Rabu, 02 Mei 2012

Panggilan belahan jiwa


Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan
suratan nasib yang membuat kita saling
mencintai sat sama lain
Karena takdir itulah setiap bagian dari
dunia ini bertemu dengan pasangannya
Dalam pandangan orang-orang bijak langit adalah laki-laki
dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang
telah dijatuhkan oleh langit
Jika bumi kekurangan panas maka langit mengirimkan panas
kepadanya, jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembaban,
langit segera memulihkannya
Langit memeyungi bumi layaknya seorang suami yang
menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan
rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang
telah ia lahirkan
Erich Fromm mengutip syair Jalaluddin Rummi itu dalam
bukunya, The Art of Loving. Cinta, kata Fromm, adalah
kebutuhan eksitensial manusia untuk mengatasi masalah
"keterpisahannya" sekaligus kerinduannya akan kesatuan.
Tapi dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, cinta
bukan hanya kebutuhan biologis: hasrat kesatuan dari
kutub-kutub maskulin dan feminim. Karena dalam diri laki-
laki dan perempuan terkadang prinsip menerima dan
penetrasi, baik atas hal material maupun spiritual, maka
mereka menemukan kesatuan dalam dirinya hanya dalam
kesatuan atas polaritas kelelakian dan keperempuanan.
Polaritas inilah, kata Fromm, yang menjadi dasar dari segala
kreativitas.
Tapi saat hubungan murni ini terganggu oleh tirani sosial
yang melahirkan ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
dalam kehidupan sosial, tiba-tiba kaum Feminis membawa
bias ini: harus ada perlawanan untuk merebut kesetaraan
itu. Itu tafsir paling sentimentil atas fenomena kedzaliman
dalam masyarkat. Kesetaraan itu mungkin saja tercapai. Tapi
korbannya juga sadis: lubang keterpisahan itu makin
menganga lebar, dan hidup berujung dalam kesendirian dan
kesunyian yang menyiksa.
Cinta mengajarkan kita untuk memperoleh hak-hak kita
dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada
orang-orang lain. Itulah yang mempertemukan dua kutub
jiwa. Pertemuan itulah yang membuat kita genap
menggenapi, dan saling menyempurnakan karya kehidupan.
Dan persoalan kesetaraan menjadi tidak relevan di tengah
hidup yang bergerak kreatif begitu menuju kesatuan dan
kesempurnaan. Simaklah senandung Rumi kembali:
Tak ubahnya langit dan bumi dikaruniai kecerdasan;
mengapa mereka bersanding seperti sepasang kekasih?
Sebagaimana Tuhan memberikan hasrat kepada laki-laki
dan perempuan sehingga menjadi terpelihara oleh kesatuan
mereka,
Tuhan juga menanamkan ke semua eksistensi, hasrat untuk
mencari belahannya.
Masing-masing saling mencintai untuk menyempurnakan
karya bersama mereka.
~ Anis Matta ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar