Rabu, 15 Agustus 2012

Tongkat Musa

Tongkat itu seketika
menjadi ular raksasa. Para
penyihir Fir’aun
terperangah. Fir’aun dan
rakyat Mesir yang
menyaksikan pertarunga itu
terkesiap. Tapi semua
hanya berlangsung sesaat,
karena ular-ular mereka
seketika ditelan habis oleh
ular raksasa Musa. Dan
panggung pun jadi gundah.
Para penyihir itu takluk. Lalu bersujud dan
menyatakan ikrar iman kepada Tuhan yang disembah
Musa. Namun pertarungan tak selesai di situ.
Fir’aun terus mengejar Musa. Kisah itu pun
berkembag menjadi sebuah drama paling kolosal
sepanjang sejarah manusia. Puncaknya adalah
pengejaran fisik terhadap Musa bersama seluruh
pengikutnya. Dalam situasi terpojok seperti itu
seharusnya Musa berlari ke gunung seperti yang kita
baca dalam ilmu strategi perang. Tapi Musa justru
berlari ke tepi laut. Berita itu membuat Fir’aun
tersenyum penuh kemenangan. Seperti yakin bahwa
riwayat Musa akan berakhir di situ. Namun justru
riwayat Fir’aunlah yang berakhir di situ.
Sebab tongkat Musa sekali lagi bekerja dengan cara
lain. Tongkat itu membelah laut merah yang
kemudian memberi jalan bagi mereka berlari dari
kejaran tentara Fir’aun. Dan Fir’aun tidak juga
menyadari kalau itu adalah jebakan terakhir yang
akan menutup riwayat keangkuhan dan kerajaannya.
Begitulah Fir’aun menyeberangi laut yang seketika
tertutup kembali setelah sebelumnya dibelah oleh
tongkat Musa.
Tongkat Musa bukanlah simbol pengetahuan. Itu
adalah simbol dari apa yang oleh para ahli strategi
sekarang disebut sebagai hard power. Itu merupakan
tools yang digunakan untuk mengajar , bukan
terutama untuk menghancurkan. Karena nabi-nabi
itu seluruhnya diturunkan untuk satu misi: mengajar
manusia. Cara manusia belajarlah yang membedakan
tools yang tepat yang digunakan untuk mengajar
mereka.
Dalam situasi Fir’aun dan zamannya, hanya hard
power yang bisa menundukkan dan menaklukkan
mereka, serta menyadarkan mereka bahwa di atas
kebesaran mereka ada yang jauh lebih Maha Besar.
Itu cara belajar yang primitive karena sepenuhnya
bertumpu pada dimensi visual, dan relatif
mengabaikan semua dimensi penalaran. Di sini
nasihat tidak berpengaruh. Kebenaran berpengaruh
hanya ketika ia menang dalam pertarungan fisik.
Hard power itu, di zaman kita, adalah kuasa teknologi
yang sebagiannya menjelma pada mesin perang
modern. Jika tongkat Musa adalah symbol hard
power, maka keunggulan itu berasal dari mukjizat
Allah yang diwahyukan kepada Musa. Itu
pengetahuan di atas pengetahuan zamannya , persis
seperti Nuh yang diwahyukan membuat perahu
untuk mengantisipasi banjir. [ Anis Matta , sumber :
Serial Pembelajaran Majalah Tarbawi edisi 221]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar