Rabu, 15 Agustus 2012

Pasang surut Sejarah

Kesadaran akan efek ruang
dan waktu membawa kita
pada cara pandang berbeda
tentang interaksi manusia
dan teks dalam sejarah
manusia. Peristiwa sejarah
adalah hasil dari interaksi
antara manusia, ruang dan
waktu. Jika kita
memasukkan teks ke dalam
struktur dimana manusia
bertindak dalam konteks
ruang dan waktunya sesuai
dengan alur hidup yang tertera dalam teks.
Yang lahir dari interaksi antara manusia, teks, ruang
dan waktu kita sebut peristiwa sejarah berbasis teks.
Karena itu, banyak pemikir dan filosof sejarah muslim
saat ini berusaha membaca bentangan fenomena
sejarah Islam dengan merujuk pada makna itu.
Mereka mengatakan, tidak semua peristiwa sejarah
dalam dunia muslim itu bisa disebut sebagai sejarah
Islam. Sejarah Islam per definisi adalah catatan
peristiwa kehidupan yang dilakukan oleh manusia
muslim yang dibimbing sepenuhnya oleh teks.
Misalnya sejarah kehidupan era Nabi Muhammad
SAW dan para Khulafa Rasyidin. Peristiwa-peristiwa
sejarah yang terjadi tanpa bimbingan teks tidak bisa
dicatat sebagai sejarah Islam. Sebab itu merupakan
penyimpangan dari teks. Atas dasar itu mereka
menuntut adanya penulisan ulang atas sejarah Islam
agar dibingkai dalam pemaknaan yang benar.
Yang terjadi sebenarnya adalah fenomena rotasi
peradaban dalam sejarah manusia secara
keseluruhan. Ada pasang surut dalam sejarah setiap
peradaban. Itu merupakan sunatullah yang menjadi
hukum sejarah yang pasti. Kaum muslimin bukanlah
pengecualian dalam hukum sejarah ini. Peradaban
Islam mengalami pasang surut seperti semua
peradaban lain. Teks ini memberikan penjelasan
terhadap fenomena pasang surut itu. Bahwa ada
korelasi yang kuat antara komitmen terhadap teks
dan fenomena pasang surut peradaban kita. Saat di
mana kita di puncak adalah saat di mana kita
berkomitmen penuh pada teks. Begitu juga
sebaliknya.
Jadi masalahnya memang terletak pada definisi
peristiwa Islam dalam sejarah dunia muslim. Sebab
hukum sejarah berlaku absolut pada semua manusia.
Persoalan kita dalam sejarah adalah konsistensi
menjalani teks dan konteks ruang dan waktu. Sebab
konsistensi itulah yang menentukan pasang surut
peradaban kita dalam sejarah.
Kesadaran terhadap efek ruang dan waktu -dengan
begitu- seharusnya memunculkan kesadaran akan
makna konsistensi terhadap teks. Konsistensi ini
adalah jaring pengaman dari kemungkinan kita
mengalami surut setelah pasang dalam sejarah.
Perjuangan kita terletak di situ: pada upaya untuk
konsisten sepanjang waktu seluas ruang. [ Anis
Matta, sumber : Serial Pembelajaran Majalah
Tarbawi edisi 242]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar