Minggu, 26 Agustus 2012

Hakikat kemerdekaan

Bacalah alquran dan kita akan menemukan betapa manusia adalah mahluk yang
sangat mulia. Dalam surah Al Baqarah Allah swt.
menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai
khalifah di bumi. Bukan hanya itu, Allah swt.
memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada
Adam as. Ini menunjukkan bahwa kedudukan
manusia di sisi Allah swt. sangat tinggi. Dalam ayat
lain Allah swt. berkali-kali menegaskan bahwa
penciptaan langit dan bumi, adalah untuk manusia
“mataa’an lakum wa lian’aamikum”.
Ini menunjukkan bahwa manusia benar-benar
diposisikan oleh Allah swt. sebagai pengelola
kehidupan di bumi.
Tetapi harus dipahami di sini bahwa manusia dalam
mempertahankan hakikat kemuliaan ini akan
berhadapan dengan tantangan dalam dirinya. Allah
swt. menceritakan dalam surah An Nazi’at tantangan
ini berupa: (a) cinta dunia (b) tunduk kepada nafsu.
Siapa yang menang atas kedua tantangan ini ia
merdeka. Namun siapa yang terbelenggu dalam
kedua tantangan tersebut ia tidak merdeka. Merdeka
artinya terbebas dari belenggu cinta dunia dan nafsu.
Bukan merdeka seseorang yang dipermainkan
nafsunya dan begelimang dalam gemerlap dunia.
Tetapi sayang, makna ini sekarang terbalik. Di sana-
sini terdengar teriak kemerdekaan dengan
bersenang-senang dalam nafsu dan dunia. Sungguh
ini suatu kenyataan yang sangat menyedihkan,
Tidak akan merdeka penduduk sebuah negeri yang
tunduk kepada nafsu dan cinta dunia.
Mengapa?
(1) Nafsu akan membawa manusia kapada dosa-dosa
dan kedzaliman. Bila ke kedzaliman terus
berlangsung Allah swt. akan mencabut keberkahan.
Bila keberkahan tidak ada, maka penderitaan akan
terus menimpa penghuni sebuah negeri.
(2) Nafsu akan menyeret manusia kepada kerakusan.
Kerakusan melahirkan kekejaman terhadap
kemanusiaan. Tidak sedikit pembantaian terhadap
kemanusiaan terjadi hanya karena karakusan
terhadap harta dan kekuasaan.
(3) Nafsu membuat manusia menjadi sekedar
binatang. Bila manusia lebih didominasi oleh
kebinatanganya ia akan lebih kejam dan lebih parah
dari binatang. Allah berfiman: “ulaaika kal an’aam
balhum adhal”
Begitu juga cinta dunia, ia termasuk tantangan yang
selalu membuat manusia tidak merdeka. Mengapa?
(1) Dengan cinta dunia manusia menjadi hambanya.
Bila manusia menjadi hambanya maka ia akan sibuk
dengannya, siang dan malam melebihi kesukannya
kapada Allah swt. (2) Cinta dunia mematikan hati
nurani. Seringkali hati menjadi keras karena
mengagungkan dunia. Sebab dengan mengagungkan
dunia, ia akan lupa kepada akhirat. Karenanya dalam
Al Qur’an Allah swt. berfirman: “bal tu’tsiruunal
hayaatad dunyaa wal aakhiratu khairuw wa abqaa.”
Jelasnya kemerdekaan bukan hanya sebuah makna
keterbebasan dari belenggu penjajahan. Melainkan
lebih dari itu keterbebasan dari belenggu nafsu dan
cinta dunia. Bila makna ini benar-benar tercermin
dalam pribadi sebuah bangsa, maka hakikat
kemerdekaan akan benar-benar tercapai. Mengapa?
Bisa dipastikan bahwa dengan terbebasnya dari
belenggu nafsu dan cinta dunia keadilan akan tegak
dengan jujur. Tegaknya keadilan akan melahirkan
keamanan. Keamaman akan membuat semua
kehidupan menjadi produktif dan sejahtera.
Itulah mengapa Al Qur’an dari awal sampai akhir
selalu menekankan pentingnya manusia bersungguh-
sungguh mentaati Allah swt. dan melawan nafsu.
Sebab hanya dengan mentaati Allah swt. ia akan
benar-benar merdeka. Silahkan baca ayat-ayat yang
menceritakan ahli neraka, selalu saja sebabnya
adalah karena ikut nafsu dan mengutamakan dunia
atas akhirat.
Lalu silahkan baca ayat-ayat yang menceritakan ahli
surga, pasti selalu sebabnya adalah karena
bersungguh-sungguh mentaati Allah swt. dan
bersungguh-sungguh mengendalikan nafsu.
Kemerdekaan hakiki bukan artinya kebebasan
sebebas-bebasnya. Melainkan kejujuran dalam
mejalankan hidup bedasarkan fitrah. Dan fitrah
adalah iman. Maka dengan ikut fitrah berati
kemerdekaan benar-benar terbukti. Tidak akan
pernah merdeka penduduk sebuah negeri yang jauh
dari fitrahnya. Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar