Sabtu, 03 Maret 2012

Biar kuncupnya mekar jadi bunga


Ternyata obrolan kita tentang cinta belum selesai.
Saya telah menyatakan sebelumnya betapa penting
peranan kata itu dalam mengekspresikan kata cinta.
Tapi itu bukan satu-satunya bentuk ekspresi cinta.
Cinta merupakan sebentuk emosi manusiawi. Karena
itu ia bersifat fluktuatif naik turun mengikuti semua
anasir di dalam dan di luar di diri manusia yang
mempengaruhinya. Itulah sebabnya saya juga
mengatakan, mempertahankan dan merawat rasa
cinta sesungguhnya jauh lebih sulit dari sekedar
menumbuhkannya.
Jadi obrolan kita belum selesai. Walaupun begitu,
saya juga tidak merasakan adanya urgensi utk
menjawab pertanyaan ini : apa itu cinta ?
Itu terlalu filosofis. Saya lebih suka menjawab
pertanyaan ini : bagaimana seharusnya anda
mencintai ? pertanyaan ini melekat erat dalam
kehidupan individu kita.
Cinta itu bunga; bunga yang tumbuh mekar dalam
taman hati kita. Taman itu adalah kebenaran. Apa yg
dengan kuat menumbuhkan, mengembangkan,
dan memekarkan bunga-bunga adalah air dan
matahari. Air dan matahari adalah
kebaikan. Air memberinya kesejukan dan ketenangan,
tapi matahari memberinya gelora kehidupan. Cinta,
dengan begitu, merupakan dinamika yg bergulir
secara sadar di atas latar wadah perasaan kita.
Maka begitulah seharusnya anda mencintai;
menyejukkan, menenangkan,
namun juga menggelorakan. Dan semua makna itu
terangkum dalam kata ini :
menghidupkan. Anda mungkin dekat dengan
peristiwa ini ; bagaimana istri
anda melahirkan seorang bayi, lalu merawatnya, dan
menumbuhkannya,
mengembangkannya serta menjaganya. Ia dengan
tulus berusaha memberinya kehidupan.
Bila anda ingin mencintai dengan kuat, maka anda
harus mampu memperhatikan
dengan baik, menerimanya apa adanya dengan tulus,
lalu berusaha mengembangkannya semaksimal
mungkin, kemudian merawatnya..menjaganya dengan
sabar. Itulah rangkaian kerja besar para pecinta;
pengenalan, penerimaan, pengembangan dan
perawatan.
Apakah anda telah mengenal isteri anda dengan
seksama? Apakah anda mengetahui dengan baik titik
kekuatan dan kelemahannya? Apakah anda mengenal
kecenderungan-kecenderungannya? Apakah anda
mengenal pola-pola ungkapannya; melalui
pemaknaan khusus dalam penggunaan kata, melalui
gerak motorik refleksinya, melalui isyarat rona
wajahnya, melalui tatapannya, melalui sudut
matanya?
Apakah anda dapat merasakan getaran jiwanya, saat
ia suka dan saat ia benci, saat ia takut dan begitu
membutuhkan perlindungan? Apakah anda dapat
melihat gelombang-gelombang mimpi-
mimpinya,harapan-harapannya?
Sekarang perhatikanlah bagaimana tingkat
pengenalan Rosululloh saw
terhadap istrinya, Aisyah. Suatu waktu beliau berkata,
” Wahai Aisyah, aku tahu
kapan saatnya kamu ridha dan kapan saatnya kamu
marah padaku. Jika kamu
ridha, maka kamu akan memanggilku dengan
sebutan : Ya Rosulullah ! tapi jika
kamu marah padaku, kamu akan memanggilku
dengan sebutan ” Ya Muhammad”.
Apakah beda antara Rosululloh dan Muhammad kalau
toh obyeknya itu-itu saja ?
Tapi Aisyah telah memberikan pemaknaan khusus
ketika ia menggunakan kata
yang satu pada situasi jiwa yang lain.
Pengenalan yang baik harus disertai penerimaan yang
utuh. Anda harus mampu
menerimanya apa adanya. Apa yang sering
menghambat dlm proses penerimaan
total itu adalah pengenalan yang tidak utuh atau
“obsesi” yang berlebihan terhadap fisik.
Anda tidak akan pernah dapat mencintai seseorang
secara kuat dan dalam kecuali jika anda dapat
menerima apa adanya. Dan ini tidak selalu berarti
bahwa anda menyukai kekurangan dan
kelemahannya. Ini lebih berarti bahwa kelemahan
dan kekurangan bukanlah kondisi akhir
kepribadiannya, dan selalu ada peluang
untuk berubah dan berkembang. Dengan perasaan
itulah seorang ibu melihat bayinya.
Apakah yg ia harap dari bayi kecil itu ketika ia
merawatnya, menjaganya, dan menumbuhkannya?
Apakah ia yakin bahwa kelak anak itu akan membalas
kebaikannya? Tidak. Semua yg ada dlm jiwanya
adalah keyakinan bahwa bayi ini punya peluang utk
berubah dan berkembang.
Dan karenanya ia menyimpan harapan besar dlm
hatinya bahwa kelak hari-hari jugalah yg akan
menjadikan segalanya lebih baik. Penerimaan positif
itulah yang mengantar kita pada kerja mencintai
selanjutnya ; pengembangan.
Pada mulanya seorang wanita adalah kuncup yg
tertutup. Ketika ia memasuki
rumah anda, memasuki wilayah kekuasaan anda,
menjadi istri anda, menjadi
ibu anak-anak anda; Andalah yg bertugas membuka
kelopak kuncup itu, meniup
nya perlahan, agar ia mekar menjadi bunga. Andalah
yg harus menyirami bunga
itu dengan air kebaikan, membuka semua pintu hati
anda baginya, agar ia dapat
menikmati cahaya matahari yg akan memberinya
gelora kehidupan. Hanya dengan kebaikanlah bunga-
bunga cinta bersemi.
Dan ungkapan “Aku Cinta Kamu” boleh jadi akan
kehilangan makna ketika ia dikelilingi perlakuan yang
tidak simpatik dan mengembangkan.
Apa yg harus anda berikan kepada istri anda adalah
peluang utk berkembang, keberanian menyaksikan
perkembangannya tanpa harus merasa superioritas
anda terganggu. Ini tidak berarti anda harus memberi
semua yang ia senangi, tapi berikanlah apa yg ia
butuhkan.
Tetapi setiap perkembangan harus tetap berjalan dlm
keseimbangan.
Dan inilah fungsi perawatan dari rasa cinta. Tidak
boleh ada perkembangan yang
mengganggu posisi dan komunikasi. Itulah sebabnya
terkadang anda perlu
memotong sejumlah yg sudah kepanjangan agar tetap
terlihat serasi dan harmoni.
Hidup adalah simponi yg kita mainkan dengan indah.
Maka, duduklah sejenak bersama dengan istri anda,
tatap matanya lamat-lamat, dengarkan suara
batinnya, getaran nuraninya, dan diam-diam
bertanyalah pada diri sendiri : Apakah ia telah
menjadi lebih baik sejak hidup bersama dengan anda?
Mungkinkah suatu saat ia akan mengucapkan puisi
Iqbal tentang gurunya :
DAN NAFAS CINTANYA MENIUP KUNCUPKU…MAKA IA
MEKAR MENJADI BUNGA…
by: anis matta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar