Minggu, 26 Agustus 2012

Sarjana Ramadhan

Ramadhan telah meninggalkan
kita, tanpa kita sadari apa hikmah yang bisa ambil
dari Ramadhan tahun ini. Berbagai target telah
direncanakan ketika awal Ramadhan, pelaksanaannya
yang menjadi bukti. Tiga puluh hari itu menjadi bukti
bagaimana keadaan iman kita sebenarnya. Waktu
yang cukup lama untuk memperjuangkan konsistensi
ibadah menyediakan waktu bagi kita untuk terus
mengevaluasi kinerja dan konsep ibadah. Berbagai
usaha kita lakukan untuk menggapai derajat
pemenang di bulan mulia ini.
Dan semua pun akan berakhir, begitu pula
Ramadhan. Di sini puncak ujian kita sebagai seorang
hamba, mampukah kita menghadirkan ibadah terbaik
selama sebulan penuh kepada Allah? Padahal semua
ibadah adalah untuk kita sendiri kecuali satu, ibadah
puasa. Kepasrahan kita dalam menyerahkan hadiah
ini kepada Allah sangat mempengaruhi amalan
sehari-hari. Banyak orang yang berpuasa tapi dirinya
tidak mendapat apa-apa selain lapar dan haus.
Sungguh amat disesalkan ketika ibadah spesial ini kita
lewati dengan kesia-siaan.
Pelajaran berharga ini akan memberikan kita
pengalaman yang berharga bagi diri sendiri di waktu
yang akan datang. Kekuatan iman akan kembali diuji
tatkala konsistensi amal ibadah kita digoyahkan
dengan tiada keutamaan di waktu kita
melaksanakannya. Sebenarnya pada masa itulah kita
mendapat kemuliaan yang lebih sebagai seorang
hamba sekaligus seorang ahli ibadah. Karena pada
saat Ramadhan, dengan begitu mulianya bulan ini
ditambah begitu semangatnya umat muslim lain
dalam menjalankan ibadah, maka ketinggian nilai
ibadah akan terasa wajar. Berbeda jika kita melakukan
hal itu di hari-hari biasa.
Puncak ibadah terjadi ketika bulan Ramadhan, di hari
biasa kebanyakan orang mengurangi kuantitas
ibadahnya dan lebih fokus dalam urusan dunia. Atas
sebab itu, maka tidak ada perbedaan secara realistis
antara bulan Ramadhan dengan bulan-bulan lainnya.
Ramadhan hanya bonus yang diberikan Allah untuk
merangsang hamba-Nya dalam melakukan amalan
ibadah. Ramadhan juga berfungsi untuk
meningkatkan kualitas keimanan sehingga setelah
Ramadhan keimanan kita bisa lebih baik dari
sebelum-sebelumnya.
Setelah sebulan penuh kita memberikan hadiah
ibadah kepada Allah, kini giliran Allah yang
membalas. Allah berikan sebuah hari yang sangat
istimewa, yang Allah jadikan hari itu sebagai perayaan
atas kemenangan umat Islam dalam mengalahkan
hawa nafsunya. Hari yang menandakan kelulusan
atas perjuangan kita. Dengan kata lain, Allah telah
mewisuda kita di hari itu. Sebuah wisuda atas
keberhasilan kita dalam kesempurnaan menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Maka patut bagi kita untuk menyandang sebuah gelar
yang sangat istimewa, Sarjana Ramadhan. Layaknya
seorang sarjana, maka hal terberat yang akan
dihadapi adalah pasca kelulusan. Fakta di lapangan
akan membuktikan apakah kita mampu menerapkan
hasil sarjana, atau kemudian kita hanya menjadi
pengangguran yang tak tentu arah.
Semua ini sangat tergantung pada keimanan yang
telah membuat kita berkarya menjadi Sarjana
Ramadhan. Seorang sarjana akan sangat berguna
apabila hasil karyanya mampu menyumbangkan hal
yang positif bagi sekitar. Maka apa yang kita lakukan
seharusnya bisa berdampak positif dan semakin
meningkat dalam hubungan kepada Allah dan juga
sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar