Sabtu, 11 Agustus 2012

Pertengkaran api n air

Bismillah,
Suatu malam sepasang suami-istri bertengkar hebat,
masing-masing merasa benar sendiri dan
pasangannyalah yang salah. Dua orang yang dulu saling
mengalah ini seakan sudah melupakan semua
kebaikan-kebaikan pasangannya, yang ada tinggallah
salah dan kejelekannya. Nada suara pun kian
melengking tinggi, pertengkaran ini berhenti ketika
suami membanting pintu terus menggeber motornya,
pergi meninggalkan istrinya yang belum puas
meluapkan emosinya.
Si suami pergi dengan membawa rasa dongkol
dihatinya, motornya berhenti disebuah rumah yang
paling ujung ditepi kampung, sebuah rumah sederhana
yang dekat dengan area persawahan. Setelah si suami
yang bernama A ini bertemu dengan yang punya
rumah yang ternyata teman akrabnya, si empunya
rumah mengajak temannya yang kelihatan gusar ini
keluar rumah, diajak duduk-duduk didepan rumah.
” ngapain bawa-bawa teko( tempat masak air) segala?
pakai nyalain api unggun segala, apa mau kemping?”
tanya A dengan muka masam
” emang mau kemping,… hehehehe… nggak… nggak…
cuma mau rebus air, buat wedang jahe” terang
sahabatnya
” kan di dapur biasanya udah banyak? ngapain juga
repot-repot masak sendiri?” A masih bertanya-tanya
” udah kamu diam aja, duduk manis saja, biarkan aku
yang beraksi, OK? ” jawab temannya sambil sedikit
bercanda
Setelah menyiapkan perapian, sahabatnya A ini
menggantung teko yang berisi air dengan seutas tali
dari tambang plastik yang dikaitkan ditengah-tengah 3
tiang dari kayu.
” tolong dijagain ya? aku mau ke dalam dulu, nyiapin
singkong rebus “
A hanya diam, udara yang sedikit dingin membuatnya
tanpa sadar mendekat keperapian yang sudah mulai
menyala, tak begitu lama air didalam teko pun mulai
mengeluarkan bunyi air mendidih, suaranya semakin
nyaring.
Tiba-tiba A seperti tertidur, alam sadarnya terbawa
kesuatu suasana seperti mimpi, disana dia masih
ditempat dimana ia duduk, air yang direbus diatas bara
api juga masih kelihatan, bedanya dialam itu A melihat
api berubah menjadi sosok yang seram dan gagah, A
benar-benar heran, tak sampai disitu, A bertambah
heran ketika ada 2 suara yang yang sedang becakap-
cakap, kalau didengar dari nada bicaranya lebih
tepatnya sedang bertengkar.
” hei apa… kamu jangan sok ! mau dilihat dari mana
saja, aku lebih unggul darimu, aku dicara-cari ketika
orang haus, aku diburu ketika orang membutuhkan
kesegaran, sedangkan kamu? hanya dicari ketika orang
butuh menyalakan rokok,habis itu kamu dibuang ”
suara pertama yang keluar dari teko
” eit… nggak bisa gitu, apa kamu kira kalau nggak ada
aku kamu laku dibuat minuman hangat? dalam hal ini
aku lebih unggul, kamu nggak ada apa-apanya tanpa
kehadiranku”. api dengan lantang membantah
proklamasi air
Perdebatan pun kian sengit, masing-masing merasa
paling unggul, air mengeluarkan semua
perbendaharaan kata, hingga berbusa, api pun tak mau
kalah, kobarannya kian membumbung tinggi. tanpa
disadari oleh keduanya, tambang plastik yang mengikat
teko terbakar, teko pun jatuh airnya tumpah persis
diatas bara api yang menyala, api pun padam, tak ada
yang tersisa, air tertumpah habis, api pun padam tanpa
meninggalkan bara, tinggallah asap yang mengepul.
” A !!! … koq airnya tumpah? disuruh jagain koq malah
ngelamun”. suara temannya A menyadarkan A yang
entah dialam mana
” Astaghfirullahal Adhim……..” suara A lirih seperti
berbisik pada dirinya sendiri
Acara makan singkong rebus dan minum wedang jahe
malam itu dibatalkan, A segera pamit pulang.
Dalam perjalanan dia masih teringat mimpinya. Tidak
menunggu waktu lama untuk A tersadar kalau yang
dilakukannya selama ini salah, bagaimana pun
keburukan istri, ada peran suami disana. mulai malam
itu A bertekad akan merubah sikap dan cara
menyelesaikan masalah rumah tangganya, dia akan
mulai merubah dirinya sendiri, sambil membimbing
istrinya, agar bersikap lebih dewasa, dan bijak ketika
harus dihadapkan pada satu persoalan yang
membutuhkan komunikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar