Jumat, 02 Maret 2012

Memimpin dg contoh

Suatu hari Sang Pemimpin kedatangan utusan dari wilayah
yang jauh yang tidak puas dengan pemimpin daerah atau
gubernur-nya. Utusan-utusan daerah ini mengungkapkan
kekesalannya : “Wahai Sang Pemimpin, kami mengadukan
nasib kami yang didhalimi oleh gubernur kami. Dia
mengambil lahan kami dengan alasan untuk pembangunan,
dia tidak membayar kami kecuali dengan uang yang sedikit.
Dia menerapkan pajak yang berlebihan kepada kami
sehingga pendapatan kami selalu tidak cukup. Dia tidak
membangun pasar untuk kami sehingga kami tidak bisa
melakukan jual beli secara maksimal. Dia tidak membuat
pengairan untuk lahan kami sehingga produktifitas pertanian
kami sangat rendah. Dia tidak membuat sekolah-sekolah
yang baik dan terjangkau sehingga anak-anak kami tidak
terdidik. Dia tidak menjaga daerah kami sehingga banyak
perampokan dan kejahatan di daerah kami… ”.
Mendengar sumpah serapah rakyatnya yang menjerit karena
kedhaliman pemimpin di daerahnya ini, Sang Pemimpin tidak
langsung mengambil tindakan ataupun memberi jawaban.
Sang pemimpin hanya meyampaikan : “Wahai rakyatku yang
mengadu, aku terima aduan kalian ini – tetapi aku belum
bisa memberikan jawaban ke kalian ataupun tindakan apa
yang akan aku lakukan. Maka kembalilah kalian menemuiku
satu bulan sejak sekarang”.
Setelah para utusan tersebut pergi, Sang Pemimpin
mengunci kantornya untuk menyendiri berhari-hari. Dia
merenungkan apa yang disampaikan oleh rakyatnya tersebut
dan berkata pada dirinya sendiri : “ bagaimana aku bisa
menegur gubernurku, bila aku sendiri tidak yakin dapat
memperbaikinya ? ”.
Maka selama beberapa minggu kemudian, Sang Pemimpin
bekerja keras untuk memperbaiki kondisi rakyat di wilayah
tempat Sang Pemimpin tinggal. Dia meneliti apakah
rakyatnya ada yang diambil hak tanahnya tanpa dibayar
secara wajar. Dia memeriksa apakah rakyatnya dibebani
pajak yang memberatkan. Dia memeriksa pasar-pasar yang
ada apakah sudah memberikan peluang yang sama pada
rakyatnya. Dia memeriksa pengairan apakah sudah sesui
dengan peruntukannya. Dia memeriksa sekolah-sekolah
apakah sudah memberikan akses pendidikan yang cukup
bagi rakyat di wilayahnya. Dia memeriksa kemanan
wilayahnya dang mengecek langsung apakah rakyatnya
merasa aman.
Maka ketika sebulan kemudian utusan-utusan dari daerah
yang jauh tersebut kembali menemuinya, Sang Pemimpin
menjawab : “ Aku sedang memanggil gubernur kalian untuk
mengingatkannya. Bila panggilanku kepadanya belum
sampai, aku titipkan pada kalian surat panggilan kedua agar
panggilan ini benar-benar sampai kepadanya”.
Lalu dari sebagian utusan tersebut mempertanyakan
langkah Sang Pemimpin : “Mohon maaf tuan, tetapi
mengapa hanya untuk memanggil gubernur kami tuan harus
meminta kami menunggu satu bulan ?, bukankah ini
membuang-buang waktu dan memperpanjang penderitaan
kami ? ”.
Dengan bijak Sang Pemimpin menjawab : “ Bila gubernur
kalian aku panggil sebulan yang lalu, aku belum bisa
memberinya contoh apa yang mestinya dilakukan. Aku
memang memanggilnya sebulan terlambat, tetapi sekarang
aku bisa memberinya contoh langsung sehingga tidak ada
alasan baginya untuk kembali men-dhalimi kalian semua. ”
Setelah surat panggilan sampai di tangan gubernur; sang
gubernur ini bergegas menemui Sang Pemimpin. Sang
Pemimpin tidak menasihatinya melalui ucapan, tetapi
diajaknya sang gubernur ini keliling wilayah yang secara
langsung dalam pengawasan Sang Pemimpin. Diajaknya
melihat bagaimana jalan dibangun dan didanai, bagimana
pasar dikelola, bagaimana pembagian air irigasi diatur,
bagimana sekolah-sekolah di danai dan di kelola, serta
bagaimana keamanan dijaga.
Setelah itu Sang Pemimpin menyampaikan : “Buat
daerahmu seperti apa-apa yang baru kamu lihat tadi, dalam
satu bulan aku akan berkunjung kesana dan aku ingin
melihatnya ! ”.
Sepulang kembali ke daerahnya sang gubernur
mengumpulkan seluruh aparatnya untuk segera
melaksanakan apa yang baru dilihatnya dengan Sang
Pemimpin. Karena semua contohnya jelas, tidak sulit bagi
gubernur ini untuk membuat perubahan besar di daerahnya
dalam waktu satu bulan yang diberikan oleh Sang Pemimpin.
Ketika sebulan kemudian Sang Pemimpin berkunjung ke
daerah tersebut , sebelum ketemu gubernurnya Sang
Pemimpin mendahulukan menemui para utusan yang
pernah datang ke kantornya – untuk memeriksa apakah
gubernurnya benar-benar melaksanakan contoh yang telah
dia berikannya. Dia memperoleh jawaban yang
menggembirakan bahwa semuanya kini berjalan sesuai
dengan yang diharapkan oleh rakyat yang semula merasa
terdzalimi tersebut.
Namun dalam perjalanan lanjutan untuk menemui sang
gubernur, ditengah jalan Sang Pemimpin dihadang dan
dicaci maki oleh sekelompok orang. Sang Pemimpin sambil
tersenyum hanya menjawab : “Semoga kebaikan untuk
kalian semua hari ini…! ” , kemudian dia melanjutkan
perjalanannya.
Sesampainya di kantor gubernur, Sang Pemimpin
menyampaikan apa yang dilihatnya : “ yang baik jelas
nampak, demikian pula yang buruk ”. Kemudian melanjutkan
“ Daerah kalian selama ini tidak makmur dan rakyat merasa
terdzhalimi karena ada sekelompok orang yang
mempermainkan tanah mereka, yang korup, yang
opportunis dan gemar mengambil hak orang lain .”
Sang gubernur penasaran, “ dari mana tuan tahu adanya
mereka ini ? ”. Sang Pemimpin menjawab, “ yang buruk itu
gerah dengan kebaikan, maka dia akan selalu menampakkan
diri karena berusaha menghalangi kebaikan .” Lalu dia
melanjutkan “carilah orang-orang yang menghadang saya di
jalan tadi, carilah tuan-tuan mereka dan awasi apa pekerjaan
mereka semua”.geraidinar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar