Selasa, 14 Agustus 2012

Pahlawan, pencinta dan pembelajar

Semangat kepahlawanan
dan kekuatan cinta adalah
sumber energi yang
menggerakkan segenap raga
kita untuk menciptakan
taman kehidupan yang
indah bagi diri kita dan
orang lain. Tapi
pembelajaran menuntun
kita untuk berjalan dengan
cara yang benar pada peta
jalan yang tepat menuju ke
sana.
Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah
sumber energi yang mendorong kita untuk terus-
menerus memberi, untuk berkontribusi tanpa henti
dalam menciptakan taman kehidupan yang indah itu.
Tapi pembelajaran menuntun kita untuk
mengembangkan kapasitas diri kita, juga tanpa henti,
agar semangat memberi berbanding lurus dengan
kemampuan kita untuk memberi. Sebab mereka yang
tidak punya apa-apa, kata pepatah Arab, takkan bisa
memberi apa-apa.
Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah
sumber energi yang lahir dari keikhlasan dan
ketulusan niat, tumbuh berkembang dalam
lingkungan hati yang mulia dan luhur, mekar dan
berbuah dalam rengkuhan jiwa yang baik dan bijak.
Maka seluruh niatnya adalah kebajikan. Maka segala
cintanya adalah ketinggian. Tapi pembelajaran
membingkai niat baik itu denga cara yang benar dan
tepat.
Maka berpadulah ketulusan dengan kebenaran. Maka
bertautlah kebaikan dengan ketepatan. Maka
menyatulah keluhuran dengan keterarahan. Maka
bersamalah ketinggian cita dengan peta jalan yang
terang benderang.
Begitulah pada mulanya pahlawan sejati menapaki
tilas sejarah mereka. Mereka mendengar panggilan
sejarah yang diteriakkan oleh pekik nurani mereka.
Maka mereka terbangun, tersadar, lalu bergerak. Lalu
datanglah cinta memberi tenaga pada gerak mereka.
Maka langkah kaki mereka menancap kokoh di tapak
sejarah, melaju secepat angin, kuat bertenaga bagai
badai. Tapi mereka menyadari makna waktu dalam
aksi mereka; bahwa ada keterbatasan waktu yang
tidak bisa mereka kendalikan padahal cita mereka
teramat tingggi; bahwa memberi adalah proses yang
tak boleh berhenti seperti kompetisi maraton yang
mensyaratkan nafas panjang. Mereka memiliki
sumber energi yang dahsyat, tapi mereka juga tahu
bagaimana mengelola energi itu untuk bisa
menciptakan karya kehidupan yang maksimal.
Mereka menyadari bahwa mereka memiliki
keterbatasan yang rapuh, tetapi mereka juga tahu
bagaimana mensiasati keterbatasan itu untuk bisa
tetap bertumbuh sampai ke puncak. [ Anis Matta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar