Jumat, 13 April 2012

pramugari dan kakek tua



Saya adalah seorang pramugari biasa dari china
Airline. Karena bergabung dengan perusahaan
penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak
mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap
harinya hanya melayani penumpang dan melakukan
pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 17 juni yang lalu saya menjumpai suatu
pengalaman yang membuat perubahan pandangan
saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini
jadwal perjalanan kami adalah dari shanghai menuju
peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari
desa, merangkul sebuah karung tua, dan terlihat
jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang
berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang.
Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman
sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa
sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai
menyajikan minum, ketika melewati baris 20, saya
melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk
dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan
memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakan mau minum apa, dengan terkejut
dia melambaikan tangan menolak, kami hendak
membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi
tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami
membiarkan duduk dengan tenang, menjelang
pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan
tegang ditempat duduknya, kami menawarkan
makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya
kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia
menjawab bahwa dia hendak ketoilet tetapi dia takut
apakah dipesawat boleh bergerak sembarang, takut
merusak barang didalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh
bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang
pramugara mengantar dia ketoilet, pada saat
menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat
dia melirik kepenumpang sebelahnya dan menelan
ludah, dengan tidak menanyakannya kami
meletakkan segelas minuman teh dimeja dia.
Ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan
terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami
mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada
saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan
segenggam uang logam yang disodorkan kepada
kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya
gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam
perjalanan menuju bandara, merasa haus dan
meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan
dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami
mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari
desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara
baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat
sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada
penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan
ditolak dan dianggap sebagai pengemis.
Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan
duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami
menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya. Dia
menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra
yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja dikota
dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking.
Anak sulung yang bekerja dikota menjemput kedua
orangtuanya untuk tinggal bersama dikota tetapi
kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota
akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orangtua
tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di
Peking. Anak sulungnya tidak tega orangtua tersebut
naik mobil megitu jauh, sehingga membeli tiket
pesawat dan menawarkan menemani bapaknya
bersama – sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya
karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat
sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri.
Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang
disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati
pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh
menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi
dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh
ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan
anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur,
akhirnya kami membujuknya meletakkan karung
tersebut diatas bagasi tempat duduk, akhirnya dia
bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung
tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus menambah
minuman untuknya, dia selalu membalas dengan
ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak
mau makan, meskipun kami mengetahui
sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat
hendak mendarat dengan suara kecil dia
menanyakan saya apakah ada kantongan kecil ? dan
meminta saya meletakkan makanannya dikantong
tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah
melihat makanan yang begitu enak, dia ingin
membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami
semua sangat kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan
yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi
begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan
makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu
kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa
yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh
didalam suatu kantongan yang akan kami berikan
kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia
menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki
bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki
yang bukan miliknya sendiri , perbuatan yang tulus
tersebut benar – benar membuat saya terharu dan
menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah
berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua
penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang
terakhir berada di pesawat. Kami membantunya
keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia
melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya
lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut
menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi –
tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah
orang yang paling baik yang dijumpai, kami didesa
hanya makan sehari sekali dan tidak pernah
meminum air yang begitu manis dan makanan yang
begitu enak. Hari ini kalian tidak memandang hina
terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik,
saya tidak tau bagaimana mengucap terima kasih
kepada kalian.
Semoga tuhan membalas kebaikan kalian, dengan
menyembah dan menangis dia mengucapkan
perkataannya. Kami semua dengan terharu
memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang
bekerja dilapangan membantunya keluar dari
lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam
– beragam penumpang saya sudah jumpai, yang
banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi
belum pernah menjumpai orang yang menyembah
kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan
rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan,
hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi
kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai
menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil
merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan
menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak
tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang
bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya
sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat
berharga buat saya.
Janganlah kalian memandang orang dari penampilan
luar, tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan
mensyukuri apa yang kita dapat.
Sumber. absoluterevo.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar