Rabu, 22 Agustus 2012

Sampai saat ini kita masih menggunakan Dollar Amerika
(US$) untuk berbagai keperluan seperti menghitung
biaya pergi haji, membeli berbagai produk impor dlsb.
Ini karena US$ memang masih paling banyak dipakai
sebagai reserve currency – uang yang dijadikan cadangan
devisa negara-negara di dunia. Pesaing terdekat US$ yaitu
Euro – mengalamai problemnya sendiri yang sangat serius
di sepanjang tahun ini. Tetapi US$-pun bukan tanpa
masalah, dalam dua sampai tiga tahun mendatang negeri
yang mata uangnya digunakan dunia tersebut akan
memasuki era yang sangat sulit.
Setidaknya inilah prediksi Richard Duncan – mantan orang
IMF dan juga World Bank yang menulis buku The New
Depression – The Breakdown of The Paper Money
Economy (John Wiley & Sons Singapore, 2012). Ini bukan
prediksi dari orang-orang seperti saya misalnya, yang
memang sudah lama melihat bahwa ekonomi ribawi pasti
akan hancur karena kita membaca petunjukNya. Ini
prediksi dari ‘orang dalam’ mereka sendiri.
Menurut Richard Duncan tersebut, antara 2013-2014
Amerika hanya akan memiliki tiga pilihan yang amat sangat
sulit. Pilihan pertama adalah berhenti memberi stimulus
pada ekonominya – baik fiscal ataupun monetary, maka ini
seperti orang naik sepeda yang berhenti mengayuh. GDP
mereka akan turun, stock market hancur, bank-bank akan
tutup – ini akan menjadi sekenario bunuh diri negeri
raksasa itu.
Pilihan kedua adalah Amerika melakukan monetary
stimulus (lagi) berupa Quantitative Easing – saja. Bila ini
yang dilakukan, Amerika akan membutuhkan dua kali
Quantitative Easing lagi yang besarnya masing-masing US$
3 trilyun di tahun 2013 dan 2014. Bisa dibayangkan
dampaknya terhadap inflasi. Dengan dua QE sebelumnya
yaitu 2008 dan 2010 yang masing-masing sebesar US$
600 milyar saja, harga-harga barang riil seperti emas
melonjak dua kalinya – sebelum QE emas dibawah US$
800/ozt, kini di kisaran US$ 1,600/ozt – maka dua QE
jumbo di tahun 2013 dan 2014 tersebut bila dilakukan
akan meroketkan seluruh harga barang riil, termasuk emas
yang bisa sampai US$ 5,000/ozt karenanya.
Pilihan ketiga adalah Amerika tidak melakukan QE lagi,
tetapi melakukan fiscal stimulus secara massive. Pilihan
ketiga ini akan melonjakkan hutang Amerika yang oleh
Richard Duncan diprediksi akan menjadi 81% terhadap
GDP tahun 2013 dan 92% di tahun 2014. Skenario ketiga
ini tetap membuat the Fed harus mencetak uang baru yang
kisarannya di atas US$ 900 di masing-masing tahun 2013
dan 2014, maka saat itupun harga-harga barang melonjak
– termasuk emas.
Bersamaan dengan masalah internal Amerika yang
menggunung, Amerika juga akan kehilangan pengaruhnya
di dunia. US$ tidak lagi menjadi reserve currency yang
aman dan dunia perlu leadership baru, tetapi siapa ?.
Negara besar seperti Jerman akan sibuk dengan urusan
regional mereka. Negara seperti Jepang juga sudah terlebih
dahulu terjebak dengan hutang yang menggunung.
Negara seperti China yang selama tiga dasawarsa terakhir
tumbuh secara mengagumkan, kini mulai overload dengan
upaya penciptaan lapangan kerja dalam negeri. Jadi baik
secara ekonomi maupun politik, China yang
kepemimpinannya bergaya komunis otoriter akan sulit
menjadi pemimpin dunia baru.
Negara dengan kekuatan ekonomi baru seperti Brazil dan
India-pun tidak akan cukup ‘dewasa’ untuk memimpin
dunia dengan segudang masalah ekonomi dan politiknya.
Mereka akan terlalu sibuk dengan urusan pengendalaian
pertumbuhan dan masalah internalnya masing-masing.
Walhasil siapa yang akan memimpin dunia dalam beberapa
tahun mendatang ?, ya tidak ada !. Itulah yang ditulis oleh
Ian Bremmer – Presiden dari Eurasia Group, suatu
lembaga riset dan konsultan politik ternama dunia – dalam
bukunya Every Nation For Itself : Winners and Losers in
a G-Zero World (Penguin Group, London 2012).
Ketiadaan negara yang bisa memimpin dunia inilah yang
oleh Ian Bremmer disebutnya sebagai G-Zero. Ini untuk
menunjukkan kegagalan G-G sebelumnya, baik itu yang
disebut G-2, G-3, G7 sampai G20, yang masing-masing
anggota pada akhirnya akan berjuang untuk survive
sendiri-sendiri tanpa adanya aliansi permanen.
Lantas bagaimana dengan Indonesia ?, kita mungkin belum
akan memimpin dunia dalam waktu dekat, tetapi
setidaknya kita memiliki modal untuk survive di era G-Zero
tersebut di atas. Kekayaan sumber daya alam Indonesia
dan penduduknya yang lebih dari separuh masih berusia
dibawah 30 tahun, bisa menjadi titik awal untuk mulai
membangun kekuatan sendiri.
Dua kebutuhan mendasar yang akan menjadi rebutan
dunia saat itu adalah urusan pangan dan energy – maka
dua area ini bisa menjadi focus kita untuk bisa survive. Kita
tidak lagi bisa mengandalkan impor bahan pangan ataupun
energy untuk mencukupi kebutuhan penduduk kita –
karena negeri asal impor tersebut kemungkinan besar akan
memerlukannya sendiri, mereka-pun bisa jadi dalam
kekurangan.
Apa konkritnya yang bisa kita lakukan ?, negara atau
instansi yang terkait pada dua hal tersebut di atas ( pangan
dan energy) yang seharusnya segera mengantisipasi
kemungkinan situasi G-Zero tersebut dengan program-
program yang bisa membuat negeri ini swasembada
pangan dan energy dalam waktu dekat.
Tetapi bagi rakyat seperti kita-kita ini, juga ada yang bisa
kita lakukan untuk meringankan beban pemerintah dan
juga beban kita sendiri. Mengurangi konsumsi produk yang
berbahan baku impor adalah salah satunya, pada saat yang
bersamaan juga mengembangkan produk-produk yang
berbahan baku lokal.
Edukasi dan sosialisasi untuk membangun karakter
manusia yang mandiri juga perlu disebarkan ke masyarakat
luas – agar kita tidak terlena dengan berbagai
ketergantungan produk (berbahan) impor. Bila
ketergantungan ini yang kita langgengkan, kita tidak akan
siap ketika era G-Zero tersebut ujug-ujug datang.
Sebagai bentuk kontribusi kami pada upaya untuk survive
di era G-Zero tersebut, kami memberikan pelatihan-
pelatihan khusus untuk berbagai kelompok masyarakat,
mulai dari anak-anak sekolah, remaja, mahasiswa, pekerja/
karyawan sampai kalangan professional – tentu dengan
focus dan tingkatan materi yang berbeda. Pelatihan ini
kami namakan G –Zero Survival Training .
Berbeda dengan survival training pada umumnya, survival
training yang ini fokusnya adalah membangun jiwa
merdeka dan mandiri sekaligus memberikan skills yang
memadai – khususnya pada urusan-urusan kebutuhan
pokok pangan dan energy, dua hal besar yang akan
menjadi isu di era G-Zero. Tiga lokasi kami di Jonggol- Jawa
Barat, Boyolali – Jawa Tengah dan Blitar – Jawa Timur
seluruhnya bisa menjadi lapangan yang menarik untuk
pelatihan ini. Pelatihan hanya diberikan secara
berkelompok dan bagi para peminat dapat menghubungi
kami di alamat kontak dari situs ini.
Muhaimin Iqbal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar