring terakhir.
Pelayan-pelayan juga memberikan tiga ratus
minuman di mana setiap minuman mempunyai
warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh tempat
minum yang lain. Ia menikmati tempat minum
pertama hingga tempat minum terakhir.”
Ia berkata,” Rabbku, jika Engkau mengizinkan,
maka aku akan memberi makan dan minum
kepada penghuni surga dengan tidak mengurangi
jatah yang diberikan kepadaku. “Sesungguhnya ia
mempunyai istri sebanyak tujuh puluh dua orang
yang berasal dari wanita-wanita surgawi yang
matanya cantik jelita belum temasuk istri-istrinya
dari wanita dunia. Salah seorang dari istri-istri
mereka mengambil tempat duduknya yang
panjangnya satu mil ukuran dunia.”(HR Ahmad)
“Dan penghuni surga yang paling tinggi atau
mulia di sisi Allah adalah orang yang melihat
wajah Allah setiap pagi dan petang. Kemudian
Rasulullah saw. membaca ayat, “Wajah-wajah
(orang-orang Mukmin) pada saat itu berseri-seri.
Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” HR Tirmidzi
“Saya datang ke pintu surga, lalu saya buka. Sang
penjaga bertanya, “Siapakah Anda?” Saya
menjawab, “Saya Muhammad.” Penjaga pintu lalu
berkata, “Saya memang diperintah agar pintu
surga ini tidak saya buka sebelum Anda terlebih
dulu masuk.” Imam Muslim
Rasulullah bersabda, “Jibril datang kepada saya
dan memberi informasi tentang pintu surga yang
akan dimasuki oleh umatku.” Mendengar itu, Abu
Bakar bertanya, “Ya Rasulullah saw. aku ingin
bersamamu hingga dapat melihat pintu surga.”
Rasulullah menjawab, “Engkau wahai Abu bakar,
adalah orang pertama dari umatku yang
memasuki surga.” Imam Bukhari-Muslim
Pertama kali dari golongan umat yang masuk
surga tanpa melalui proses hisab ialah mereka
yang berderajat tinggi dan agung dalam iman dan
taqwanya, beramal shaleh dan istiqamah.
“Mereka berbaris dalam satu regu, wajah mereka
memancarkan kepuasan seperti rembulan saat
pertama. Tubuh mereka bersih dari kotoran. Tidak
meludah, tidak berdahak dan tidak pula buang air.
Tempat-tempat singgahnya terbuat dari emas,
sisirnya terbuat juga dari emas dan perak. Tempat
apinya adalah kayud, keringatnya berupa minyak
misyk, setiap lelaki memiliki pasangan istri yang
kulitnya cemerlang seolah-olah sumsumnya
tampak dari balik daging. Mereka tidak pernah
berselisih, tidak saling membenci sebab mereka
sehati. Bacaannya tiap kali adalah tasbih, setiap
pagi maupun sore.” Imam Bukhari
Rasulullah saw. Bersabda:
“Pasti masuk surga di antara umatku yang
berjumlah tujuh puluh ribu orang tanpa hisab
atau tujuh ratus ribu orang. Mereka saling
bergandeng hingga masuk surga semuanya.
Wajah mereka seperti rembulan pada saat
pertama.” Imam Bukhari dan Muslim
Ibnu Abas ra berkata bahwa Rasulullah saw.
Bersabda:
“Semua umat diperlihatkan kepadaku kemudian
aku lihat ada nabi yang diikuti oleh sekelompok
orang pengikutnya. Ada nabi yang diikuti oleh satu
dan dua orang. Ada nabi yang tidak diikuti oleh
sorangpun. Diangkat kepadaku kumpulan manusia
yang sangat banyak lalu aku mengira bahwa
mereka adalah umatku lalu dikatakan kepadaku,
“Ini adalah Musa dan kaumnya. Lihatlah ke ufuk
langit!” Lalu aku melihat ke ufuk langit dan
ternyata di sana ada kumpulan manusia yang
sangat banyak. Dikatakan kepadaku, “Ini adalah
umatmu dan di antara mereka ada tujuh puluh
ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab dan
disiksa. Setelah itu Rasulullah masuk ke dalam
rumah.
“Sementara orang-orang sibuk membicarakan
siapa sebenarnya mereka yang masuk ke dalam
surga tanpa hisab dan tanpa disiksa. Sebagian
mereka berkata,
“Barangkali mereka adalah mereka yang
menemani Rasulullah saw.” Sebagian yang lain
berkata, “Barangkali mereka adalah yang
dilahirkan dalam keadaan Islam dan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatupun.” Mereka
juga menafsirkan dengan berbagai macam
tafsiran.
Lalu Rasulullah ke luar menemui mereka dan
bertanya, “Apa yang kalian bicarakan?” Mereka
pun menceritakan hasil pembicaraannya. Lantas
Rasulullah saw. bersabda,” Mereka adalah orang-
orang yang meruqyah dan tidak minta diruqyah,
tidak jatuh dalam tathayyur (mengaitkan nasib
dengan burung atau lainnya) dan hanya kepada
Allah mereka bertawakkal.”
Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata,
“Berdoalah kepada Allah agar Ia menjadikan aku
di antara mereka. “Rasulullah saw. menjawab,
“Anda termasuk di antara mereka!” Orang laki-laki
yang lain berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada
Allah agar Allah menjadikanku di antara mereka!”
Rasulullah saw. menjawab, “Anda kalah cepat
dengan ‘Ukasyah.”
Ibnul Atsir telah mengumpulkan perawi-perawi
hadits ini di dalam Yamiil Ushul, dan di antara
hadits itu menceritakan bahwa Abdullah bin
Mas’ud ra menyampaikan bahwa Rasulullah saw.
Bersabda:
“Aku tahu orang terakhir yang ke luar dari neraka
dan terakhir masuk surga. Ia ke luar dari neraka
sambil merangkak, lalu Allah berfirman
kepadanya,” Pergi dan masuklah ke surga!” Orang
itu kemudian pergi menuju surga, namun
terbayang olehnya bahwa surga telah penuh, lalu
ia kembali kepada Allah dan berkata,” Ya Allah,
surga sudah penuh.” Allah berfirman kepadanya,
“Pergilah dan masuklah ke dalam surga, sebab di
sana tidak seperti di dunia melainkan sepuluh kali
dunia. Lalu ia berkata, “Apakah Engkau ejek aku,
atau Engkau tertawakan aku, sedang Engkau
adalah Raja?”
Sebuah hadits riwayat Muslim menyampaikan hal
serupa. Dikisahkan, Nabi bercerita tentang laki-
laki yang masuk ke surga yang terakhir. Laki-laki
itu berjalan pelan-pelan. Allah menyuruhnya
segera masuk ke surga. Ia pun berjalan ke arah
surga dengan hati yang bimbang. Ia angankan,
setiap orang di surga itu telah memiliki rumah
sendiri-sendiri. Dalam hatinya ia bertanya,
dengan apakah ia akan bertempat tinggal?”
Maka untuk memastikan hatinya, Allah bertanya,
“Apakah engkau masih ingat, setiap orang berada
di rumahnya sendiri-sendiri?” Ingat ya
Allah…”jawabnya penuh dengan angan harapan.
“Sepuluh kali lipat rumah dunia?” tanya Allah.
Apakah Engkau menghinaku ya Allah, sedangkan
Engkau adalah Raja?” Dalam menceritakan itu
Nabi tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya.”
Mudah-mudahan kita semua diizinkan oleh Allah
Ta’ala menjadi orang-orang yang senantiasa
istiqamah di dalam meniti hidup dan kehidupan
ini, sehingga ketika ruh ini dicabut oleh-Nya kita
menerima anugerah husnul khatimah. Sehingga
kita termasuk dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke
dalam golongan hamba-hamba-Nya yang
dipanggil dengan penuh kelembutan:
“Yaa ayyathuna-nafsul muthma innah, irji-i ila
Rabbiki raadhiatan mardhiyyah, fadkhulii fi ibadi
wadkhuli jannati.”
Amin ya mujibas-saailin. Allahu a’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar