Sabtu, 21 April 2012

Bara disangka permata

Antara bara dan permata,
keduanya jelas jauh berbeda, baik harga maupun
keindahannya. Tapi bagi mereka – yang silau oleh
kemilau dunia – bara atau permata terlihat sama.
Bahkan karena nafsunya, bara neraka disangka
permata. Astaghfirullah!
Jangan jajan sembarangan! Teliti sebelum membeli!
Ini bukan provokasi, tapi sebuah peringatan. Dan
muncul bukan tanpa alasan. Seringnya pemberitaan
di televisi tentang berbagai tindak kecurangan para
pedagang / pengusaha – khususnya (bahan) makanan
– membuat kita harus benar-benar teliti, hati-hati
dan waspada. Peringatan untuk tidak jajan sembarang
makanan, teliti sebelum membeli bukan saja
ditujukan kepada mereka yang masih anak-anak, tapi
juga kepada kita, orang dewasa.
Terlepas dari benar tidaknya seluruh pemberitaan
kecurangan para pengusaha/pedagang, khususnya
(bahan) makanan, kita harus tetap waspada. Dengan
kasat mata, banyak fakta menunjukkan ciri dan bukti
kecurangan yang mereka lakukan.
Berita mengenai pengusaha atau pedagang yang
menggunakan zat berbahaya pada produk olahan
(formalin, borax sebagai pengawet, pewarna tekstil
untuk makanan), menambahkan bahan yang tidak
layak sekaligus tidak aman (lilin, plastik sebagai
campuran minyak goreng) hingga menjual (bahan)
makanan yang tidak layak konsumsi bahkan tergolong
najis dan haram (daging rekondisi, ayam tiren)
sungguh membuat kita miris dan prihatin.
Apa yang terlintas di benak mereka saat melakukan
tindakan jahat ini? Keuntungan? Omong kosong!
Kalaupun banyak rupiah mereka dapatkan, tapi
hilangnya berkah tak mereka rasakan.
Saudaraku, pernahkah terlintas di benak kalian
sebelum melakukan, bahwa penggunaan bahan dan
penambahan zat yang dilakukan tanpa ilmu dan
pengetahuan yang memadai bisa sangat
membahayakan orang lain yang mengkonsumsinya?
Mengapa kalian tega menipu, mencelakakan orang
lain? Mengapa hanya rupiah yang kau utamakan,
sementara berkah kau abaikan?
Sadarlah saudaraku, bahwa meski terlihat indah di
mata, harta yang kau tumpuk dari hasil perniagaan
curangmu sesungguhnya adalah bara api neraka yang
telah syetan samarkan hingga terlihat seindah
permata. Ingatlah bahwa meski yang kau telan lezat
terasa, sesungguhnya yang masuk dalam perutmu
adalah bara api neraka. Na’udzubillah!
Kesulitan di bidang ekonomi bukan hanya kalian yang
merasakan, banyak orang lain yang juga mengalami,
bahkan tak sedikit yang lebih sulit dari yang kalian
temui. Tapi tidak semua lantas menghalalkan segala
cara demi mengatasi kesulitan ekonominya.
Bagaimanapun, keberkahan rezeki harus lebih
diutamakan. Karenanya, segala kecurangan baik
menyangkut jumlah, takaran maupun penggunaan
bahan harus segera dihentikan.
Mari berniaga dengan cara-cara yang Allah ridhai.
Jangan tambahkan racun di makanan yang kau
jajakan. Jangan campur adukkan yang halal dengan
yang haram. Jangan hanya mengejar rupiah, tapi
raihlah barokah agar selamat dunia hingga akhirat.
Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar