Senin, 05 Maret 2012

MENGAPA NABI DILAHIRKAN DI ARAB? (hikmah maulid)


Musim maulid seperti ini banyak sekali ceramah yang
mengupas tentang kisah lahirnya Nabi Muhammad
SAW. Ada satu pertanyaan menggelitik saat
membahas tentang kelahiran beliau, yaitu apa
rahasia dan hikmah dibalik takdir Allah SWT
menetapkan bahwa Nabi dan Rasul terakhir yang
risalahnya berlaku untuk seluruh umat manusia,
harus beruwujud seorang Arab, yaikni berbangsa dan
juga berbahasa Arab. Kenapa bukan orang Eropa saja,
atau Cina, atau Afrika, atau juga orang Betawi?
Kenapa Allah SWT memilih untuk menurunkan
risalah abadi dan universal itu di tanah Arab?
Memangnya apa sih keistimewaan Jazirah Arabia
itu?
Pernyataan ini cukup menggeletik rasa ingin tahu
kita, mengingat saat ini negeri Arab justru menjadi
pusat konflik bersenjata international. Negeri yang
tidak pernah sepi dari huru-hara dan kerusuhan.
Kalau kita kaitkan dengan visi misi Islam yang salah
satunya adalah rahmatan llil-alamin, rasanya kok
rada kehilangan makna.
Sesungguhnya sudah ada banyak kajian tentang hal
ini, salah satu apa yang ditulis oleh Dr. Said
Ramadhan Al-Buthi dan beberapa ulama lainnya.
Al-Buthi menegaskan bahwa turunnya Islam pertama
di negeri arab bukan sekedar kebetulan. Juga bukan
semata karena di sana ada tokoh paling jahat
semacam Abu Jahal cs. Namun ada sekian banyak
skenario samawi yang akhir-akhir ini mulai terkuak.
Kita di zaman sekarang ini akan menyaksikan betapa
rapi rencana besar dan strategi Allah jangka panjang,
sehingga pilihan untuk menurunkan risalah terakhir-
Nya memang negeri Arabia.
Apa yang disebutkan Al-Buthi itu benar. Negeri Arab
yang meski tandus, tidak ada pohon dan air, namun
negeri ini menyimpan banyak alasan untuk
mendapatkan kehormatan itu. Saya mencoba
menuliskan beberapa alasan rabbani dan hikmah itu,
di antaranya yang bisa kita gali adalah:
1. Di Jazirah Arab Ada Rumah Ibadah
Pertama
Tanah Syam (Palestina) merupakan negeri para nabi
dan rasul. Hampir semua nabi yang pernah ada di
tanah itu. Sehingga hampir semua agama dilahirkan
di tanah ini. Yahudi dan Nasrani adalah dua agama
besar dalam sejarah manusia yang dilahirkan di
negeri Syam.
Namun sesungguhnya rumah ibadah pertama di
muka bumi justru tidak di Syam, melainkan di Jazirah
Arabia. Yaitu dengan dibangunnya rumah Allah
(Baitullah) yang pertama kali di tengah gurun pasir
jazirah arabia.
Rumah ibadah pertama itu menurut riwayat
dibangun jauh sebelum adanya peradaban manusia.
Adalah para malaikat yang turun ke muka bumi atas
izin Allah untuk membangunnya. Lalu mereka
bertawaf di sekeliling ka`bah itu sebagai upaya
pertama menjadikan rumah itu sebagai pusat
peribadatan umat manusia hingga hari kiamat
menjelang.
Ketika Adam as diturunkan ke muka bumi, beliau
diturunkan di negeri yang sekarang dikenal dengan
India. Sedangkan isterinya diturunkan di dekat
ka`bah. Lalu atas izin Allah keduanya dipertemukan
di Jabal Rahmah, beberapa kilometer dari tempat
dibangunnya ka`bah.
Maka jadilah wilayah sekitar ka`bah itu sebagai
tempat tinggal mereka dan ka`bah sebagai tempat
pusat peribadatan umat manusia. Dan di situlah
seluruh umat manusia berasal dan di tempat itu pula
manusia sejak dini sudah mengenal sebuah rumah
ibadah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun
untuk manusia beribadah adalah rumah yang di
Bakkah (Makkah) yang diberkati dan menjadi
petunjuk bagi manusia. (QS. Ali Imran: 96)
2. Jazirah Arabia Adalah Posisi Strategis
Bila kita cermati peta dunia, kita akan mendapati
adanya banyak benua yang menjadi titik pusat
peradaban manusia. Dan Jazirah Arabia terletak di
antara tiga benua besar yang sepanjang sejarah
menjadi pusat peradaban manusia.
Sejak masa Rasulullah SAW, posisi jazirah arabia
adalh posisi yang strategis dan tepat berada di
tengah-tengah dari pusat peradaban dunia.
Bahkan di masa itu, bangsa Arab mengenal dua jenis
mata uang sekaligus, yaitu dinar dan dirham. Dinar
adalah jenis mata uang emas yang berlaku di Barat
yaitu Romawi dan Yunani. Dan Dirham adalah mata
uang perak yang dikenal di negeri timur seperti
Persia. Dalam literatur fiqih Islam, baik dinar
maupun dirham sama-sama diakui dan dipakai
sebagai mata uang yang berlaku.
Ini menunjukkan bahwa jazirah arab punya akses
yang mudah baik ke barat maupun ke timur. Bahkan
ke utara maupun ke selatan, yaitu Syam di utara dan
Yaman di Selatan.
Dengan demikian, ketika Muhammad SAW diangkat
menjadi nabi dan diperintahkan menyampaikannya
kepada seluruh umat manusia, sangat terbantu
dengan posisi jazirah arabia yang memang sangat
strategis dan tepat berada di pertemuan semua
peradaban.
Kita tidak bisa membayangkan bila Islam diturunkan
di wilayah kutub utara yang dingin dan jauh dari
mana-mana. Tentu akan sangat lambat sekali dikenal
di berbagai peradaban dunia.
Juga tidak bisa kita bayangkan bila Islam diturunkan
di kepulauan Irian yang jauh dari peradaban
manusia. Tentu Islam hingga hari ini masih
mengalami kendala dalam penyebaran.
Sebaliknya, jazirah arabia itu memiliki akses jalan
darat dan laut yang sama-sama bermanfaat.
Sehingga para dai Islam bisa menelusuri kedua jalur
itu dengan mudah.
Sehingga di abad pertama hijriyah sekalipun, Islam
sudah masuk ke berbegai pusat peradaban dunia.
Bahkan munurut HAMKA, di abad itu Islam sudah
sampai ke negeri nusantara ini. Dan bahkan
salahseorang shahabat yaitu Yazid bin Mu`awiyah
ikut dalam rombongan para dai itu ke negeri ini
dengan menyamar.
3. Kesucian Bangsa Arab
Stigma yang selama ini terbentuk di benak tiap orang
adalah bahwa orang arab di masa Rasulullah SAW itu
jahiliyah. Keterbelakangan teknologi dan ilmu
pengetahuan dianggap sebagai contoh untuk
menjelaskan makna jahiliyah.
Padahal yang dimaksud dengan jahiliyah
sesungguhnya bukan ketertinggalan teknologi, juga
bukan kesederhanaan kehidupan suatu bangsa.
Jahiliyah dalam pandangan Quran adalah lawan dari
Islam. Maka hukum jahiliyah adalah lawan dari
hukum Islam. Kosmetik jahiliyah adalah lawan dari
kosmetik Islam. Semangat jahiliyah adalah lawan dari
semangat Islam.
Bangsa arab memang sedikit terbelakang secara
teknologi dibandingkan peradaban lainnya di masa
yang sama. Mereka hidup di gurun pasir yang masih
murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda
dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang
sudah semakin terkotori oleh budaya kota, maka
bangsa arab hidup dengan kemurnian niloai
kemanusiaan yang masih asli.
Maka sifat jujur, amanah, saling menghormati dan
keadilan adalah ciri mendasar dari watak bangsa yang
hidup dekat dengan alam. Sesuatu yang telah sulit
didapat dari bangsa lain yang hidup di tengah hiruk
pikuk kota.
Sebagai contoh mudah, bangsa Arab punya akhlaq
mulia sebagai penerima tamu. Pelayanan kepada
seorang tamu yang meski belum dikenal merupakan
bagian dari harga diri seorang arab sejati. Pantang
bagi mereka menyia-nyiakan tamu yang datang.
Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka
miliki pun diberikan kepada tamu. Pantang bagi
bangsa arab menolak permintaan orang yang
kesusahan. Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang paling dasar.
Ketika bangsa lain mengalami degradasi moral seperti
minum khamar dan menyembah berhala, bangsa
arab hanyalah menjadi korban interaksi dengan
mereka. 360 berhala yang ada di sekeliling ka`bah
tidak lain karena pengaruh interaksi mereka dengan
peradaban barat yang amat menggemari patung.
Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu
Hubal, tidak lain merupakan sebuah patung yang
diimpor oleh bangsa Arab dari peradaban luar. Maka
budaya paganisme yang ada di arab tidak lain
hanyalah pengaruh buruk yang diterima sebagai
imbas dari pergaulan mereka dengan budaya
romawi, yunani dan yaman.
Termasuk juga minum khamar yang memabukkan,
adalah budaya yang mereka import dari luar
peradaban mereka.
Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan
menghormati sesama merupakan akhlaq dan watak
dasar yang tidak bisa hilang begitu saja. Dan watak
dasar seperti ini dibutuhkan untuk seorang dai,
apalagi generasi dai pertama.
Mereka tidak pernah merasa perlu untuk memutar
balik ayat Allah sebagaimana Yahudi dan Nasrani
melakukannya. Sebab mereka punya nurani yang
sangat bersih dari noda kotor. Yang mereka lakukan
adalah taat, tunduk dan patuh kepada apa yang Allah
perintahkan. Begitu cahaya iman masuk ke dalam
dada yang masih bersih dan suci, maka sinar itu
membentuk proyeksi iman yang amal yang luar
biasa. Berbeda dengan bani Israil yang dadanya sesat
dengan noda jahiliyah, tak satu pun ayat turun
kecuali ditolaknya. Dan tak satu pun nabi yang
datang kecuali didustainya.
Bangsa Arab tidak melakukan hal itu saat iman sudah
masuk ke dalam dada. Maka ending sirah nabawiyah
adalah ending yang paling indah dibandingkan
dengan nabi lainnya. Sebab pemandangannya adalah
sebuah lembah di tanah Arafah di mana ratusan ribu
bangsa arab berkumpul melakukan ibadah haji dan
mendengarkan khutbah seorang nabi terakhir.
Sejarah rasulullah berakhir dengan masuk Islamnya
semua bangsa arab. Bandingkan dengan sejarah
kristen yang berakhir dengan terbunuhnya (diangkat)
sang nabi. Atau yahudi yang berakhir dengan
pengingkaran atas ajaran nabinya.
Hanya bangsa yang hatinya masih bersih saja yang
mampu menjadi tiang pancang peradaban manusia
dan titik tolak penyebar agama terakhir ke seluruh
penjuru dunia.
4. Faktor Bahasa
Sudah menjadi ketetapan Allah SWT untuk mengirim
nabi dengan bahasa umatnya. Agar tidak terjadi
kesalahan dalam komunikasi antara nabi dan
umatnya.
Namun ketika semua nabi telah terutus untuk semua
elemen umat manusia, maka Allah menetapkan
adanya nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat
manusia. Dan kelebihannya adalah bahwa risalah
yang dibawa nabi tersebut akan tetap abadi terus
hingga selesainya kehidupan di muka bumi ini.
Untuk itu diperlukan sebuah bahasa khusus yang bisa
menampung informasi risalah secara abadi. Sebab
para pengamat sejarah bahasa sepakat bahwa tiap
bahasa itu punya masa eksis yang terbatas. Lewat
dari masanya, maka bahasa itu akan tidak lagi dikenal
orang atau bahkan hilang dari sejarah sama sekali.
Maka harus ada sebuah bahasa yang bersifat abadi
dan tetap digunakan oleh sejumlah besar umat
manusia sepanjang masa. Bahasa itu ternyata oleh
pakar bahasa adalah bahasa arab, sebagai satu-
satunya bahasa yang pernah ada dimuka bumi yang
sudah berusia ribuan tahun dan hingga hari ini
masih digunakan oleh sejumlah besar umat manusia.
Dan itulah rahasia mengapa Islam diturunkan di arab
dengan seorang nabi yang berbicara dalam bahasa
arab. Ternyata bahasa arab itu adalah bahasa tertua
di dunia. Sejak zaman nabi Ibrahim as bahasa itu
sudah digunakan. Bahkan sebagian ulama
berpendapat bahwa bahasa arab adalah bahasa umat
manusia yang pertama.
Logikanya sederhana, karena ada sebuah hadits yang
menyebutkan bahwa bahasa ahli surga adalah bahasa
arab. Dan asal-usul manusia juga dari surga, yaitu
nabi Adam dan isterinya Hawwa yang keduanya
pernah tinggal di surga. Wajar bila keduanya
berbicara dengan bahasa ahli surga. Ketika keduanya
turun ke bumi, maka bahasa kedua `alien` itu
adalah bahasa arab, sebagai bahasa tempat asal
mereka. Dan ketika mereka berdua beranak pinak,
sangat besar kemungkinannya mereka mengajarkan
bahasa surga itu kepada nenek moyang manusia,
yaitu bahasa arab.
Sebagai bahasa yang tertua di dunia, wajarlah bila
bahasa arab memiliki jumlah kosa kata yang paling
besar. Para ahli bahasa pernah mengadakan
penelitian yang menyebutkan bahwa bahasa arab
memiliki sinonim yang paling banyak dalam
penyebutan nama-nama benda. Misalnya untuk
seekor unta, orang arab punya sekitar 800 kata yang
identik dengan unta. Untuk kata yang identik dengan
anjing ada sekitar 100 kata.
Maka tak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa
menyamai bahasa arab dalam hal kekayaan
perbendaharaannya. Dan dengan bahasa yang
lengkap dan abadi itu pulalah agama Islam
disampaoikan dan Al-Quran diturunkan.
5. Arab Adalah Negeri Tanpa Kemajuan
Material Sebelumnya
Seandainya sebelum turunnya Muhammad SAW
bangsa arab sudah maju dari sisi peradaban
materialis, maka bisa jadi orang akan menganggap
bahwa Islam hanyalah berfungsi pada sisi moral saja.
Orang akan beranggapan bahwa peradaban Islam
hanya peradaban spritualis yang hanya mengacu
kepada sisi ruhaniyah seseorang.
Namun ketika Islam diturunkan di jazirah arabia yang
tidak punya peradaban materialis lalu tiba-tiba
berhasil membangun peradana materialis itu di
seluruh dunia, maka tahulah orang-orang bahwa
Islam itu bukanlah makhluq sepotong-sepotong.
Mereka yakin bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang
multi dimensi. Islam mengandung masalah materi
dan rohani.
Ketika sisi aqidah dan fikrah bangsa Arab sudah
tertanam dengan Islam, ajaran Islam kemudian
mengajak mereka membangun peradaban materialis
yang menakjubkan dalam catatan sejarah manusia.
Pusat-pusat peradaban berhasil dibangun bangsa-
bangsa yang masuk Islam dan menjadikan peradaban
mereka semakin maju.
Logikanya, bila di tanah gersang padang pasir itu bisa
dibangun peradaban besar dengan berbekal ajaran
Islam, maka tentu membangun peradaban yang
sudah ada bukan hal sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar