Selasa, 14 Agustus 2012

Dunia kita hidup kita

Bisakah kita
membayangkan
bagaimana dulu, Adam
dan Hawa, menjalani
hidup ketika hanya
mereka berdua yang
menghuni bumi ini?
Mungkin mudah
membayangkan
bagaimana mereka mencari makan untuk
menyambung hidup, atau membuat rumah tempat
mereka berteduh, atau membuat pakaian untuk
menutup aurat mereka. Tapi coba bayangkan
bagaimana pada mulanya mereka menemukan
bahasa sebagai alat komunikasi mereka? Atau
bagaimana pada mulanya mereka mengenal satu per
satu dari jengkal tanah bumi ini?
Bagaimana mereka mengetahui atau menyepakati
bahwa tempat mereka berjalan itu bernama tanah,
bahwa benda yang tampak jauh di ketinggian sana,
yang berwarna biru adalah langit, bahwa ada
makhluk lain di dunia selain mereka yang bernama
binatang dan tumbuhan, bahwa ada malampu besar
yang membuat hari-hari mereka terbelah dalam
terang dan gelap, dan bahwa ketika hari siang itu
namanya siang dan ketika hari gelap itu namanya
malam? Tapi kenapa kemudian kita, anak cucu Adam
dan Hawa, bisa punya ribuan kata yang berbeda
untuk satu benda? Mengapa kita punya banyak
bahasa?
Lalu bagaimana pula cara kakek nenek kita itu
mengenal dunia yang mereka huni ini? Berapa
luaskah dari bumi ini, yang sekarang dihuni oleh
sekitar 6 milyar anak cucunya, yang bisa mereka
jangkau? Bukankah bumi ini terlalu luas untuk
mereka berdua, dan karenanya bisa sangat
menyeramkan? Lalu seperti apakah bumi dalam
persepsi mereka berdua; datar atau bulat? Indah atau
jelek? Menyenangkan atau menyengsarakan?
Begitu Adam dan Hawa turun ke bumi ini, tiba-tiba
saja mereka menemukan dunia yang begitu berbeda
dengan surga yang sebelumnya mereka huni. Ini
dunia baru. Sepenuhnya dunia baru. Tak ada satu
yang ia tahu di sini. Sama sekali tak ada. Jadi apa
yang pertama mereka lakukan? Belajar! Itulah yang
mereka lakukan. Bukan makan dan minum. Dan
siapa yang mengajar mereka? Hanya Allah! “Dan
Allah mengajarkan Adam nama-nama itu,
seluruhnya.” Seluruhnya; nama benda, perbuatan,
pikiran, perasaan, nilai, dan seterusnya.
Jadi begitulah hidup pada mulanya dijalani; dengan
pembelajaran. Dan kemudian, seperti apa cara kita
memahami dunia kita, seperti itulah kelak menjalani
hidup. Coba bayangkan, berapa ribu tahun yang
diperlukan manusia untuk sampai pada pengetahuan
bahwa bumi ini bulat dan bukan datar? Dan apa yang
kemudian berubah dalam hidup manusia begitu
mereka sampai pada pengetahuan itu? Berapa ribu
tahun yang diperlukan oleh manusia untuk sampai
pada pengetahuan bahwa minyak adalah sumber
energi? Dan apa kemudian yang berubah dalam
hidup manusia setelah pengetahuan itu?
Dan inilah kaidahnya: wajah dunia kita berubah
setiap kita menemukan satu pengetahuan baru,
hidup kita berubah setiap kali pengetahuan kita
bertambah. [ Anis Matta, sumber : Serial
Pembelajaran, Majalah Tarbawi edisi 213 hal.80]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar