Jumat, 11 Mei 2012

Kematian jauh lebih mengenal kita

Setiap kita akan menemui masa di mana
ia adalah awal dari masa yang abadi, yaitu kematian. Tidak
ada yang dapat mengetahuinya, terlebih menolaknya ketika
ia datang. Di hadapan kematian semua sama kecuali yang
paling baik amalnya.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk: 2)
Allah tidak melihat pangkat, kekayaan, ketampanan,
kecantikan, bahkan dalam ayat ini disebutkan “ahsanu
amala”, yang baik amalnya bukan yang banyak amalnya.
Ini merupakan sebuah sunnatullah yang semua insan pasti
mengetahuinya. Namun tidak semua orang menyadarinya
bahwa kematian itu begitu dekat. Kematian jauh lebih
mengenal kita bahkan daripada kita mengenal diri kita
sendiri. Kita tak pernah mengetahui kapan kita akan mati,
dimana kita akan mati, dan dalam keadaan apa kita mati.
Sedangkan kematian itu sendiri lebih mengenalnya, sehingga
banyak kita yang tidak sadar bahkan cenderung ingkar pada
kuasaNya itu.
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Tentu kita telah banyak mendengar ataupun melihat sendiri
peristiwa kematian. Dari mereka yang tua, muda, bahkan
yang masih terlihat sehat dan bugar. Ada orang dipanggil
karena sakit, ada yang kecelakaan, bahkan ada yang sedang
tertidur. Betapa banyak lagi peristiwa terlepasnya ruh dari
jiwa dengan cara yang tak terduga.
Kematian adalah salah satu dari misteriNya yang tak seorang
pun dapat mengetahuinya secara pasti di samping jodoh,
rezeki. Namun kita lebih sering cemas terhadap jatah rezeki,
sehingga kita banting tulang meraihnya siang dan malam.
Begitu pula kita yang sering gundah dengan jodoh, anak
muda zaman sekarang menyebutnya “galau”. Tapi kita tidak
sama sekali cemas, gundah, terlebih lagi “galau” tentang
kematian. Padahal ia begitu dekat dan lebih pasti daripada
semuanya.
Rasulullah bersabda, “Muslim yang paling cerdas adalah yang
paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik
mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka
itulah orang-orang yang cerdas”(diriwayatkan oleh Imam al-
Qurtubi dalam al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umuri al-
Akhirah)
Banyak di antara kita, termasuk penulis, sibuk mengatur dan
menata urusan dunia hingga tak ada terlintas bahwa
kematian akan menghampiri. Yang saya sebut kematian jauh
lebih mengenal kita daripada kita mengenal diri kita sendiri
adalah, bahwa manusia sering lalai akan hakikat penciptaan
terhadapnya yaitu ibadah kepadaNya. Jika kita mengenal diri
kita sendiri tentulah kita mengetahui untuk apa kita
diciptakan di dunia ini. Menjadi hambaNya yang hanya
menyembahNya, dan menjadi pengelola (khalifah) di bumi
ini sebagai bagian daripada ibadah itu sendiri.
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq
berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan
dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat,
hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah.
Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum
dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan
perasaan cukup dan malas dalam beribadah”. Kenalilah
hakikat diciptakannya kita sebagai manusia maka kita akan
menemukan sebuah titik dimana ia akan menjadi awal
pertemuan kita dengan kehidupan yang abadi, dialah
kematian. Dia yang menyajikan sebuah jamuan yang penuh
kelezatan, keindahan, kedamaian dalam pengakhiran
baikNya. Atau sebuah kenistaan, kesusahan, ketakutan
dalam pengakhiran burukNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar