Senin, 19 Maret 2012

berbeda krn iman

Ada anggota kelompok yang tidak setuju dengan ide ini, dia
berkata “Bagaimana pak tani akan mau memberi makan
kita seperti bebek yang banyak itu ?, bentuk tubuh kita
berbeda, ukuran tubuh kita juga berbeda ? ” Bebek yang
punya ide berusaha meyakinkan : “asal kita berjalan
mengikuti cara bebek-bebek itu berjalan, kita sudah akan
seperti mereka ! ”.
Karena lebih banyak yang setuju dengan usul ini. Maka
sekelompok kecil angsa liar ini akhirnya bergabung dengan
rombongan bebek pak tani, belajar berjalan seperti bebek
(angsa liar jarang berjalan, mereka lebih sering terbang),
dan pak tani-pun memberi mereka makan sama dengan
bebek-bebeknya.
Dengan terpaksa angsa liar yang tidak setuju-pun akhirnya
mengikuti rombongan bebek-bebek ini, dan berusaha
berjalan seperti bebek. Tetapi hati kecilnya terus berontak,
bahwa dia bukan bebek – dan sesungguhnya memalukan
untuk memaksakan diri berjalan seperti bebek hanya untuk
diberi makan oleh pak tani. Angsa liar punya kebiasaan
sendiri terbang kesana kemari mencari makanannya
sendiri.
Angsa liar yang hatinya tetap angsa ini-pun terus gelisah
dan menunggu-nunggu kesempatan untuk terbang kembali
bergabung dengan rombongan angsa berikutnya, begitu
datang kesempatan – maka terbanglah dia bergabung
dengan bangsa aslinya – yaitu bangsa angsa liar.
Tidak demikian halnya rombongan dia yang lain, mereka
sudah merasa nyaman menjadi bebek yang setiap hari
diberi makan oleh pak tani tanpa harus cape-cape
mencarinya sendiri – hanya ada yang mereka tidak tahu,
yaitu pak tani ini setiap saat siap menyembelih bebek-
bebeknya !
Begitulah sejatinya umat ini, kita ditakdirkan berbeda
dengan umat lain. Bukan karena kesombongan kita, tetapi
Allah yang memberitahu bahwa kita berbeda: “ Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS 3 :
139).
Jadi yang membedakan kita dengan bangsa lain di dunia
bukanlah karena ilmu dan teknologi kita, bukan kekuatan
ekonomi kita, bukan kekuatan angkatan perang kita – tetapi
adalah kekuatan keimanan kita. Kekuatan iman ini yang
akan menuntun kita pada kekuatan-kekuatan lainnya.
Kekuatan iman inilah yang harus kita bangun, agar kita
kembali menjadi ‘angsa liar’ yang bisa menemukan jati
dirinya sendiri.
Kekuatan iman-pula yang insyaallah akan menyelamatkan
kita dari ‘lubang biawak’ karena kita tidak akan mengikuti
rombongan ‘bebek pak tani’ yang sedang menuju lubang
biawak : “ Sedikit-demi sedikit kalian akan mengikuti
sunnah-sunnah umat terdahulu. Sampai-sampai, andaikata
mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian juga ikut
mereka memasukinya.” Ada yang bertanya , “ Wahai
Rasululah, apakah mereka yang dimaksud adalah Nasrani
dan Yahudi ?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi ?” HR.
Bukhari Muslim
Lantas bagaimana cara kita agar tetap bisa menjadi jati diri
kita ‘angsa liar’ dan bukan ‘bebek pak tani’ – di era
demokrasi dimana yang banyaklah yang dianggap benar ?,
jawabannya adalah kita harus berani untuk tetap
berbeda !.
Setidaknya ada tiga hal yang akan bisa menjaga kita tetap
berbeda :
Pertama adalah karakter kita, kita hanya bisa menjaga
tetap berbeda dengan mereka bila kita berhasil
membangun karakter Iman pada diri kita . Karena hanya
dengan karakter Iman inilah kita dijadikan orang-orang
yang paling tinggi derajatnya di QS 3 : 139 tersebut diatas.
Kedua adalah sumber daya yang menjadi rujukan kita,
bukan hukum-hukum dan resolusi yang dibuat oleh
manusia, tetapi adalah Al-Qur’an dan Al-hadits yaitu dua
hal yang telah dijanjikan untuk menjadi pegangan kita yang
akan menjaga agar kita tidak tersesat selamanya – agar jati
diri kita tetap terjaga sebagai orang-orang yang beriman.
Ketiga adalah aktivitas kita, apakah kita ikut-ikutan dengan
hiruk pikuknya dunia mereka – atau kita fokus pada
memberi makna kehidupan kita sebagaimana petunjukNya,
yaitu hanya untuk beribadah kepadaNya. “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku ” (QS 51 :56). Jadi apapun yang kita
lakukan, apakah sedang beraktifitas di bidang politik,
ekonomi, kesehatan, militer, pertanian – semuanya harus
dilandasi bahwa kita sedang beribadah kepadaNya.
Dengan menjaga diri kita tetap berbeda dari ‘rombongan
bebek pak tani’, bila tiba waktunya ‘rombongan angsa liar’
terbang melintas di atas kita – Insyaallah kita akan tetap
mampu terbang dan segera bergabung dengan mereka.
Amin !.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar