Senin, 11 Juni 2012

“Sebenarnya, Kita Hidup di Dunia Hanya 2 Menit1 Detik”

Jadilah engkau di dunia ini seperti orang
asing atau bahkan seperti orang yang sekadar lewat
(HR Bukhari)
Dari 7 besaran ISO (International Standard
Organization) yang di rumuskan yakni panjang,
temperatur, massa, waktu, arus listrik, jumlah zat dan
intensitas cahaya, hanya satu besaran yang susah
untuk dipahami, waktu. Hidup manusia di dunia
terfungsikan oleh waktu. Waktulah yang membatasi
antara satu kehidupan dengan kehidupan yang lain.
Waktu menurut para ahli adalah besaran untuk
mengukur tingkat perubahan yang terjadi pada benda
atau zat. Kita sendiri menjadi bukti dari definisi ini,
masih ingatkah saat kita kecil ditimang oleh bunda
kita atau saat kuda-kudaan dengan ayah kita, namun
lihat diri kita sekarang, sudah berubah dari saat kita
digendong dan main kuda-kudaan bukan? itu semua
karena waktu.
Pada zaman dulu, manusia menganggap waktu itu
absolute, kecuali dalam Islam. Waktu dianggap sama
saja tidak peduli pada acuannya. Baru pada abad 20,
ilmuwan termasyhur abad 20, Albert Einstein
mengeluarkan postulat yang menyatakan bahwa
waktu bersifat relatif tergantung pada acuannya.
Einstein memisalkan, jika seorang laki-laki mengobrol
dengannya yang sudah tua, beruban dan keriput,
mengobrol satu jam seperti satu abad. Sedangkan jika
mengobrol dengan yang masih muda, cantik dan
anggun mengobrol lima detik bisa terasa lima jam.
Kurang lebih seperti itulah relativitas, kata Einstein.
Sekarang mari kita coba untuk membandingkan waktu
dengan kerangka acuan waktu di dunia yang
berdasarkan atas rotasi dan revolusi bumi atau benda
langit lainnya dibandingkan dengan kerangka acuan
akhirat berdasarkan berita dari Al-Qur’an dan Al
hadits.
Firman Allah dalam Surat al-Mu’minuun [23] :
112-114
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu
tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di
bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah
kepada (malaikat) yang menghitung. Allah berfirman:
“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.
Dalam ayat ini, aroma relativitas waktu sangat
kentara. Bayangkan, manusia yang hidupnya kurang
lebih 70 tahun, ketika ditanya Allah menjawab hanya
hidup satu hari atau setengah hari. Kemudian
ditimpali oleh Allah bahwa hidupnya hanya sebentar
saja, hanya sebentar.
Firman Allah yang lain dalam surat An-Naazi’aat [79] :
46
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka
merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia)
melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi
hari.
Dalam ayat ini lebih cepat lagi, hidup kita dirasakan
hanya selama waktu sore atau pagi hari. Jika waktu
sore di mulai jam 3 dan diakhiri jam 6, berarti kita
merasa hidup cuma 3 jam. Dan jika pagi hari dimulai
jam 7 dan selesai jam 11 berarti kita merasa hidup
hanya 4 jam. Tentu saja lebih sebentar dari ayat
sebelumnya.
Firman Allah Selanjutnya dalam surat Yunus [10] : 45
Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah
mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu)
seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia)
hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka
saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang
yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah
dan mereka tidak mendapat petunjuk.
Pada ayat ini, lebih tinggi lagi komparasinya, hidup
kita hanya dirasa SESAAT SAAT SIANG HARI saja,
ALLAHUAKBAR.
Dan sekarang mari kita coba untuk menghitung
perbandingan lama hidup kita menurut apa yang telah
disampaikan nabi kita.
Bagaimana keadaan kalian jika Allah mengumpulkan
kalian di suatu tempat seperti berkumpulnya anak-
anak panah di dalam wadahnya selama 50.000 tahun
dan Dia tidak menaruh kepedulian terhadap kalian?
(HR Hakim dan Thabrani)
Dan Firman Allah dalam surat Al-Ma’arij [70] : 4
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada
Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.
Hadits di atas berhubungan dengan keadaan kita nanti
di padang mahsyar, kata nabi Muhammad, kita berada
di padang mahsyar selama 50ribu tahun yang sama
nilainya dengan 50 milenium sama dengan 500 abad
sama dengan 6250 windu. Adakah waktu ini sebentar?
Jika kita korelasikan hadits tersebut dengan ayat di
bawahnya, kita akan menemukan suatu angka yang
sangat fantastis. Mari coba kita hitung. Manusia
zaman ini hidup dengan umur rata-rata 70 tahun,
Rasulullah Muhammad meninggal pada usia 63
tahun. Maka, perantauan kita di dunia jika
dibandingkan dengan relativitas waktu di padang
mahsyar hanya akan terasa 2 MENIT 1 DETIK, nilai
tersebut didapat dari perbandingan sederhana yang
bisa dihitung oleh siswa SD kelas 4.
Benar, HANYA 2 MENIT 1 DETIK. Maka benarlah pada
hari yang dijanjikan itu, manusia-manusia yang ingkar
terhadap Robb nya akan diliputi penyesalan yang
mendalam, penyesalan karena waktunya (yang
singkat) hanya dipakai untuk hal-hal yang sia-sia,
penyesalan karena waktunya (yang singkat) hanya
dimanfaatkan untuk bermalas-malasan, penyesalan
karena waktunya (yang singkat) hanya dimanfaatkan
untuk melakukan maksiat dan dosa.
Mereka pun mengandaikan bisa kembali ke dunia,
namun sayang, penyesalan tinggal penyesalan. Maka
tenggelamlah mereka oleh keringatnya sendiri, karena
malu dan takutnya mereka dan semoga kita bukan
bagian dari orang-orang yang menyesal tersebut.
Namun saat itu ada juga yang dinaungi awan kasih
sayang oleh Robb, kita paham bahwa pada saat itu
matahari hanya sejengkal di atas kepala. Merekalah
orang-orang yang beruntung. Orang-orang yang
menjadikan waktunya untuk memperjuangkan agama
Robb nya. Orang-orang yang menjadikan waktunya
untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat buat diri
dan sesama. Orang-orang yang menjadikan waktunya
untuk senantiasa beribadah kepada Ilah nya. Mereka
pun puas akan apa yang dilakukannya. Tidak sia-sia
setiap tetes keringat dan tiap tetes darah yang mereka
keluarkan demi kemuliaan agama ini. Tidak sia-sia
mereka menahan gejolak mengumbar aurat dan
berjuang menahan panas memakai jilbab bagi wanita.
Tidak sia-sia mereka menahan setiap sentuhan,
pandangan, pendengaran dari yang tak semestinya
dilakukan. Benar, tidak akan sia-sia setiap amal
kebaikan kita. Itulah hidup kita kawan, hanya
sebentar.
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).
(QS al-Hasyr [59] : 18)
Perhitungan di atas memakai acuan padang mahsyar
dan acuan waktu dunia, karena memang acuan
padang mahsyar saja yang bisa kita perbandingkan.
Sebab, kehidupan dunia ini tak akan bisa kita
komparasi dengan surga atau neraka. Setiap yang
kafir dan munafik masuk neraka sedangkan muslim
masuk surga. Mereka yang munafik adalah orang-
orang yang mengetahui hukum Allah namun
kemudian ingkar, mereka yang menerapkan agama
secara parsial, mengambil yang satu dan
meninggalkan yang lain dan mereka yang muslim
namun ragu akan nilai keislamannya.
Dan agama ini sudah sempurna. Baik dan buruk, halal
dan haram sudah ditetapkan dengan jelas. Setiap
aturan kehidupan mulai dari pergaulan, ekonomi,
tatacara politik, pendidikan, sosial, hukum, dan ibadah
sudah paripurna. Semua kembali kepada kita, maukah
memakainya atau kita tetap dengan keadaan
sekarang. Keadaan yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Wallahu a’lam bi ash shawab.
Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat
kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian
memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan Maka
hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari
tersebut ketika diangkat? (HR Muslim) (sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar