Rabu, 15 Agustus 2012

Antara embun dan laut

Cerita Muda dan Khidir
adalah cara Allah mendidik
Nabi-Nya, Musa a.s., untuk
tidak merasa terlalu tahu,
untuk tidak merasa hebat.
Dengan cara itu Allah
hendak memangkas
keangkuhannya, sekaligus
menanamkan kepadanya
sebuah kesadaran baru
bahwa apa yang tidak kita
ketahui jauh lebih banyak
daripada apa yang kita ketahui. Semua yang kita
ketahui dan yang tidak kita ketahui terangkum
lengkap dalam ilmu Allah. Yang kita ketahui itu
terbatas. Sementara yang tidak kita ketahui itu tidak
terbatas. Pengetahuan kita adalah gambaran
keterbatasan kita sebagai manusia. Sementara
ketidaktahuan kita adalah gambaran
ketidakterbatasan Allah, sekaligus ketergantungan kita
kepada-Nya.
Bisakah embun mengalahkan laut? Tidak! Tapi itu
juga bukan perbandingan yang setara. Ilmu kita
memang hanya ibarat setetes embun di tengah
lautan. Tapi lautan sendiri takkan pernah cukup
untuk menulis ilmu Allah itu. Itu sebabnya di
penghujung surat Al-Kahfi di mana Allah
mengisahkan cerita Musa dan Khidir, Allah
mengatakan: “Andaikan laut dijadikan tinta untuk
menulis kalimat-kalimat Allah, niscaya habislah laut
itu sebelum kalimat-kalimat Allah itu habis, walaupun
Kami mendatangkan laut lain sebanyak itu lagi” . Laut
itu akan kering sebelum semua ilmu-Nya, segenap
kebijaksanaan-Nya, tercatat!
Semakin dalam kita menyadari betapa luasnya
ketidatahuan kita, semakin cepat kita sampai pada
sebuah kesadaran baru, bahwa adalah salah besar
untuk menafsirkan keberhasilan-keberhasilan kita
dengan pengetahuan. Tentu saja pengetahuan kita
berhubungan dengan kesuksesan kita. Katakanlah
misalnya antara pengetahuan dan kekayaan. Tapi
hubungan itu tidaklah bersifat kausalitas mutlak .
Pengetahuan hanyalah salah satu faktor yang bisa
menjelaskan kekayaan seseorang atau sebuah
bangsa. Tapi apa yang menjelaskan fakta bahwa
banyak orang pintar yang miskin, dan sebaliknya,
banyak juga orang bodoh yang kaya raya?
Pengetahuan mungkin menjelaskan kekayaan Bill
Gates dan Amerika. Tapi mungkinkah Bill Gates
sekaya itu seandainya dia lahir dua ratus tahun yang
lalu? Sebaliknya, apa yang menjelaskan kekayaan
negara-negara Teluk? Pengetahuan? Atau
keberuntungan?
Selain itu, apa yang terjadi seandainya Allah
memberikan semua pengetahuan dan sumber daya
alam kepada bangsa-bangsa Barat, dan membiarkan
bangsa-bangsa Teluk hidup tanpa pengetahuan dan
sumber daya alam? Pengetahuan adalah karunia
Allah. Sumber daya alam adalah juga karunia Allah.
Dengan membelahnya ke Barat dan Timur, Allah
menciptakan interdependensi dalam kehidupan
manusia. Dalam makna ini pula Allah menghadirkan
kisah Qarun, Haman dan Fir'aun dalam keseluruhan
riwayat hidup Nabi Musa. Qarun adalah simbol
kekayaan. Haman adalah simbol pengetahuan.
Fir'aun adalah simbol kekuasaan. Ketiganya
tenggelam ditelan laut dan bumi. Karena Qarun,
misalnya, menafsirkan kekayaannya dengan tafsir
tunggal “sesungguhnya aku diberi kekayaan ini
karena pengetahuan yang kumiliki”.
Ketiga tokoh simbol itu adalah cerita tentang
keangkuhan yang rapuh. Dan dihadirkan untuk
mengajari kita makna perbedaan antara embun dan
laut. [ Anis Matta , sumber : Serial Pembelajaran ,
Majalah Tarbawi edisi 216]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar