Rabu, 15 Agustus 2012

Penutup Nubuwwah

Umar marah besar. "Siapa
yang mengatakan
Muhammad sudah mati",
katanya saat mendengar
berita kematian itu,
"niscaya akan kupenggal
lehernya." Ali terdiam tak
sanggup bicara, Usman
tergagap tak sanggup
berkata. Hanya Abu Bakar
yang masuk membuka
kafan yang menutupi tubuh
Muhammad. Setelah melihat wajahnya, Abu Bakar
lantas mencium keningnya lalu berkata: "Alangkah
baiknya kamu saat hidup dan saat wafat." Setelah itu
keluarlah beliau sambil berkata: "Siapa yang
menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah
mati. Dan siapa yang menyembah Allah,
sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak akan mati."
Sang Nabi telah wafat. Berita kematian itu segera
mengguncang seluruh Madinah, jazirah Arab bahkan
dunia. Tapi ada peristiwa yang jauh lebih penting dari
itu: kematian Muhammad juga telah menjadi
penutup mata rantai kenabian yang panjang yang
telah mengisi lembar kehidupan umat manusia. Itu
adalah kesedihan di atas kesedihan.
Selama ini kita hanya membaca 25 kisah nabi dan
rasul dalam Al-Qur'an. Padahal jumlah nabi dan rasul
jauh lebih banyak dari itu. Beberapa ulama bahkan
menyebut angkanya sekitar 350 nabi dan rasul.
Kehidupan manusia dimulai dari seorang lelaki,
Adam, dan seorang perempuan, Hawa, yang
kemudian membentuk keluarga. Keluarga itu
kemudian beranak pinak dan secara perlahan
membentuk suku. Lalu suku yang menjadi simpul
besar keluarga berkembang makin banyak sampai
pada suatu skala yang kemudian kita sebut bangsa.
Bersamaan dengan itu wilayah bumi yang dihuni
manusia juga makin luas.
Pada setiap tahapan pertumbuhan itu selalu ada nabi
dan rasul yang datang membawa risalah yang sesuai
dengan keadaan dan kondisi mereka. Pesan intinya
adalah tauhid, tapi syariatnya yang disesuaikan
dengan situasi mereka. Mereka adalah kafilah para
pengajar yang datang membawa kitab suci. Ada guru
ada kitab. Itulah inti dari semua proses
pembelajaran. Tapi ketika Muhammad diutus,
manusia telah sampai pada tahap kematangan akal
yang memungkinkannya belajar melalui kitab tanpa
kehadiran sang guru.
Maka menutup mata rantai kenabian setelah
Muhammad adalah manifestasi kepercayaan Allah
kepada kemampuan akal manusia untuk belajar
melalui hanya narasi, tanpa narator. Itu sebabnya
Allah berkata: "Sungguh telah Kami mudahkan Al-
Qur'an ini, adakah yang mau memahami?" [ Anis
Matta, sumber : Serial Pembelajaran Majalah
Tarbawi edisi 224]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar